"Mommy! Ansel nakal, nih," teriak Axel dari teras rumahnya.
"No, adek," ujar Ansel sebelum menghilang ke dalam rumah. Dia masih sempat menuduh adiknya yang tidak ada di tempat kejadian.
Dia sedang menikmati matahari pagi kursi teras saat Ansel datang dan membawa kabur tongkatnya sambil tertawa-tawa. Dai tidak mungkin mengejarnya karena kondisi kakinya yang belum memungkinkan.
Beberapa saat kemudian, Angel datang dengan menyeret tongkat ayahnya yang jauh lebih tinggi darinya."Deyi," ujarnya sebelum menyodorkan tongkat tersebut ke ayahnya.
Axel memberikan ciuman di pipinya sebagai ucapan terimakasih. "Adek emang pinter," ujar Axel. Rambut anaknya menjadi berantakan karena ia elus.
Melihat ayahnya tidak pindah, Angel memutuskan untuk menemaninya. Ia ingin menarik kursi kosong yang ada disebelah ayahnya namun terlalu berat untuknya. Axel pun melarangnya dan menyuruhnya untuk segera naik saja.
Menuruti perintah ayahnya, Angel menggunakan bagian yang dipahat di kaki kursi sebagai pijakannya dan menarik dirinya naik dengan berpegangan pada tepian kursi, dan begitu ia berhasil dia kembali mendapatkan pujian dari ayahnya. Kaki kecil berayun-ayun, menunjukkan perasaan senangnya.
Selama duduk berdua dengan ayahnya, beberapa tetangga menyapanya. Ada yang mendekatinya karena gemas dan ingin mencubit pipinya, ada juga yang mampir menanyakan keadaan ayahnya yang baru saja keluar dari rumah sakit.
***Butuh satu minggu untuk Axel agar lepas dari tongkatnya dan butuh 3 kali pertemuan terapi untuk ia bisa berjalan dengan normal kembali, dan meskipun larangan untuk olahraga tidak disebutkan lagi, tapi Axel memilih untuk tidak memaksakan dirinya. Namun bukan berarti dia tinggal diam dan hanya bermain dengan anaknya. Selama ia diberikan waktu untuk beristirahat, beberapa kali ia mengikuti Ruby yang diam-diam setiap pagi melakukan yoga di ruang tengah dengan menjadikan tayangan yoga sebagai pedomannya.
"Kakak ikutin Mommy," perintahnya pada Ansel yang berdiri di depan televisi. Hanya mengenakan popok dan baju kaos yang kusut akibat tidur.
Ansel menengok sebentar melihat apa yang dilakukan ibunya lalu mengambil posisi merangkak dan mulai berjalan mengelilingi orang tuanya. Ruby hanya tersenyum dan tetap fokus ketika Ansel lewat di depannya, sedangkan Axel, dia tertawa karena anak laki-lakinya itu berusaha melewati bagian bawah tubuhnya namun kepalanya terbentur tulang rusuknya saat hendak menerobos.
"Nggak usah pergi kemana-mana, Sayang. Lihat Mommy," ujar Axel kepada Ansel.
Ansel akhirnya duduk di dekat ayahnya dan mengamati ibunya yang masih mengikuti gerakan-gerakan yoga yang dilakukan wanita yang ada di dalam televisi.
"Mau mam, Deyi," celoteh anaknya tiba-tiba.
"Kamu lapar?" Ansel menganggukkan kepalanya. "Minum susu, mau?"
"Susyu!" seru Ansel penuh semangat.
Ruby menatap dua laki-laki kesayangan meninggalkan ruang tengah dan berjalan menuju dapur, dan tidak lama kemudian mulai terdengar suara-suara di dalam sana selama proses pembuatan susu untuk Ansel.
***"Mereka udah tidur, By?"
Ruby menolehkan kepalanya sedikit kemudian mengangguk. "Mereka langsung tidur begitu menyentuh bantal," ujarnya.
"Kamu udah mau tidur juga, nggak?" Tanya Axel ragu-ragu.
"Kenapa emangnya?"
"Cuma nanya aja," gumam Axel. Dia kemudian mengisyaratkan agar Ruby memberikannya sedikit tempat untuk bisa berbaring bersamanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
HORMONES: Married Life [JENLISA | GB]
FanfictionSebuah lanjutan cerita dari AU HORMONES di Twitter/X tentang Axel dan Ruby yang kini akan menjalani kehidupan mereka sebagai pasangan suami-istri [Dengan Perubahan Seperlunya] Lisa Edit ©Ryoma97 on Pinterest