Jika ada yang berubah dari Axel setelah akhirnya mereka bisa bercinta kembali, itu adalah perhatiannya yang menjadi berkali-kali lipat. Sebagai contoh, jika biasanya dia hanya bertanya apakah Ruby sudah makan siang atau belum, tapi sudah tiga hari terakhir dia selalu menjemputnya untuk makan siang bersama atau membawakannya makanan yang dia inginkan.
"Dad nggak marah ke kamu karena keluar makan siang terus? Pasti kamu lama di perjalanannya, Sayang," Ruby berkomentar ketika mereka sampai di tempat makan siang mereka kali ini.
Axel mengibaskan tangannya, tidak mempermasalahkan kerepotan yang ia ciptakan untuk dirinya sendiri. "Nggak usah protes, kamu kan tinggal dijemput aja," sahutnya.
Ruby akhirnya mengalah dan mengangkat bahunya serta menikmati segala perhatian yang ditujukan hanya untuknya.
***Dan sebagai balasannya, Ruby menyiapkan semua kebutuhan yang akan mereka bawa ke Bali. Dua buah koper berukuran sedang sudah terbuka dihadapannya, masing-masing satu untuk mereka karena Axel berencana akan tinggal di sana selama satu minggu.
"Kamu mau ketemu orang penting nggak di sana? Meeting sama investor mungkin atau kolega bisnis kamu?" tanya Ruby. Tangannya dengan cekatan melipat ulang baju yang telah ia keluarkan dari lemari agar muat di dalam koper.
Axel yang sejak tadi hanya berbaring dan bermain game, mengubah posisinya dan kini ikut duduk di samping Ruby. "Aku mau rapat dengan staf di sana," ujarnya.
"Kamu ambil kemeja kalau gitu," perintah Ruby. Dia memang hanya menyiapkan baju santai, bisa dibilang semi formal. Tapi, jika itu pertemuan dengan stafnya, dia harus tampil lebih berwibawa, karena dia mewakili ayahnya sebagai pemilik.
"Ini atau yang ini?" Axel tengah berdiri dan memegang dua kemeja kesukaannya. Kemeja berwarna merah tua di tangan kanannya dan kemeja berwarna biru tangan kirinya.
"Kamu bawa kemeja yang hitam aja, deh," sahut Ruby.
Begitu matanya menangkap kemeja hitam yang tergantung di antara kemeja lainnya, dia memutuskan bahwa itu lebih baik dari dua kemeja yang dipilih oleh Axel. "Kenapa nggak langsung bilang yang ini aja tadi?" oceh suaminya ketika mengambil kemeja hitam yang di maksud dan menyimpan dua kemeja lain yang sebelumnya ia ambil.
"Aku lebih suka kalau kamu pakai yang warna gelap," gumam Ruby.
"Tapi aku lebih suka kalau kamu nggak pakai apapun," sergah Axel yang kemudian mengangkat istrinya yang sejak tadi duduk bersila di atas lantai.
Ruby memekik di telinga Axel. "EL!" serunya meminta untuk segera diturunkan.
Axel meletakkan Ruby di atas kasur dan mulai menyerangnya dengan ciuman lembut di sekitar lehernya. Ruby mulai tertawa, merasa geli ketika lidah Axel mulai ikut campur.
"Tapi aku lebih suka kalau kamu nggak pakai apa-apa," ucapnya. Tangannya memegang ujung baju kaos yang dikenakan Ruby, berniat untuk melepaskannya. "Boleh?"
Ruby menggelengkan kepalanya tapi ekspresinya berkata lain. Dia menikmati sentuhan dan perlakuan lembut dari tangan Axel.
Axel mengangkat tubuhnya yang sejak tadi menindih tubuh istrinya. Dengan cekatan dia melepaskan baju dan celananya. "Anggap saja ini sebagai pemanasan karena kita akan melakukannya setiap hari di Bali nanti," katanya sebelum kembali menyerang Ruby dengan bibirnya.
Kegiatan mengemas baju untuk perjalanan mereka sudah terlupakan oleh wanita yang sedang dibutakan oleh nafsunya. Setiap sentuhan dari tangan kekar namun memperlakukannya dengan lembut menghasilkan erangan yang membuat malam mereka semakin panas.
***"Kalian hati-hati, ya!" Nyonya Kim melambaikan tangannya ke arah dua anak muda yang berjalan menuju pintu keberangkatan.
"Kami menunggu kabar baik saat kalian pulang!" Kali ini Tuan Kim yang berteriak. Perkataannya mengandung dua makna, tapi Axel tahu betul apa yang dimaksud oleh ayah mertuanya itu dan membalasnya dengan anggukan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
HORMONES: Married Life [JENLISA | GB]
FanficSebuah lanjutan cerita dari AU HORMONES di Twitter/X tentang Axel dan Ruby yang kini akan menjalani kehidupan mereka sebagai pasangan suami-istri [Dengan Perubahan Seperlunya] Lisa Edit ©Ryoma97 on Pinterest