[TZUYU POV]
Aku hendak bangkit saat dia terburu-buru mendorongku kembali.
Kami sama-sama tidak membuang-buang waktu, aku membuka kancing jinsnya dan menurunkannya beberapa inci. Tangannya mengambil alih dan menarik celanaku ke bawah seluruhnya, begitu pula celana dalamku. Begitu dia melepaskan kakiku dari sana.
Dia memutar tubuhku, memposisikanku hingga punggungku menghadap perutnya. Wajahku tenggelam di bantalnya, dan posisiku menukik menyamaratakan bokongku dengan pinggangnya. Dia meraih sela-sela kedua kakiku, merentangkannya lebih jauh sambil melepaskan diri dari celana jinsnya. Kedua tangannya berpindah ke pinggangku dan menggenggam erat. Dia memantapkan dirinya di hadapanku dan kemudian dengan hati-hati memasukkan dirinya ke dalam diriku.
"Ya, Tuhan," erangnya.
Aku meremas bantal di sisi wajahku. Tak ada apa pun yang bisa kugenggam, dan aku sangat perlu meraih sesuatu. Dia mencondongkan tubuh ke depan, menekan dadanya ke punggungku. Nafasnya berat dan panas dan menghantam kulitku.
"Aku harus mengambil kondom."
"Oke," aku menghela napas. Tapi dia belum mundur, dan tubuhku secara alami ingin membawanya sepanjang perjalanan, aku ingin dia kembali ke tubuhku.Aku menekan tubuhku ke arahnya, mendorongnya semakin dalam ke dalam diriku, menyebabkan dia menahan pinggulku begitu keras. "Jangan, sayang." Suaranya memperingatkan.
Aku melakukannya lagi, dan dia mengerang.
Dengan cepat menarikku keluar sepenuhnya. Tangannya masih menekan pinggulku, dan dia masih menahanku-dia tidak lagi di dalam diriku.
"Aku sudah minum pil," bisikku. Dia harus tahu bahwa aku sudah membicarakan soal kontrasepsiku dengan dokter kandungan. Dia belum tahu dan sekarang dia tahu.
Dia tidak bergerak. Aku memejamkan mata, membutuhkan dia untuk melakukan sesuatu padaku. Apa pun. Aku sekarat di sini.
"Tzuyu," bisiknya.
Dia tidak menindaklanjutinya dengan apa pun. Kami berdiri diam, dengan dia di posisi yang sama, tepat di depanku.
Dia melepaskan pinggangku dan tak lama mendapati tangannya kembali di pinggangku dengan cengkraman lebih erat.
Dia menghela nafas, aku bingung dengan diamnya dia, seperti mempersiapkan sesuatu yang besar.
"Persiapkan dirimu." Dia membantingku begitu tiba-tiba hingga aku berteriak.
Salah satu tangannya mencengkram tanganku dan dia entah kapan aku sudah kembali berbaring sedang tangannya di mulutku dan menutupnya.
"Ssst," dia memperingatkan.Dia diam, memberiku waktu untuk menyesuaikan diri dengan dirinya di dalam diriku. Entah kapan dia sudah ada di dalam sana. Entah kapan. Aku tidak tahu.
Dia menarik diri sambil mengerang dan menghantamku lagi, membuatku berteriak sekali lagi. Tangannya meredam suaraku kali ini. Dia mengulangi gerakannya. Lebih Keras. Lebih Cepat. Dia mendengus setiap kali dia mendorong dan aku mengeluarkan suara-suara yang bahkan aku sendiri tidak tahu bisa membuatnya.
Aku belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Aku tidak tahu kalau ini bisa menjadi sekuat ini. Dia kuat. Ini memabukkan. Aku menundukkan wajahku dan menempelkan pipiku ke telinganya. Aku menutup mataku. Aku membiarkan dia meniduriku. Berkuasa atas diriku.
Tapi.
Itu hanya berlangsung dua menit.Sunyi.
Sunyi sekali, dan aku tidak tahu apakah itu karena suara kami berdua begitu berisik beberapa detik yang lalu atau karena dia hanya butuh satu menit untuk pulih. Dia masih di dalam diriku, tapi dia sudah selesai. Dia tidak bergerak. Salah satu tangannya masih menutup mulutku, satu lagi masih meremas jemariku. Wajahnya masih terbenam di leherku. Tapi dia begitu diam hingga aku takut untuk bergerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TaeTzu]; Menjadi Juwita Seperti Yang Engkau Minta🔐
Romance"Mama, nanti kalau sudah dewasa, Tzuyu mau jadi istrinya Kak Taehyung saja, Tzuyu menyukai Kak Taehyung. Seperti mama dan papa tinggal satu rumah, Tzuyu juga mau tinggal satu rumah selamanya dengan Kak Taehyung." 🥀 "Kak Taehyung pacaran sama Kak Ji...