Sex Education

486 53 5
                                    

Nana baru saja memasuki area parkiran rumah sakit tempat Salsa menjalani magangnya. Dia segera menghubungi temannya itu karena tidak mau menunggu terlalu lama tapi juga enggan untuk turun dari mobil untuk mencarinya langsung.

Hujan mulai turun sedikit demi sedikit saat Salsa muncul mengetuk kaca mobilnya sambil menghalangi kepalanya dengan tangannya sendiri. "Na!" teriaknya ketika temannya itu tidak langsung membukakan pintu. Salsa harus berjalan ke depan mobil agar temannya menyadari kehadirannya.

"Sorry," kata Nana sambil tersenyum malu karena keteledorannya. Dia menawarkan tisu untuk temannya yang kehujanan. "Lo nggak mau singgah ambil barang lagi, 'kan?"

Salsa menepuk-nepuk lembaran tisu pada bajunya yang terkena tetesan hujan. "Nggak usah. Gue bisa pinjam baju Celya buat tidur," ujarnya tanpa melihat lawan bicaranya.

Nana segera mengemudikan mobilnya menuju apartemen yang disewa oleh Celya bersama kakaknya, Alice. "Ruby ikut nginap, kan?" dia bertanya di antara nyanyian. Kepalanya bergerak-gerak dengan pelan mengikuti irama lagu yang terdengar dari speaker mobilnya.

"Nggak tau. Dia kan udah punya suami, Na," Salsa menjawab sesuai fakta. Dia sendiri tidak masalah jika temannya yang satu itu tidak ikut dalam acara menginap mereka, hanya saja akan lebih seru jika Ruby ikut dan menceritakan kehidupannya setelah menikah hampir dua bulan.
***





Di tempat lain, Axel masih tidak melepaskan pelukannya. Berulang kali dia memohon agar Ruby tidak menginap di apartemen Celya malam ini.

"Aku bakalan jemput kamu jam berapapun, By," katanya memohon. Dia terus mengikuti Ruby yang sedang mengumpulkan barang yang ingin ia bawa ke tempat Celya.

"Cuma semalam doang, El. Aku pulangnya besok siang paling lama," jawab Ruby tidak ingin mengalah pada permohonan suaminya. Walaupun sedikit jengkel dengan tangan Axel yang menarik bagian ujung belakang bajunya, tapi dia membiarkannya.

"Tapi aku nggak suka tidur sendiri," kata Axel berasalan.

Ruby membalikkan badan dan kini berdiri berhadapan dengan Axel. "Tiga bulan lalu kamu masih tidur sendiri, sudah bertahun-tahun kamu tidur sendiri," katanya, dengan tangan terlipat di depan dada.

Axel meniupkan udara dari mulutnya tepat ke wajah Ruby yang masih menatapnya. "Kan itu sebelum aku tau punya teman tidur itu lebih enak, Sayang," ujarnya. Tangannya menarik tubuh Ruby agar lebih dekat dengannya .

Ruby memicingkan matanya. "Nggak. Aku tetap mau tidur di tempat Celya malam ini," dia lalu menjulurkan lidahnya dan membebaskan diri dari kurungan suaminya.

Ruby meletakkan barang-barangnya di atar tempat tidur dan mencari tas yang akan ia gunakan untuk membawanya. Setelah menemukan tas yang dimaksud, dia naik ke atas tempat tidur dan mulai memasukkan barang satu per satu. Tentu saja Axel masih mengganggunya dengan memindahkan barang-barang yang ingin Ruby kemas.

Dengan satu alis terangkat, Ruby menatap suaminya yang masih berbaring. "Akhir-akhir ini kamu clingy banget tau," ujarnya. "Kamu nggak sakit, 'kan?" Ia menjulurkan tangannya dan menempelkan di dahi dan leher Axel untuk mengecek suhu tubuhnya.

"Apa, sih?" Axel menyingkirkan tangan Ruby dari lehernya. "Nggak boleh emang?" tanyanya dengan wajah cemberut.

"Boleh aja, Sayang," Ruby menjawab dengan nada mengejek lalu mencium suaminya itu sebelum melanjutkan mengemas barangnya. "Ayo, antar aku sekarang," Ruby menarik tangan Axel agar ia bangun dari tempat tidur mereka. Ia telah selesai dengan barang-barangnya dan menyampirkan tote bag di bahunya.

Axel melakukan gerakan sit up kemudian menghembuskan nafas sekeras mungkin agar Ruby mendengarnya. Dia menahan Ruby sebelum ia bisa pergi menjauh dan kembali meminta ciuman sebagai imbalannya.
***





HORMONES: Married Life [JENLISA | GB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang