Our Little Family

311 45 4
                                    

Butuh waktu dua hari sebelum Ruby dan bayinya diizinkan untuk pulang. Dan karena Ruby masih sangat membutuhkan bimbingan dan bantuan untuk mengurus bayi kembarnya, dia memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya terlebih dahulu agar ia memiliki waktu untuk beristirahat dan menyembuhkan bekas operasinya terlebih dahulu sebelum mengurus keluarga kecilnya.

"Mom tunggu kalian untuk menginap di rumah juga. Oke?" Ujar Nyonya Marco saat ia berpamitan untuk pulang setelah mengantar Ruby ke rumah orang tuanya. Dia menggerakkan tangannya yang terperangkap dalam genggaman Ansel yang setengah tertidur dalam gendongan Ruby.

Ruby tersenyum dan meng-iya-kan ucapan ibu mertuanya itu. "Mungkin dua minggu lagi aku dan saudaraku akan berkunjung Grandma." Ruby berbicara seolah mewakili Ansel yang sedang ia gendong, sementara saudarinya masih terlelap dalam dekapan ibunya.

"Grandma dan Grandpa pulang dulu," balas Nyonya Marco. Ia menggenggam tanga Angel yang masih bebeas dan mengelusnya dengan lembut lalu menciumnya. Sementara suaminya, dia hanya berdiri dibelakangnya, menunggu dengan setia sampai istrinya selesai berpamitan yang biasanya diakhiri dengan memberikan Axel nasehat agar dia menyusahkan Ruby, tapi kali ini sedikit berbeda.

"Kamu bantuin Ruby urus Ansel sama Angel, El. Jangan tidur terus," ia menegur kebiasaan anaknya yang selalu memprioritaskan tidurnya daripada apapun.

Axel memberikan hormat kepada sang ibu lalu mencium kedua pipinya. "Tenang aja, Mom. Kalau bisa, aku gantiin Ruby buat nyusuin mereka," kata Axel yang diikuti seringainya yang khas.

Nyonya Marco tidak menggubris kata-kata yang baru saja diucapkan anaknya karena hari sudah larut dan dia sedang tidak ingin mengulangi nasehat yang sama kepada anaknya itu.
***


Ruby melewati satu minggu pertamanya sebagai ibu  dengan penyesuaian di segala aspek kehidupannya. Angel dan Ansel menjadi prioritasnya saat ini dan mungkin beberapa bulan, atau bahkan tahun, ke depan. Entah berapa kali dalam sehari dia menghela nafas hingga rasanya ingin menangis karena merasa sangat kerepotan. Pantas saja ibu yang baru melahirkan tampak lusuh, pikirnya.

"Makanan untuk ibu yang lagi menyusui," dengan nada riang Axel memasuki kamar dan membawa sepiring nasi goreng yang baru saja dibuat oleh mertuanya.

Ruby hanya menengok sebentar lalu mengembalikan fokus pada manusia kecil yang sedang menikmati sarapannya, seandainya dia sudah bisa membedakan waktu. "Angel masih nen ini," keluhnya. Walaupun dia sudah lapar tapi putrinya belum mengizinkannya untuk berpindah tempat.

Axel akhirnya meletakkan makanan yang ia bawa di atas nakas yang berada di samping tempat tidur dan, dengan hati-hati agar tidak membangunkan si kembar, bergabung dengan mereka di tempat tidur. Ansel bergerak sedikit ketika tempat kosong disebelahnya kini diisi oleh tubuh besar ayahnya. Ruby hampir merentangkan tangannya jika Ansel terbangun, namun dengan cekatan Axel mengelus perut kecil yang buncit karena susu yang ia konsumsi 1 jam lalu.

"Jangan senyum-senyum aja," desis Ruby. Dia melemparkan popok yang selalu ia siapkan di dekat bantal ke arah Axel yang menatapnya sambil tersenyum bak orang yang kehilangan akalnya. "Kamu belajar mandiin mereka atau minimal ganti popok," tukas Ruby.

"Shhh... Kamu kelihatan seksi kayak gitu," komentar Axel tanpa mempedulikan permintaan Ruby.

Ruby mengikuti arah pandangan Axel yang sejak tadi tertuju ke buah dadanya yang membesar karena air susu. "Kamu jangan macam-macam, ya. Ada Angel dan Ansel di sini," ia memperingatkan.

