Patience

329 46 0
                                    

"Hei," Ruby menyapa laki-laki yang baru saja membuka matanya.

"Pagi," jawab Axel dengan suara yang masih serak. Dia berdehem dan mengulanginya sekali lagi, kemudian mengecup bibir Ruby dengan cepat. "Kita jalan-jalan, yuk?" Axel menawarkan. Ia berbaring menyamping dengan satu tangannya menopang kepalanya.

Ruby mengernyitkan dahinya. " Mau ke mana pagi-pagi?"

"Ke stadion atau ke taman. Yang penting aku bisa olahraga," Axel menjawab.

"Kamu mau main bola?" tanya Ruby. Dia kini berbaring dengan sisi tubuhnya.

Axel menggeleng. "Mau jogging. Aku udah lama nggak olahraga. Mau ikut, nggak?"

Ruby memonyongkan bibirnya, berpikir sejenak. "Mmm... Boleh, deh," ujarnya kemudian. "Tapi aku cuma mau jalan-jalan aja."

Axel mengangguk satu kali dan membantu Ruby untuk bangun. Maklum, perutnya yang semakin besar membuat gerakannya semakin terbatas.
***

"Nggak usah lari, Pa," Nyonya Kim memperingatkan suaminya yang sedang melakukan pemanasan mengikuti gerakan-gerakan yang menantunya lakukan.

Rencana Axel mengajak Ruby untuk berolahraga ringan berubah menjadi acara keluarga. Orang tua Ruby yang mendapati mereka ingin keluar rumah, memutuskan untuk ikut serta karena merasa bosan di rumah, dan juga harus memastikan keamanan Ruby yang sudah memasuki trimester ketiganya.

"Nggak, Ma. Ini kan untuk melemaskan otot biar nggak pegal-pegal nanti," Tuan Kim beralasan sambil terus meregangkan otot tangan dan kakinya. Dia menghitung hingga delapan dengan suara yang pelan.

Axel yang merasa sudah cukup dengan pemanasannya, bersiap-siap untuk lari. Dia mengencangkan tali sepatunya sebelum berpamitan dan meninggalkan Ruby bersama orang tuanya. "Aku lari dulu, By," ujarnya. Ia mengecup Ruby dan mengelus perutnya sebelum mulai berlari.

Nyonya Kim berdeham untuk menarik dua orang yang masih tinggal bersamanya. "Jadi, Papa mau ikut lari atau jalan-jalan aja?" tanya Nyonya Kim kepada suaminya begitu Axel pergi.

Tuan Kim hanya mengangkat bahu. Dia bisa saja menyusul menantunya yang sudah berlari lebih dulu dan meninggalkan Ruby serta istrinya, namun sepertinya bukan pilihan yang bijak untuk saat ini. Suasana taman tempat mereka berada saat ini sedang ramai dengan orang-orang yang datang untuk berolahraga dan jiwa kebapakannya berkata untuk tetap tinggal dan menjaga dua wanita kesayangannya itu.

"Baiklah, keluarga Kim, maju... jalan!" seru Nyonya Kim untuk memberi semangat kepada suami dan anaknya. Mereka mulai berjalan kaki dengan santai sambil melihat orang lain yang juga sedang berolahraga atau sekedar menikmati suasana taman bersama keluarga.

Setengah jam berlalu, Axel memutuskan untuk mengakhiri lari paginya dan kembali bergabung dengan Ruby dan orang tuanya yang masih berjalan santai. "Kamu mau liat orang senam?" ujarnya saat menyadari ke arah mana mereka berjalan.

Dan benar saja, tidak lama kemudian terdengar suara musik, dan kerumunan orang yang sedang senam mulai terlihat. Ruby mencoba mengikuti gerakannya dari jauh, dan tentu saja lebih pelan dari gerakan aslinya yang bersemangat. "Kamu ketemu temen-temenku, nggak?" tanyanya penasaran.

Axel menggelengkan kepalanya. "Banyak orang, By. Nanti kamu marah kalau aku celingak-celinguk liatin orang lain," jawab Axel.

"Benar juga," gumam istrinya itu. Dia sedikit kecewa karena sudah lama mereka tidak menghabiskan waktu bersama.

Begitu mereka semakin dekat dengan kerumunan orang yang sedang mengikuti senam, Nyonya Kim memutuskan agar mereka berhenti sejenak karena dia ingin mengikuti senam tersebut. Awalnya hanya sang ibu yang ingin ikut namun tanpa sadar tiga orang lainnya juga ikut menggerakkan badan mereka mengikuti instruktur senam yang berdiri di atas sebuah panggung kecil.

HORMONES: Married Life [JENLISA | GB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang