Behind The Story

857 85 0
                                    

"Ayo, bersulang!" ajak Tuan Marco kepada orang-orang yang duduk bersamanya.

Axel segera mengangkat gelasnya yang berisi cairan anggur berwarna putih, disusul ibunya, lalu Tuan Kim dan istrinya dan terakhir anak mereka, Ruby. Mereka membenturkan pinggiran gelas kaca dengan pelan hingga mengeluarkan suara dentingan kecil.

"Bottommupp," ujar Axel, sebelum meneguk sampai habis isi gelasnya dan mendesah nikmat setelahnya.

Kedua keluarga ini sedang merayakan kelulusan Axel dari perguruan tinggi. Dia sengaja mengundang Ruby dan keluarganya karena ingin Ruby menghadiri salah satu momen penting untuknya. Mereka baru saja menghabiskan hidangan yang dihidangkan dan sedang menikmati suasana restoran yang tidak terlalu ramai.

Ketika para orang tua sibuk bertukar cerita, Axel sendiri sibuk bertukar pandangan dengan staf restoran. Dia menunggu saat yang tepat untuk menaikkan tangannya yang akan menjadi sinyal untuk memulai kejutan yang telah ia siapkan. Ia mengecek suasana restoran sekali lagi, sebelum akhirnya mengangguk pelan ke arah staf yang sejak tadi memperhatikannya.

Tidak lama kemudian, seorang pelayan muncul membawa kue keberuntungan. "Aku dengar seseorang baru saja menyelesaikan sekolahnya. Jadi, kami memberikan kue keberuntungan sebagai hadiah," ujar pelayan itu dengan aksen yang khas. Ia meletakkan satu bungkusan kue keberuntungan di hadapan masing-masing orang.

"Kenapa hanya punyaku yang berwarna merah?" tanya Ruby keheranan. Dia memperhatikan kue setiap orang yang berwarna 'normal'. "Mungkin ini buat kamu, El. Kan kamu yang baru selesai sekolah." Ruby baru saja ingin menukar miliknya dengan pacarnya itu, tetapi Axel sudah membelah kue keberuntungan miliknya dan sedang membaca isi kertas yang ada di tengah kue tersebut.

"Apa isinya?" Ruby mencoba mengintip tulisan yang ada di kertas panjang yang dipegang Axel, namun Axel segera meremasnya.

"Hari baik semakin dekat," ujar Axel singkat. "Kamu buka dong punya kamu."

Ruby pun membuka bungkusan kue keberuntungannya, dan membelah kuenya. Kertas berwarna merah muda yang terlipat dengan rapih jatuh di atas pangkuannya. Tangannya dengan cekatan membuka lipatan kertas untuk melihat tulisan yang terdapat di sana.

"Apa isinya, By?" Axel bertanya.

Tapi, Ruby tidak langsung menjawabnya dan kini semakin terkejut tatkala ia menatap Axel yang sudah tersenyum lebar ke arahnya sambil berlutut memegang kotak kecil yang tutupnya sudah terbuka dan mempamerkan isinya. Sebuah cincin duduk manis di sana.

"Ruby Jane Kim, will you marry me?" Axel bertanya. Suaranya terdengar begitu lembut ketika akhirnya dia bisa mengeluarkan pertanyaan yang mengusiknya sejak beberapa bulan yang lalu.

Ruby masih terdiam, otaknya masih memproses apa yang terjadi. Sementara kedua ibu yang duduk tidak jauh darinya sudah tidak bisa menahan rasa haru dan saling berpelukan, di lain pihak, dua lelaki yang lain hanya saling bertukar senyuman dan menenangkan pasangan mereka.

"Ruby?" Axel memanggil nama pacarnya dengan sangat lembut. "Mau, nggak?"

Ruby akhirnya menganggukkan kepalanya. "Yes, I will," katanya.

Axel akhirnya bisa bernafas lega. Ia segera memasangkan cincin di jari Ruby dan mencium cincin tersebut setelahnya. Namun, Ruby menarik wajahnya dan menempelkan bibir mereka. Sorak sorai pun terdengar dari segala penjuru restoran ketika bibir keduanya berpisah. Kedua ibu bergegas untuk memeluk sang calon mempelai wanita, sementara calon mempelai laki-laki hanya mendapatkan tepukan di pundak serta senyuman dan anggukan tanda persetujuan dari Tuan Kim.
***


HORMONES: Married Life [JENLISA | GB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang