TMI

726 69 2
                                    

Axel menjadi orang yang pertama bangun. Setelah meregangkan kedua tangan dan kakinya, perhatiannya tertuju pada orang yang masih tertidur pulas di sampingnya. Pipi montoknya mencuat dari balik selimut yang menutupi hampir seluruh tubuhnya. Merasa gemas, dia menusuk-nusuk pipi itu dengan telunjuknya. "Kiyowo," katanya. Dia ikut tertular dengan bahasa yang biasa Ruby gunakan kepadanya jika dia sedang merasa gemas melihat sesuatu yang lucu.

Lima menit berlalu, rasa kantuk menghampirinya kembali, tapi Axel tidak ingin tidur. Alhasil, dia tergoda untuk membangunkan wanita di sampingnya. Dia menempelkan bibirnya pada pipi Ruby yang mulus berkali-kali hingga Ruby membuka satu kelopak matanya dan mendorongnya agar menjauh.

"Bangun, By!Udah pagi," ucap Axel, dengan suara yang masih sedikit serak.

"Aku masih mau tidur..." balas Ruby. Suaranya hampir tidak terdengar karena telah menutup wajahnya dengan selimut.

Baru saja Axel hendak menarik selimut yang menutupi tubuh Ruby, dia mendengar suara ponselnya berbunyi. Dengan malas di bangkit dari tempat tidurnya dan mengambil ponselnya yang terletak di ruang tamu yang tersambung dengan kamar mereka. Dia segera menjawab panggilan yang berasal dari ibunya yang menyuruhnya untuk bergabung dan menikmati sarapan dengannya dan orang tua Ruby yang kini menjadi mertuanya.

"By!" serunya. "Kita disuruh ikut sarapan!" Axel kembali menghampiri istrinya yang tidak menjawab seruannya itu, lalu mengguncangkan tubuhnya yang masih tertutupi dengan selimut. "Ayo, bangun!"

Ruby mengintip dari balik selimut dan berkata, "Kamu duluan aja. Kepalaku tiba-tiba pusing," katanya sebelum kembali menyembunyikan dirinya di bawah selimut.

"Kamu nggak apa-apa, kan?" tanya Axel, untuk memastikan keadaannya.

"Nggak. Kalau boleh, aku nitip bubur atau sup aja," ucap Ruby dari balik selimutnya, yang kemudian di-iya-kan oleh Axel.

Axel merapikan sedikit penampilannya sebelum berpamitan dan meninggalkan Ruby seorang diri di kamar hotel mereka. Tidak butuh waktu lama untuk Axel mencapai restoran tempat orang tuanya menunggu. Ia juga bisa segera melihat tempat mereka duduk begitu melewati pintu masuk restoran yang terbuat dari kayu.

"Kamu sendirian? Ruby mana?" tanya ibunya begitu ia mendudukkan dirinya di kursi.

"Kepalanya lagi sakit, Mom. Dia cuma titip bubur atau sup," jawab Axel. Dia mencoba mengecek apakah salah satu dari dua makanan yang diinginkan Ruby tersedia untuk sarapan pagi ini.

"Kamu mungkin terlalu kasar dengannya semalam, El," ujar ayahnya, dia mengedipkan matanya lalu tertawa khas seorang ayah.

Axel menggeleng. "Kami nggak melakukan apa-apa tadi malam, Dad. Well, hanya ciuman tapi tidak lebih dari itu karena Ruby sedang datang bulan," jelas Axel.

"Kalau begitu kamu harus sabar menunggu untuk mencicipi surga dunia," kali ini giliran ayah Ruby yang bicara. Karena perkataannya, dia mendapatkan cubitan di lengan oleh istrinya.

Axel yang baru saja menyesap cairan kental hitam ke dalam mulutnya, kembali meletakkan cangkirnya pada tatakan yang telah disediakan dan dengan santainya berkata, "Aku udah pernah kok, Pa."

Begitu melihat ekspresi dua wanita yang ada di meja itu bersamanya, Axel sadar kalau dia baru saja membocorkan rahasia kecilnya bersama Ruby. Dia menggigit ujung lidahnya untuk menghukum dirinya sendiri atas kesalahannya.

"Kamu bilang apa, El?" ibunya, yang duduk tepat disebelahnya, nampak tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh anaknya dan memintanya untuk mengulangi perkataan.

Menyadari seluruh pandangan kini tertuju padanya, Axel menelan ludahnya. "Oke, aku akan melakukan pengakuan dosa," ucapnya sambil menggenggam tangan mertuanya. "Jadi, saat kalian pulang lebih dulu, aku dan Ruby pergi ke pesta wisuda yang diadakan oleh teman-temanku. Dan saat kami pulang, aku mengantarnya ke kamarnya terlebih dulu karena kami berdua sama-sama mabuk, dan ketika aku kembali ke kamarnya untuk mengecek keadaannya, dia ternyata sudah membuka baju yang dia pakai. Dan..." Axel berhenti sejenak untuk melihat wajah orang-orang yang ada disekitarnya. "Dan kami berdua akhirnya melakukannya," ia melanjutkan. Dia bergantian menatap ayah dan ibu mertuanya. "Papa masih terima aku jadi menantu, kan?" tanyanya dengan nada panik.

HORMONES: Married Life [JENLISA | GB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang