Daddy Daddy

351 42 0
                                    

"Ruby, kamu juga harus istirahat," Nyonya Marco mengelus pundak menantu kesayangannya itu.

Tangannya yang lain masih menggenggam tangan Axel yang kini tertidur setelah diberikan obat. Melihat keadaan anaknya yang seperti itu membuat dadanya sedikit sesak. Dia tahu, Axel pasti benci dengan keadaannya sekarang. Dokter yang baru saja memeriksanya berkata bahwa untuk sementara waktu dia tidak boleh memberikan beban pada pergelangan kakinya.

"Itu artinya dia nggak bisa ke hotel dulu, nggak bisa olahraga dulu, nggak bisa gendong si kembar dulu," ujar Nyonya Marco ketika dokter tersebut meninggalkan kamar tempat Axel dirawat.

"Kembar bagaimana? Mereka pasti bingung tiba-tiba menginap tanpa kalian," Tuan Marco bertanya.

Ruby yang baru saja hendak berbaring, menundanya terlebih dahulu dan menjawab pertanyaan ayah mertuanya. "Kata Mama mereka menangis terus sampai tertidur," ucapnya.

"Jangan tanya-tanya Ruby dulu, dia mau istirahat," Nyonya Marco mengibaskan tangannya, melarang suaminya untuk bertanya lebih lanjut.

Tuan Marco akhirnya hanya bisa menghela nafas dan mencibir istrinya sendiri.
***





"Kata orang yang mengantarnya, dia ditabrak dari belakang oleh sebuah mobil sedan yang melaju cukup kencang," kata perawat yang baru saja memberikan obat pada luka-luka lecet yang milik Axel.

"Lalu di mana pengemudi ugal-ugalan itu sekarang?" Ruby mencoba meredam amarahnya karena dia masih berada di ruang IGD dan masih ada korban lain dari kecelakaan yang melibatkan suaminya.

"Meninggal di tempat setelah mobilnya kehilangan kendali dan menabrak tiang jembatan penyeberangan."

Ruby menggigit bibir bawahnya. Dia ingin merasa kasian terhadap orang yang baru saja meninggalkan kehidupannya di dunia ini, tapi melihat keadaan Axel yang terbaring dengan noda darah di kemeja dan dasi yang tadi pagi ia pakaikan untuknya, rasa kasihan Ruby menghilang begitu saja.

"Apakah kakinya harus dipasangi perban sebanyak itu?" Ruby menunjuk perban yang melilit pergelangan kaki kiri suaminya itu. Terlihat cukup tebal memang.

"Sepertinya dia terkilir cukup parah di bagian pergelangan kakinya, mungkin akibat tertimpa motor yang ia kendarai atau karena sempat terseret," ujar perawat yang bernama Rena. "Tapi masih akan diperiksa lagi besok pagi," pungkasnya.

"Besok pagi, ya?"

Ruby menutup mulutnya ketika ia menguap, seseorang mengguncangkan bahunya dengan pelan.

"Ruby, Axel udah mau dipindahin ke kamar." Itu adalah suara Salsa. Ruby tersenyum dan membalas pelukan yang diberikan temannya itu. "Lo bisa istirahat di sana," katanya.
***





"Akibat rem mobil blong, seorang pengemudi tewas menabrak tiang jembatan penyebrangan setelah menabrak 3 motor yang sedang berhenti menunggu lampu merah." Tulis akun berita yang tidak sengaja lewat di beranda media sosial yang sedang dilihat Ruby melalui ponselnya.

Dia segera menutup aplikasinya dan memilih untuk berbaring. Dia masih berada di rumah sakit dan baru saja kembali dari menengok anaknya yang masih tinggal di rumah orang tuanya. Dia ikut merasa sedih karena baru kali ini ia terpisah cukup lama dengan anaknya dan tidak tidur bersama mereka selama dua hari berturut-turut.

Tok tok tok...

Ruby kembali bangkit dan membukakan pintu untuk siapapun yang baru saja mengetuknya. "Ya, tunggu!" sahutnya sembari menghampiri pintu.

"Gue harap lo lapar," celetuk Salsa ketika pintu kamar tempat Axel dirawat, terbuka. Ia memamerkan kantong plastik yang ia bawa, sebuah kotak persegi yang sudah bisa ditebak isinya terlihat di dalam sana.

HORMONES: Married Life [JENLISA | GB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang