Untitled

297 43 0
                                    

Axel berlari ke pintu depan rumahnya begitu mendengar suara ketukan, dia sedang menunggu pesanan makan siangnya. Namun begitu membuka pintunya yang ia temui hanyalah teman-teman Ruby yang mereka undang karena melewatkan acara makan siang kemarin. Ya, dia dan Ruby telah resmi tinggal di rumah baru mereka. Tanpa sadar dia menghela nafas kecewa saat menyuruh teman-teman Ruby untuk masuk.

"Lo nggak suka kalau kita datang, ya?" celetuk Nana yang berjalan paling belakang. Matanya menatap Axel dengan tajam.

Axel melambaikan tangannya, membantah ucapan Nana lalu memaksa senyumnya. "Nggak, silahkan masuk," katanya.

Mereka berempat berkumpul di ruang tamu. Nana dan Celya segera duduk di salah satu sofa, sementara Salsa memilih untuk berdiri sembari melihat rumah baru temannya itu. Dua lainnya juga melakukan hal yang sama dari tempat duduk mereka. Setiap sudut dilihat dengan teliti hingga ke langit-langit yang berhiaskan lampu yang tidak dinyalakan karena ini masih siang.

"Ruby mana?" tanya Salsa kemudian setelah dia mendudukkan dirinya di sofa yang masih kosong.

"Di dalam, habis mandi," Axel menjawab. Dia berdiri dengan kikuk di tengah jalan dari ruang tamu menuju ruang tengah.

Mendengar jawaban Axel mereka bertiga bangkit dari tempat duduk masing-masing dan berjalan menuju ruang selanjutnya. Melihat meja makan yang masih kosong, Celya berkata. "Bukannya kita diundang buat makan siang, ya?" tanyanya.

"Makan siang masih di jalan," jawab Axel santai. Dia mengambil remote TV dan menyalakannya. Sebuah pertandingan bola sedang ditayangkan, jadi dia memilih untuk menontonnya dan membiarkan Celya dan yang lainnya menjelajahi rumah yang baru ia tinggali selama tiga hari.

Celya yang baru saja ingin membuka salah satu pintu kamar, dibuat kaget karena dia baru saja akan meraih kenop pintu, namun pintu itu terbuka sendiri dari dalam dan Ruby ada di baliknya. "Kalian udah datang," katanya. Salah satu tangannya kembali sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk. "El,  makanannya belum sampe, ya?" Dia bertanya pada suaminya yang terlihat serius menonton pertandingan sepak bola.

"Belum, By," Axel tidak menoleh saat memberikan jawaban.

Sembari menunggu makanan mereka datang, Ruby mengajak teman-temannya berkeliling. Dan sesuai dugaannya, dia akan dipuji atas kemampuannya dalam menata perabotan. Nana bahkan menuduhnya menggunakan jasa profesional, yang tentu saja membuat Ruby terbahak-bahak.

"Gue cuma nonton video tentang bagaimana menata perabotan yang baik dan sedikit menggunakan sisi kreatif gue," katanya sambil mengibaskan rambutnya yang masih setengah basah. "Kalian bisa menghubungi gue nanti, kalau butuh bantuan. Gratis, kok," dia menambahkan.

Suara ketukan kembali terdengar tepat saat mereka menyelesaikan penjelajahan singkat di dalam rumah baru. Axel sudah tidak terlihat saat mereka kembali di ruang  tengah yang terhubung dengan dapur dan ruang makan. Namun, itu tidak berlangsung lama karena kurang dari satu menit kemudian dia sudah kembali dengan bungkusan plastik berisi makanan.

"Waktunya makan," seru Axel sambil mengangkat tentengannya.
***



Sepeninggal teman-temannya, Ruby dan Axel memutuskan untuk makan malam di luar karena mereka.

"Sekalian kita beli bahan makanan. Kita nggak mungkin makan di luar terus atau pesan makanan, kan?" Ruby mengusulkan saat mereka akan meninggalkan rumah mereka.

Axel setuju saja, lagipula mereka akan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah milik mereka sekarang. "Sekali mendayung, dua-tiga pulau terlewati," Axel berkata saya mobil mereka memasuki area parkiran mall.

Mata Ruby berbinar melihat baju-baju yang dipajang, tapi mereka mengeluarkan begitu banyak uang selama dua bulan terakhir, jadi dia mengurungkan niatnya. Setidaknya untuk makanan, mereka tidak pernah memikirkan harga jika itu berhubungan dengan perut mereka.

HORMONES: Married Life [JENLISA | GB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang