Setelah mengetahui bahwa dirinya hamil, frekuensi mual dan muntah yang dialami Ruby meningkat drastis. Kini setiap pagi dia akan menghabiskan sedikitnya lima belas menit hanya untuk membungkukkan depan wastafel dan mencoba mengeluarkan isi perutnya yang nyaris tidak ada karena selera makannya mulai terganggu karena hidungnya yang mulai sensitif terhadap bau.
"Kamu mau makan apa?" Axel bertanya suatu pagi. Dia sudah menyantap habis nasi goreng yang dibuat Ruby dengan susah payah karena dia sendiri tidak tahan dengan bau bumbunya.
"Aku mau makan sup kentang buatan Mama," jawab Ruby sambil mengelus perutnya yang kini sedikit membuncit seperti orang yang baru melahap tiga porsi makanan.
"Ya udah, kita ke rumah kamu sekarang kalau gitu," kata Axel. Dia segera bangkit dari kursinya untuk mengambil kunci mobil. Begitu Axel mendapatkan kuncinya, dia berjalan menuju garasi di mana mobil mereka terparkir dan langsung menyalakan mesinnya. "Ayo, berangkat," ajaknya saat ia kembali masuk ke dalam rumah untuk memanggil Ruby.
"Kamu aja yang pergi, aku malas ke mana-mana," ucapnya kemudian. Dia beranjak dari meja makan dan menjatuhkan dirinya pada sofa di ruang tengah. "Aku mual kalau naik mobil, El," dia beralasan sambil duduk berselonjor dan mencari tayang televisi yang bagus.
"Aku pergi dulu kalau gitu," Axel mencium puncak kepala Ruby sebelum pergi.
Dan satu setengah jam kemudian, Axel kembali dengan rantang yag berisikan sup kentang dengan porsi yang cukup untuk tiga orang. Ruby membuka tutupnya dengan hati-hati, takut kalau aroma makanan yang sudah susah payah dibuat untuknya malah membuatnya mual sebelum dia memakannya.
Axel tidak sadar alisnya terangkat saat menunggu Ruby memeriksa makanan yang baru saja ia bawakan. "Gimana?" Tanya penasaran. Dia berharap Ruby akan memakannya dengan lahap karena ini adalah permintaannya.
Ruby menuangkan beberapa sendok ke dalam mangkuk lain yang ia siapkan dan mencicipinya sedikit terlebih dahulu. Dia mengecap lidahnya beberapa kali, menunggu lambungnya memberikan respon penolakan atau apapun yang membuat selera makannya akan menghilang seperti yang terjadi setiap kali dia mencoba untuk memasukkan makanan ke dalam perutnya. Namun, reaksi itu tidak pernah muncul, hingga dia menyuapkan sup kentang tersebut beberapa kali dan merasa kenyang.
"Kamu udah selesai?" Tanya Axel heran.
Dia mengambil mangkuk lain dan mengisinya dengan sup kentang yang dibuat oleh mertuanya. Suapan pertama, dia merasa sedikit aneh karena ini pertama kalinya dia memakan sup kentang seperti ini. Ibunya biasa memasak kentang dengan wortel dan menggunakan kaldu ayam sebagai kuahnya, tapi buatan mertuanya sedikit berbeda. Teksturnya lebih mirip bubur menurutnya. "Mirip cream soup," dia berkata saat menyuapkannya sekali lagi ke dalam mulutnya. Dia membuat suara seperti mendecakkan lidahnya. "Tapi enak," kata Axel sebelum kembali menyuapkan sesendok penuh sup kentang.
"Memang enak," Ruby menyahut. Tapi, dia sudah mendorong mangkuknya menjauh dari tubuhnya, menolak untuk menghabiskan sisa sup kentang yang masih menutupi dasar mangkuknya. "Tapi, aku udah kenyang."
Axel menghela nafasnya, sedikit kecewa karena mengira Ruby setidaknya akan makan lebih banyak kali ini. "Kamu nggak ngidam kayak ibu-ibu hamil pada umumnya, ya? Kan biasanya mereka suka minta makanan terus makannya bisa lebih banyak dari biasanya," celoteh Axel.
"Kamu terlalu banyak nonton drama di TV," balas Ruby santai, membuat Axel hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Tapi, emang seperti itu kan pada umumnya?"
"Jadi, kamu lebih milih aku nyuruh kamu keluar mencari makanan tertentu di tengah malam, gitu?"
Axel mengangkat bahunya. "Terdengar lebih baik daripada kamu cuma makan sedikit atau bahkan nggak makan sama sekali," ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HORMONES: Married Life [JENLISA | GB]
FanfictionSebuah lanjutan cerita dari AU HORMONES di Twitter/X tentang Axel dan Ruby yang kini akan menjalani kehidupan mereka sebagai pasangan suami-istri [Dengan Perubahan Seperlunya] Lisa Edit ©Ryoma97 on Pinterest