Ruby kembali melihat jam yang dipasang pada tiang yang berada di tengah ruangan, sudah hampir dua puluh menit dia duduk sendirian menunggu teman-temannya. Dia memainkan cincin yang dua minggu lalu dipasangkan oleh Axel, orang yang menjadi pacarnya sejak zaman SMA, sebagai tanda keseriusannya kepada Ruby.
Tidak terasa mereka sudah menjalin hubungan selama delapan tahun, dan lima tahun diantaranya harus mereka jalani dengan jarak di antara mereka, karena Ruby yang lulus SMA lebih dahulu memilih melanjutkan kuliahnya di New Zealand, dan satu tahun kemudian Axel melanjutkan pendidikannya di Australia untuk mengambil jurusan bisnis, sesuai saran dari Dad-nya, Tuan Marco.
Ruby sebenarnya tidak datang sendiri. Axel tadi menemaninya, namun beberapa menit kemudian temannya menghubungi dan akhirnya ia lebih memilih bermain futsal bersama teman lamanya dan meninggalkan Ruby sendiri.
"Hai, Ruby!" sapa Salsa yang baru saja memasuki bangunan cafe. Ia berlari kecil menuju tempat temannya itu duduk. "Lo udah lama datangnya?" Salsa bertanya. Ia meletakkan tasnya di kursi yang masih kosong lainnya dan mendudukkan dirinya pada kursi kosong yang berada di sebelah kanan Ruby.
"Sekitar setengah jam," jawab Ruby. Ia lalu memanggil pelayan yang sedang berdiri di dekat meja kasir. "Lo mau makan apa, Salsa?"
Seorang pelayan yang masih muda, mungkin sedikit lebih muda dari mereka, datang menghampiri dengan sebuah daftar menu dan kertas kosong untuk mencatat pesanan. Salsa menerima daftar menu yang disodorkan kepadanya, dan dengan tekun membaca setiap nama hidangan yang tertulis di sana.
"Nggak usah pikirin harganya. On me," kata Ruby lagi, ketika melihat bola mata Salsa yang bergerak naik turun seperti lift.
"Thanks, Ruby. Kalau suatu saat Lo sakit dan butuh pemeriksaan dari dokter, gue akan kasih diskon, deh," ujar Salsa, bercanda.
Ruby tertawa mendengar celetukan Salsa. Salsa memang baru saja menyelesaikan pendidikan dokternya dan berhasil mendapatkan gelar dokter (dr)-nya dua bulan lalu. Itu adalah terakhir kalinya mereka bertemu, untuk membawakan Salsa karangan bunga dan memberikannya selamat atas pencapaiannya.
Setelah menentukan pesanannya, Salsa ingin menyerahkan kembali daftar menu kepada sang pelayan, namun Ruby menahannya dan meminta pelayan itu untuk pergi untuk menyiapkan pesanan Salsa terlebih dahulu, dan mengatakan bahwa dia masih ingin memesan beberapa makanan lagi setelah dua temannya yang lain datang nanti.
"Nggak usah dibalikin, Sal. Mereka udah deket, kok." Ruby memperlihatkan pesan yang baru saja ia terima dari Celya, yang mengatakan posisinya sudah dekat dari cafe tempat mereka berjanji untuk bertemu.
Ya, Ruby sengaja mengajak temannya untuk bertemu malam ini karena ia ingin menyampaikan kabar gembira tentang pacarnya yang sudah resmi melamarnya dua minggu lalu saat ia dan keluarganya pergi ke Sydney untuk merayakan kelulusan Axel. Dan mereka sedang menunggu kehadiran Celya dan Nana yang sepakat untuk datang bersama.
Tepat saat pesanan Salsa selesai diletakkan di atas meja, Celya dan Nana terlihat memasuki cafe dan sedang mencari dua orang temannya yang sudah lebih dulu datang. Ruby pun menaikkan tangan dan melambaikannya untuk menarik perhatian dua teman wanitanya itu.
"Mereka di sana, Na!" Celya berseru ketika matanya berhasil menemukan di mana Ruby dan Salsa berada. Mereka berdua segera menghampiri kedua temannya yang sudah menunggu sejak tadi.
"Hai, Bu dokter. Nggak jaga malam?" Celya menyapa sang dokter dengan sedikit bersemangat, membuat Salsa yang baru saja menyuapkan makanan ke dalam mulutnya hampir tersedak, karena Celya yang tiba-tiba datang menepuk bahunya. Melihat temannya yang mulai terbatuk-batuk hingga wajahnya memerah, Ruby segera menyodorkan minuman yang telah dipesan oleh Salsa dan menyuruhnya untuk minum terlebih dahulu.
Salsa mengelus dada dan mengatur nafasnya terlebih dahulu, sebelum membalas perlakuan Celya kepadanya. Dia memukul lengannya sedikit lebih keras, membuat Celya mengaduh kesakitan sambil mengusap lengannya yang baru saja mendapat pukulan. Salsa hanya menjulurkan lidahnya dan kembali meneguk minumannya, sebelum menyapa temannya yang lain. "Nana, lama nggak ketemu," katanya kemudian. Akhirnya dia bisa menyapa Nana yang duduk di seberangnya.
"Lo yang susah banget diajak ketemuan," protes Nana. Dia membetulkan letak kursinya, sebelum mendudukkan pantatnya.
Salsa menundukkan kepala dan memohon maaf kepada teman-temannya itu, karena ia adalah orang yang paling susah untuk diajak bertemu di antara mereka berempat. Maklum, gelar dokternya tidak bisa di dapatkan dengan mudah dan menyita banyak sekali waktunya.
"Jadi, dalam rangka apa Lo ngumpulin kita, By?" ujar Nana, begitu pelayan selesai mencatat pesanan mereka dan pergi untuk menyiapkannya.
Ruby berdehem untuk menarik perhatian ketiga sahabatnya itu, lalu memamerkan jari manisnya yang berhiaskan cincin di depan wajahnya. Dengan senyum yang tertahan, ia menunggu reaksi dari ketiganya.
Celya menjadi orang pertama yang memekik ketika menyadari benda kecil mengkilap yang menghiasi jari manis sahabatnya. "Lo dilamar?" katanya tidak percaya. Celya mengambil tangan Ruby agar bisa melihat lebih dekat cincin yang bentuk seperti tanaman yang menjalar.
Dengan wajah sombong, Ruby menjawab, "Iya. Axel akhirnya melamar gue saat makan malam bersama keluarganya minggu lalu."
Mendengar jawaban temannya, tiga wanita yang lain memekik kegirangan, memancing pelanggan lain untuk melihat ke arah mereka untuk mengetahui apa yang terjadi. Ruby segera menenangkan teman-temannya itu, tidak ingin menjadi pusat perhatian lebih lama karena kehebohan yang ia perbuat.
"Jadi, gimana ceritanya si bocah kesayangan Lo itu akhirnya berani ngajak Lo nikah?" Salsa menuntut penjelasan untuk memuaskan rasa penasarannya.
"Dia bukan bocah lagi, Salsa," Ruby mengoreksi temannya itu. Menurutnya, Axel sudah tidak pantas disebut bocah karena sudah berani untuk mengajaknya berumah tangga, dan itu bukanlah hal yang bisa dilakukan oleh seorang 'bocah'.
"Aw, Lo udah nggak bisa panggil dia bocah, Salsa. Dia sebentar lagi akan menjadi suami teman Lo," bela Nana. Walaupun dia sendiri masih tidak percaya bahwa Axel akhirnya melamar Ruby setelah bertahun-tahun menjalin hubungan dengannya.
Salsa tidak menggubris omongan Nana dan mengulang pertanyaannya. Tentu dua orang yang lain juga ingin tahu cerita dibalik proses terpasangnya cincin emas putih berhiaskan batu berlian berwarna merah yang kini mengikat temannya dan seorang laki-laki bernama Axel Manoban.
* * * * *
KAMU SEDANG MEMBACA
HORMONES: Married Life [JENLISA | GB]
FanfictionSebuah lanjutan cerita dari AU HORMONES di Twitter/X tentang Axel dan Ruby yang kini akan menjalani kehidupan mereka sebagai pasangan suami-istri [Dengan Perubahan Seperlunya] Lisa Edit ©Ryoma97 on Pinterest