"Ck, cuma mau minta cium aja, masa nggak boleh? Kita udah lama banget nggak mesra-mesraan, By, curhat Axel. Kali ini ia mencoba mengulurkan tangannya untuk menggantikan tangan Angel yang baru saja melepaskan puting susu yang menganggur, tapi Ruby tidak memberinya kesempatan dan segera memasang kembali kancing bajunya karena Angel sudah selesai dengan sarapannya.

"Kalau cium yang ini," Ruby menawarkan bibirnya untuk dicium dan Axel tidak ingin kehilangan kesempatan lagi, dengan hati-hati dia bertumpu pada kedua tangannya dan menempelkan bibir mereka. Tidak lama memang, karena Ansel terbangun akibat dari gerakan yang ia timbulkan dipermukaan kasur.

"Kamu jaga mereka dulu," ujar Ruby sebelum menyantap sarapan yang dibawakan Axel untuknya.

Setelah sarapan, Axel memberikannya layanan pijat gratis yang tentu tidak akan ia tolak dan setengah jam kemudian, saat ibu Ruby datang mengetuk pintu untuk mengecek keluarga kecil tersebut, dia dikagetkan oleh pasangan muda tersebut yang tengah berciuman. Sepertinya layanan pijat Axel memberikan pelayanan ekstra untuk istrinya.

"Lanjutkan saja kegiatan kalian. Mama cuma mau mengecek Ansel dan Angel," ujar Nyonya Kim. Diam-diam dia menahan suara tawanya melihat Axel yang mencoba untuk menyembunyikan wajahnya dan menenggelamkannya di ceruk leher Ruby. "Mama mau ajak mereka berjemur dulu," katanya sembari melangkah masuk ke dalam kamar seolah tidak terjadi apa-apa.

"Biar El bantu Mama buat bawa keretanya," ujar Ruby sambil mendorong kepala suaminya dan menyuruhnya untuk menaruh Ansel ke atas kereta sementara Angel akan digendong oleh ibunya.

Sebelum menyusul mereka menuju teras, Ruby mengambil dua pasang kacamata hitam berukuran kecil untuk si kembar.
***




"Lihat mereka!"

Nyonya Marco berjalan dengan cepat menyambut cucunya yang sudah berjanji akan tinggal di rumahnya selama dua minggu ke depan. Dia mengambilalih kereta yang didorong oleh Axel, Angel sedang tidur di sana. Sementara Ansel berada dalam pelukan ibunya dan sibuk mencoba memasukkan jari kecilnya ke dalam mulutnya.

Tuan Marco yang ikut menyambut mereka mempersilahkan mereka masuk. Dia tidak ingin angin yang bertiup cukup kencang membuat cucunya sakit.

"Kalian bisa istirahat sebentar sebelum makan malam," ujar Tuan Marco sebelum menyuruh Axel untuk membawa barang-barang mereka ke dalam kamarnya. "Sini. Biar Ansel bersama Grandpa-nya dulu." Dia menjulurkan tangannya dan meminta Ruby untuk menyerahkan cucu laki-lakinya.

"Terima kasih, Dad," ucap Ruby begitu Ansel sudah berpindah tangan. Dia bersyukur anak-anaknya tidak rewel jika ada orang lain ingin menggendong mereka.

Begitu mendapatkan cucu laki-lakinya, Tuan Marco bergabung bersama istrinya yang tengah bermain-main bersama Angel yang masih berada di kereta.

"Lihat siapa yang datang Angel?" Nyonya Marco menunjuk ke arah suaminya yang kini berdiri di sampingnya sambil menggumamkan lagu anak-anak yang ia ketahui.

"Aku menyuruh mereka untuk beristirahat sebentar sebelum makan malam," kata Tuan Marco kemudian. "Sepertinya mereka mengalami kesulitan karena kedatangan dua anggota baru sekaligus di keluarga mereka."

Nyonya Marco menghela nafas dengan pelan. "Satu atau dua, memiliki anak memang akan selalu merepotkan tapi tidak akan membuat mereka menyeselinya," tuturnya.

"Siapa yang akan menyesal jika mempunyai anak secantik ini," Tuan Marco mengangkat Angel ke depan tubuhnya hingga wajah mereka sejajar. Angel menggerakkan bibirnya, mungkin berusaha untuk tersenyum atau tertawa karena kakeknya menggoyang-goyangkan tubuhnya.




* * * * *

[Hayuk di komen-komen dulu]

HORMONES: Married Life [JENLISA | GB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang