Dari Ruby: [Gue udah beli test pack 3 buah]Dari Salsa : [Lo coba besok pagi]
Dari Ruby : [Kalau malam nggak bisa, ya?]
Dari Salsa : [Nanti malah nggak akurat kalau lo tesnya malam hari]
Dari Ruby : [Yaudah deh, gue harus nunggu lagi sampai besok pagi 😞]
Dari Salsa : [Kabarin gue hasilnya. Gue ikut penasaran juga nih 🤣]
Dari Ruby : [Besok gue fotoin test pack-nya sekalian]
Dari Salsa : [🙃🙃🙃🙃🙃🙃🙃]
***Keesokan paginya, Ruby kembali bangun lebih cepat karena dorongan untuk mengeluarkan isi perutnya kembali muncul. Diam-diam Ruby beranjak dari tempat tidur dan mengambil test pack yang ia sembunyikan di bagian dalam tasnya dan masuk ke dalam kamar mandi. Untung Axel tidak banyak bertanya tentang sakitnya dan obat apa yang kemarin ia beli di apotek.
Ruby telah mengisi gelas yang ia siapkan dengan air kencingnya dan memasukkan test pack sudah ia beli kemarin. "Sekarang hanya menunggu hasilnya," gumamnya kepada diri sendiri. Dia menunggu selama beberapa detik sebelum mengeluarkan test pack tersebut dan menunggu hasilnya muncul.
Hatinya berdebar-debar selama menunggu, hingga ia memilih menutup matanya saat mengambil satu di antara tiga test pack yang ia gunakan. Dia membawa test pack itu ke depan wajahnya dan membuka mata kanannya dengan perlahan untuk mengintip hasilnya.
"Satu..." Dia berkata begitu melihat satu garis sangat jelas di sana, kemudian membuka satu matanya lagi agar penglihatannya lebih jelas. Namun dahinya mengernyit begitu melihat satu lagi garis buram di samping garis yang pertama kali ia lihat. "Apa ini?" katanya bingung.
Dia meletakkan test pack tersebut dan mengambil yang lain. Dia menggenggam tepat di bagian hasilnya muncul dan membukanya sedikit-sedikit. "Yes," dia membaca tulisan yang muncul dilayar kecil yang terdapat di test pack tersebut. Perasaan senang memenuhi dirinya, dia ingin berteriak tapi air matanya justru tumpah.
Ketukan pada pintu kamar mandi yang diikuti oleh suara Axel membuatnya terhenyak. "By! Kamu masih lama, nggak?" seru Axel dengan suaranya yang parau. Dia kembali mengetuk pintu kamar mandi dan menunggu jawaban dari orang yang ada di dalamnya.
Buru-buru, Ruby menyeka sisa air matanya dan mengatur nafasnya agar lebih tenang. "Tunggu, aku masih pipis," balasnya agar Axel berhenti memainkan jari-jarinya di daun pintu.
Tidak lama kemudian Ruby muncul dengan wajah kesal. "Berisik," desisnya saat Axel berdiri dihadapannya. Dia mencoba menggeser tubuh suaminya itu namun tentu saja dia tidak bergeming.
"No happy birthday for me?" Dia tersenyum lebar, menunggu Ruby mengatakan sesuatu.
Tapi, Ruby hanya mengernyitkan keningnya. "Bukannya besok, ya?"
Alih-alih mendapatkan ucapan, istrinya ternyata lupa kalau hari ini adalah ulang tahunnya. "Kamu lupa?" Axel berkata, masih tidak percaya.
"Aku kira besok," Ruby beralasan, lalu menarik wajah Axel untuk menempelkan bibir mereka. "Happy birthday, Sayang," katanya setelah bibir mereka terpisah.
"Kadonya?" Mata Axel berbinar saat meminta kado pertama dari Ruby sebagai suaminya.
"Nanti, ya? Aku pikirin dulu." Ruby mencoba untuk tidak tertawa ketika melihat ekspresi kecewa yang ditunjukkan oleh suaminya. "Kamu pasti nggak menduga kado yang aku kasi malam nanti," gumam Ruby saat Axel telah memasuki kamar mandi di belakangnya.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
HORMONES: Married Life [JENLISA | GB]
FanfictionSebuah lanjutan cerita dari AU HORMONES di Twitter/X tentang Axel dan Ruby yang kini akan menjalani kehidupan mereka sebagai pasangan suami-istri [Dengan Perubahan Seperlunya] Lisa Edit ©Ryoma97 on Pinterest