Tears

269 43 1
                                    

"Ansel, minta," Axel mengulurkan tangannya ke depan anak laki-lakinya yang sedang menikmati roti yang baru saja diberikan oleh Mommy-nya.

Ansel menarik roti tersebut semakin dekat ke tubuhnya, dia harus melindungi roti coklatnya yang berharga. "No no," katanya ketika tangan Daddy-nya bergerak untuk mengambil roti dari tangannya. Dia mengubah posisi duduknya dan kini membelakangi Daddy-nya.

"Dikit aja," Axel memohon. Tanpa menunggu persetujuan dari pemiliknya, dia mengambil roti terakhir yang dibuat Ruby semalam dan membelahnya menjadi dua. Baru saja dia ingin memberikan kembali potongan yang lebih besar untuk anaknya, tapi Ansel sudah telanjur menangis. Kaki kecilnya bergerak menendang-nendang, menolak roti yang diberikan Daddy-nya.

Suara tangisan Ansel terdengar memenuhi rumah. Axel mencoba untuk mendiamkannya, menawarkan kembali roti yang telah terbelah dua tapi Ansel sudah terlanjur sakit hati. Dia menerima pemberian roti dari Daddy-nya hanya untuk dilemparkan kembali ke atas lantai.

"Kamu kenapa, Sayang?" Ruby segera menghampiri ayah dan anak tersebut. "Shh... Shh..." Dia mencoba menenangkan Ansel yang kini memeluknya sambil menangis tersedu-sedu. Dia menatap suaminya yang terdiam ditempatnya sambil tersenyum kikuk memegang roti yang sudah terbelah menjadi dua.

"Kenapa dia nangis?" Tanya Ruby. Dengan sabar dia mendiamkan Ansel yang memeluk lehernya dengan erat.

"Aku cuma minta rotinya dikit," Axel memperlihatkan potongan roti yang ia pungut dari lantai.

Ruby mengambil potongan roti yang ukurannya sedikit lebih besar dan menawarkannya kepada Ansel dengan menempelkan roti tersebut di depan bibirnya. Dia menunggu hingga Ansel membuka mulutnya dan memberikan seluruh potongan roti tersebut untuk ia pegang.

"Hobi banget gangguin anaknya," celetuk Ruby, ia memberikan tatapan sinis ke arah suaminya. "Jangan nangis lagi, ya. Daddy cuma minta sedikit, Sayang," katanya sambil mengusap rambut Ansel yang sudah berhenti menangis.

"Awas aja, nanti Daddy beli roti sama Angel," kata Axel kepada anaknya yang kembali memunggunginya.
***




"Adek!" Ruby memanggil anak perempuannya yang baru saja selesai menghabiskan sebotol susu, "Tolong bangunin Deyi sama kakak Acel, ya," perintahnya kepada putrinya itu.

Dengan menenteng botol susu yang sudah hampir kosong, Angel berlari kecil ke arah kamar orang tuanya. Begitu ia masuk, ia mendapati salah satu tangan Daddy-nya terjulur dari tempat tidur dan menyentuh lantai kamar. Dia mengambil tangan yang terjulur itu dan mulai menariknya. "DEYI!" Dia berteriak memanggil ayahnya.

"Mmmm..." Axel hanya menggumam tidak jelas dan kembali diam.

Angel tahu dirinya harus mulai memanjat tempat tidur untuk membangunkan ayah dan kakaknya. Dia pun menjadikan baju Daddy-nya sebagai pegangan, satu kakinya berusaha ia naikkan ke tepi kasur dan mulai menarik tubuhnya. Ia mengerang ketika mengerahkan kekuatannya.

Merasa ada yang menarik bajunya membuat Axel terbangun. Tangannya segera menahan tubuh Angel yang tengah memanjat begitu ia menyadari apa yang dilakukannya dan begitu gadis kecilnya berhasil naik, dia merasakan berat di punggungnya. "PIIPPP!" teriak Angel menirukan suara klakson. "DEYI!!"

Beberapa menit kemudian, Angel keluar bersama Daddy dan kakaknya yang digendong karena masih belum sadar sepenuhnya. Angel berlari ke sisi Mommynya untuk memberitahukan bahwa dia berhasil membangunkan mereka berdua.

"Aku udah siapin baju kamu untuk rapat hari ini," Ruby berkata, tangannya sibuk mengaduk nasi dan telur untuk membuat nasi goreng.

Axel menarik kursi untuk dirinya dan juga kedua anaknya. "Ansel minum dulu," dia menyodorkan segelas air putih hangat kepada putranya.
***



HORMONES: Married Life [JENLISA | GB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang