Untitled 2

325 43 1
                                    

"By! Liat, deh!" Axel berjalan sambil mendorong kereta bayi lalu berhenti di hadapan Ruby yang sedang membaca buku tentang persalinan.

"Itu belum ada satu jam yang lalu kita beli, El," Ruby berkata tanpa menengok sedikitpun. Pandangannya masih tertuju pada halaman buku yang ia pegang.

"Ini barang mahal, nggak mungkin rusak secepat itu," balas Axel. Ia kemudian melipat dudukan kereta bayi tersebut, memperagakan kembali apa yang dilakukan oleh penjaga toko yang tadi melayani mereka berdua hingga kereta tersebut terlipat dan bisa ia bawa ke manapun ia mau.

Tidak hanya mengetes kereta, ia juga mengenakan gendongan bayi, lengkap dengan tas ransel yang ia pilih sendiri karena ia berpendapat bahwa, "Karena aku yang akan bawa-bawa keperluan kamu dan anak-anak kita nanti, setidaknya aku ingin tampil keren, By." Dan akhirnya Ruby mengijinkan untuk membeli ransel berwarna biru tua dan tanpa motif selain merek yang di jahit di sudut kanan tas tersebut.

Merasa terganggu dengan segala aktivitas pasangannya, Ruby akhirnya berhenti membaca dan menyimpan bukunya di atas meja. Matanya kini tertuju pada Axel yang sepertinya sudah sangat siap membawa anaknya pergi jalan-jalan dengan amunisi lengkap sebagai orang tua. Ruby menggeleng pelan dan tanpa sadar tertawa kecil. "Baru kali ini kamu senang banget habis belanja keperluan buat anak kita," celetuk Ruby.

"Karena baru kali ini ada barang yang sesuai seleraku. Gimana? Aku keren 'kan jadi ayah?" Axel berlenggak-lenggok, memamerkan barang-barang yang ia pakai.

"Tunggu sampai semua barang yang kamu pake ada isinya. Semoga kamu masih bisa keren dan nggak banyak mengeluh," ujar Ruby.

Axel menggembungkan pipinya. "Kamu merusak imajinasiku," balasnya cepat dan hanya Ruby tertawa mendengarnya.
***







Hari masih siang dan Ruby sudah kehabisan kegiatan untuk mengisi waktunya. Sekarang dia hanya bisa menunggu Axel untuk pulang dan merayakan satu tahun pernikahan mereka. Dia sudah memesan kue dan makanan dan sedang menunggu untuk diantar ke rumahnya. Dan karena hari ini adalah hari spesial mereka berdua, jadi dia hanya ingin menikmatinya berdua saja. Tidak ada kerepotan yang berlebihan selain dari suaminya sendiri yang bisa ia atasi dengan mudah, cukup dengan memasang wajah memelas disertai dengan bibir yang sengaja dibuat lebih maju dan mengatakan bahwa ia sedang membawa anak mereka dan semua akan beres.

Dia baru saja akan tertidur saat pesanan kuenya datang. Dikatakan kue juga sepertinya sedikit tidak cocok karena itu hanyalah bolu yang diberi sedikit hiasan karena dia sudah tidak boleh memasukkan terlalu banyak gula ke dalam tubuhnya dan Axel harus ikut merasakannya.

Setelah menyempatkan diri untuk beristirahat, kurir yang mengantar hidangan untuk santapan malam mereka akhirnya datang saat hari mulai gelap. Ruby sedikit was-was dibuatnya. Dia segera menata makanan dan tidak sampai sepuluh menit ia selesai dengan pekerjaannya, suara mesin mobil yang dimatikan terdengar, diikuti suara pintu mobil yang dibuka dan ditutup.

"By!"

Axel memastikan istrinya mengetahui dirinya sudah pulang. Dengan wajah sumringah, dia memasuki rumahnya sambil membawa kotak kue dan paper bag dengan tulisan merek perhiasan yang cukup terkenal. Dia berjalan menuju kamarnya, namun tidak menemukan Ruby di sana. Kakinya lalu membawanya menuju dapur. Pemandangan meja makan yang sudah ditata, lengkap dengan makanan dan peralatan serta satu buah lilin di tengahnya yang sudah dinyalakan membuat senyumnya semakin lebar. Dan saat Ruby muncul dari balik pintu menuju taman belakang rumahnya, sambil membawa piring yang di atas sudah terdapat kue bolu yang dihias, dia segera menghampirinya dan memberikan pelukan dan menciumi wajah Ruby serta perut buncitnya.

"Perut kamu lucu," ujar Axel ketika melihat permukaan perut yang berubah saat penghuni di dalamnya bergerak-gerak mengganti posisi mereka di tempat yang sempit itu.

HORMONES: Married Life [JENLISA | GB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang