Unwell

363 52 2
                                    

Ruby menyodorkan segelas air hangat begitu mendengar Axel kembali batuk dan menyuruhnya kembali berbaring. Dia memperbaiki letak selimutnya agar menutupi seluruh tubuh suaminya hingga dagu.

"Aku ambil makan malam buat kamu dulu, ya," katanya.

Baru saja akan membuka pintu, suara ibu mertuanya terdengar memintanya untuk dibukakan pintunya. Dia masuk dan membawa semangkuk sup ayam dan sedikit bubur di piring yang lain. Ruby mengucapkan terima kasih begitu melihatnya, karena dia tidak perlu repot-repot menyiapkan makan malam untuk suaminya yang sedang sakit.

"Bagaimana keadaannya Ruby?" tanya Nyonya Marco begitu melihat tengah berbaring ditutupi selimut.

"Suhunya 37.5°C, Mom. Aku habis pijitin kepalanya," jawab Ruby. Dia tidak tega membangunkan Axel yang baru saja berbaring, tapi dia harus makan agar bisa meminum obatnya.

"El," dia mengguncangkan tubuh suaminya dengan pelan. "Makan dulu, baru minum obat," katanya nyaris berbisik.

Nyonya Marco mendecakkan lidahnya, tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Sudah sangat lama dia tidak melihat Axel seperti ini, tampak lemah dan rapuh padahal hanya sakit flu biasa. "Dulu kamu cuma minum obat dan tidur sebentar langsung sembuh. Sekarang manja banget," Nyonya Marco berkomentar. "Dia dulu nggak mau disuap kecuali memang sakit parah, seperti saat dia habis kecelakaan dan tangannya kaku," Nyonya Marco menceritakan sedikit pengalaman saat merawat Axel.

Ruby kembali mengingat saat Axel terlibat kecelakaan motor saat pulang sesuai bertanding futsal, dan tidak sampai sebulan dia sudah kembali bermain.

"Obatnya udah kamu pesan, Ruby?" tanya ibu mertuanya lagi. Saat mengecek kotak obat tadi, dia hanya menemukan satu pil obat untuk flu. Jadi dia meminta Ruby untuk membelinya terlebih dahulu.

Ruby menganggukkan kepalanya. "Sudah, Mom. Ini kurirnya sedang singgah di apotek," katanya, sekali lagi mengecek pesan yang ditinggalkan oleh ojek online yang menerima pesanannya.

Suara dua orang yangs sejak tadi bertukar kata-kata akhirnya membangunkan sang pasien. Axel mengerjapkan matanya, lampunya kamar lebih silau dari biasanya dan membuat kepalanya sedikit pusing. Dengan wajah cemberut, dia mengeluarkan tangannya dari bawah selimut untuk menarik lengan piyama yang dikenakan oleh Ruby.

Merasakan tarikan di lengan bajunya, Ruby menoleh dan mendapati Axel menatapnya dengan matanya yang terlihat sembab walaupun dia tidak habis menangis. Dia merasa gemas dengan ujung hidung suaminya yang sedikit kemerahan dan mencubitnya, namun segera menyesalinya begitu cairan yang keluar dari hidung Axel menempel di ujung jarinya.

"Ew..." katanya berpura-pura jijik. Dia menarik beberapa lembar tisu untuk dirinya dan juga Axel agar dia bisa mengeluarkan cairan yang membuat hidung mampet.

"Kamu makan dulu, El. Mama udah buatkan sup ayam sama bubur," Nyonya Marco memperlihatkan sup bening dengan beberapa suiran daging ayam. "By, ambil meja kecil di samping lemari," pintanya, sambil menunjuk lemari yang di maksud.

Ruby segera mengambil meja lipat tersebut, yang dulu Axel biasa gunakan saat mengerjakan tugasnya, dan membuka lipatan kakinya. Dia kemudian meletakkan di atas kaki Axel yang terjulur. Ibunya lalu meletakkan mangkuk sup dan bubur di atasnya. "Kamu makan dulu, obatnya lagi di beli," katanya.

Axel mendongak, menatap istrinya dengan tatapan memelas. "Suapin," katanya dengan suara yang kini berubah akibat flu.

Ibunya menggeram di sampingnya. "Manja banget. Sudah Mama bilang, jangan minum yang dingin, nggak usah mandi sore. Malah dilanggar semua," sahutnya, namun kemudian mengelus kepalanya anaknya itu. "Untung sekarang ada Ruby yang perhatian sama kamu."

HORMONES: Married Life [JENLISA | GB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang