Bab 17.

461 37 20
                                    

[TZUYU POV]

Hujan deras diluar menerpa jendela dan atap mobil menutupi kesunyian kami dalam mobil.

Kekuatan sangat diperlukan untuk menahan diri berpadu dengan kebutuhan untuk saling memuaskan disertai lebih banyak keputus-asaan.  Lengannya melingkari pinggangku, mencengkeramku begitu erat hingga membuatku sulit bergerak.  Lenganku melingkari lehernya, dan mataku terpejam.  Kami hampir tidak bergerak sekarang karena cengkeraman erat yang kami miliki satu sama lain, tapi aku tetap menyukainya.  Aku suka bagaimana ritme kami tetap lambat sementara kami berdua fokus pada bagaimana menekan rintihan yang tersangkut di tenggorokan kami.

Selama beberapa menit, kami melanjutkan dengan cara yang sama, bergerak secukupnya tetapi pada saat yang sama tidak cukup.  Kurasa kami berdua terlalu takut untuk melakukan gerakan tiba-tiba, atau intensitasnya akan menyebabkan salah satu dari kami kalah. Salah satu tangannya meluncur ke punggung bawahku, dan tangan lainnya menyentuh bagian belakang kepalaku.  Dia menggulung rambutku dengan tangan besarnya dan dengan lembut menarik wajahku sampai tenggorokanku terbuka menyapa bibirnya. 

Aku mengernyit begitu bibirnya menyentuh leherku, karena diam jauh lebih menantang daripada yang kubayangkan.  Terutama karena dia diuntungkan dengan posisi kami.  Tangannya bebas berkeliaran kemanapun mereka mau, dan itulah yang mereka lakukan saat ini. Menjelajah, membelai, membuntuti perutku sehingga dia bisa menyentuh satu tempat yang bisa membuatku menyerah. Aku merasa dia curang entah bagaimana.  Segera setelah jari-jarinya menemukan titik yang biasanya membuatku meneriakkan namanya, aku mengencangkan cengkeramanku di bahunya dan mengubah posisi lututku sehingga aku lebih bisa mengontrol gerakanku.  Aku ingin membuatnya mengalami siksaan yang sama seperti dia menyiksaku saat ini.

Segera setelah posisiku berubah dan mampu mendekatkan diriku lebih rapat padanya, perlahan dan mantap.  Mulutnya bertemu denganku dalam ciuman gila-gilaan—ciuman yang lebih membutuhkan dan lebih kuat daripada ciuman sebelumnya.  Seolah-olah kami sedang mencoba untuk menghilangkan keinginan alami kami untuk mengungkapkan betapa gilanya ini.  Kebutuhanku untuk memperlambat segalanya, sedangkan dia melakukan sebaliknya dan memberikan lebih banyak tekanan kepadaku dengan tangannya. 

Aku membenamkan wajahku di lehernya dan menggigit bahunya dengan lembut untuk menahan diri dari erangan namanya. Begitu gigiku bertemu dengan kulitnya, aku mendengar napasnya tercekat dan merasakan kaku di kakinya. Dia hampir kalah. Hampir saja. 

Sedangkan kondisiku?
Jika Kak Taehyung bergerak di dalam diriku bahkan satu inci saja saat dia menyentuhku dengan cara ini, ia akan menang.  Aku tidak ingin Kak Taehyung menang.

Namun di sisi lainku, aku agak ingin dia menang, dan kupikir dia memang sangat ingin menang dengan cara dia bernapas di leherku, dengan lembut menurunkanku kembali ke intinya. Kak Taehyung benar-benar berhati-hati mengendalikanku.

Taehyung.
Taehyung.
Taehyung.

Aku bisa merasakan kalau aku akan mati, jadi dia menambahkan lebih banyak tekanan ke arahku dengan jari-jarinya pada saat yang sama ketika lidahnya bertemu dengan telingaku.

Aku meringis dalam hati. Aku akan kalah. Sebentar lagi. Aku menggigit bibirku menahan eranganku yang akan keluar dengan gila-gilaan.

Dia mengangkat pinggulnya  ketika dia mendorong diriku ke arahnya, memaksa  “Taehyung!"  keluar dari mulutku, bersamaan dengan desahan dan rintihan.  Aku tidak tahan lagi, tapi begitu dia menyadari dia baru saja menang, dia menghembuskan napas berat dan menarikku kembali ke tubuhnya dengan lebih kuat.

"Akhirnya," katanya terengah-engah di leherku. 
"Kurasa aku tidak bisa bertahan sedetik pun." akunya. Karena kami nyaris seri.

Sekarang setelah kompetisi berakhir, kami berdua benar-benar melepaskan seluruh kendali yang kami tahan sampai kami terlalu berisik sehingga kami harus berciuman lagi untuk meredam suara kami.  Tubuh kami bergerak secara sinkron, mempercepat, menabrak lebih keras bersama-sama.  Kami melanjutkan gerakan kami selama beberapa menit lagi, intensitasnya meningkat sampai aku yakin aku tidak bisa menahannya sedetik pun.

[TaeTzu]; Menjadi Juwita Seperti Yang Engkau Minta🔐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang