Pulang

469 58 4
                                    

Salsa yang dini hari tadi datang untuk menumpang tidur, datang kembali bersama dokter yang merawat Ruby. Dia memang mengatakan kalau hari ini dia masih harus ikut mengunjungi pasien sebelum pulang dan menyiapkan laporan tentang kunjungan pasiennya hari ini. Tapi, Ruby tidak menyangka dia akan mendatanginya kembali sebagai dokter.

"Nanti sore juga sudah bisa pulang kalau mau. Tapi, jangan mengerjakan hal-hal yang berat dulu seperti mengangkat barang, apalagi sampai kelelahan. Itu tidak boleh, ya," kata dokter yang sudah empat hari merawatnya. "Dan untuk suaminya, Anda harus menunggu sampai darah berhenti keluar dulu baru boleh berhubungan. Jadi, tolong ditahan dulu nafsunya," tambahnya. Entah mengapa mendengar penjelasan dokter membuat Salsa tertawa kecil. Mungkin karena ekspresi yang terlihat di wajah Axel saat mendengarnya.

Sudah empat hari Ruby dan Axel menghabiskan waktu mereka di rumah sakit dan akhirnya dokter mengizinkan mereka untuk pulang. Axel yang tadi menahan rasa gembiranya, langsung memeluk istrinya begitu Salsa pamit dan menutup pintu. Keadaan Ruby memang jauh lebih baik sekarang. Dia sudah tidak pernah mengeluhkan rasa nyeri di sekitar perutnya dan darahnya yang keluar sudah tidak begitu banyak, dan dia juga sudah bosan dengan makanan rumah sakit yang rasanya mendekati hambar menurutnya.

"Sebaiknya aku mengemas barang-barang kita," ujar Axel bersemangat.

Dia segera sibuk berjalan ke sana kemari memunguti barang-barang yang ia bawa dari rumahnya dan juga yang dibawa oleh orang tua Ruby. Mulai dari kotak bekal dan peralatan makan lainnya dan juga alat-alat untuk mandi. Tidak lupa ia mengabari orang tua mereka, agar mereka juga bisa datang membantunya untuk mengemas barang.

"Jangan lupa sabun pencuci mukaku di kamar mandi, El!" Ruby sedikit mengeraskan suaranya ketika Axel membereskan barang bawaan mereka yang tersimpan di kamar mandi.

Setelah beberapa menit, Axel beristirahat dan melihat barang-barang yang sudah ia kumpulkan. Ruby memberikannya daftar barang-barang yang mereka bawa agar tidak ada yang ketinggalan. "Kapan kamu buat ini?" Axel membalik ponsel Ruby ke arah pemiliknya untuk memperlihatkan isi dari aplikasi catatannya.

"Mama suka lupa barang yang dia pakai untuk membawakan kamu bekal dan kamu pasti nggak ingat mana barang yang kamu bawa dari rumah," Ruby menjawab. Dia sebenarnya ingin membantu, tapi Axel terus mengulang perkataan dokter untuk tidak membuatnya kelelahan. Jadi Ruby hanya bisa duduk manis di sofa karena dia sudah bosan di tempat tidurnya.
***





Orang tua Ruby datang untuk membawakan makan siang sekaligus menjemput anak mereka karena Axel dan Ruby akan tinggal sementara waktu bersama mereka sampai keadaan Ruby benar-benar pulih dan Axel menyelesaikan pembelian tempat yang akan mereka huni.

"Kamu udah memasukkan semua barang di dalam koper? tanya ibu mertuanya. Nyonya Kim kembali mengecek setiap sudut kamar Ruby, takut kalau masih ada barang yang ketinggalan.

"Udah, Ma. Aku juga sudah mengemas barang-barang kami," kata Ruby.

Sembari menunggu cairan infus Ruby habis, Axel menikmati makan siang terakhirnya di rumah sakit, sementara ayah Ruby mengurus administrasi anaknya agar mereka bisa sesegera mungkin meninggalkan tempat ini. Dia tidak begitu suka berada di rumah sakit yang penuh dengan orang-orang berwajah murung.

Tidak lama setelah Axel menghabiskan makanannya, Nyonya Kim menyuruhnya untuk memanggil perawat karena cairan infus Ruby sudah tersisa sangat sedikit. Axel segera bangkit dan pergi ke tempat perawat yang biasa berjaga berkumpul dan kembali ke kamar Ruby bersamanya.

Dengan cekatan perawat itu melepaskan jarum infus yang terpasang di punggung tangan Ruby dan menempelkan perban kecil untuk menutup bekas tusukannya sementara waktu. Saat dia ingin berpamitan, Nyonya Kim memberikannya sekotak bolu sebagai ucapan terima kasihnya. Perawat itu pun pergi dengan wajah bahagia setelah menerima kue yang bisa ia bagikan bersama perawat yang lainnya.

"Kita pulang sekarang?" Tanya Axel. Dia menepuk-nepuk tangannya lalu berdiri dari sofa dan berjalan mendekati barang bawaan mereka yang sudah ia kumpulkan di dekat pintu.

"Bagaimana, Ruby?" ibunya bertanya untuk memastikan. Ruby segera turun dari tempat tidurnya. Axel menganggapnya sebagai pertanda dan segera menarik koper mereka. Nyonya Kim berjalan di depan bersama Ruby yang menggandeng tangannya dan Axel mengawasinya dari belakang. Nyonya Kim menelepon suaminya agar tidak usah kembali ke kamar Ruby dan menunggu mereka di lobi.

"Oh, ya, kamu udah bilang ke orang tuamu kalau kamu akan tinggal di rumah kami untuk sementara waktu, kan?" Nyonya Kim bertanya ketika mereka masih menunggu suaminya untuk memindahkan mobil.

Axel mengangguk. "Sudah, Ma. Mungkin besok aku akan pergi bersama Dad untuk mengecek beberapa apartemen. Nggak apa-apa, kan By?" Dia tahu kalau Ruby pasti ingin ikut melihatnya, maka dari itu dia segera menambahkan, "Nanti kalau udah ketemu kamu bisa liat tempatnya sebelum kita beli." Ruby pun menyetujuinya.

"Ayo, naik," ujar Nyonya Kim begitu melihat mobil hitam milik suaminya mendekat ke arah mereka.

Nyonya Kim segera masuk dan duduk bersama Ruby di belakang, sementara Axel menjadi supir kali ini.

"Pa, besok El mau cek apartemen bersama ayahnya," Nyonya Kim menginformasikan.

"Betul, El?" tanya Tuan Kim yang duduk di sampingnya.

"Iya, Pa," Axel menjawab. Tatapannya masih lurus ke arah jalan raya yang sedang ramai. "Nanti kalau sudah ketemu yang cocok, baru aku ajak Ruby."

"Mobilnya? Kapan mau kamu ambil?" tanya Tuan Kim lagi.

Axel mengangkat alisnya dan melihat ke arah spion utama. "Nanti kalau Ruby udah lebih mendingan," ujarnya.

"Mending kamu ambil besok aja sekalian," sahut Ruby dari belakangnya. Kepalanya masih tersandar di bahu ibunya. "Jadi nanti kamu punya kendaraan untuk dipakai," tambahnya.

Tuan Kim menyetujui pendapat Ruby, mumpung ada orang yang menjaga Ruby, dia bisa menyelesaikan hal-hal yang tertunda karena mereka pergi berbulan madu dan harus masuk rumah sakit setelahnya.

"Baiklah," jawab Axel pada akhirnya.



* * * * *


[Pendek banget, ya?]

HORMONES: Married Life [JENLISA | GB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang