Team Up

312 45 1
                                    

Suasana rumah sakit memang tidak pernah menyenangkan untuk Axel. Mungkin karena dia benci melihat wajah keluarganya yang kesakitan setiap kali mereka datang ke gedung yang penuh dengan dokter dan juga orang sakit ini.

Sepertinya dia cukup sering mengunjungi tempat ini sekarang. Beberapa perawat sudah mengenalinya, bukan karena tampang atau penampilannya, tapi karena bayi kembar mereka yang semakin menggemaskan dan pakaian mereka yang selalu tampak bergaya setiap kali mereka berkunjung untuk melakukan imunisasi. Axel sendiri tidak tahu imunisasi apa saja yang telah dilewati oleh kedua anaknya atau seberapa banyak lagi jenis imunisasi yang akan mereka terima saat mereka masih kecil, tapi ia dia tidak tahan mendengar tangisan dari bayi lain yang sedang mendapatkan imunisasi di dalam ruangan lain, dan ingatannya selalu membawanya ke saat jarum suntik pertama kali menembus kulit anaknya sendiri dan membuatnya menangis cukup lama.

"Untung ada Mama yang datang," ujar Axel. Dia merasa lega karena ibu mertuanya menyusul mereka karena semestinya, imunisasi malo ini adalah giliran Mom dan Dad-nya untuk mengantar.

Nyonya Kim dan Nyonya Marco telah mengatur untuk bergiliran mengantar mereka menerima imunisasi, namun orang tua Axel sedang pergi keluar negeri untuk menengok kakeknya yang sedang sakit keras.

"Kasian kalau Ruby sendiri yang harus menangani mereka saat rewel setelah ini, untung Mama kamu berkabar kalau dia lagi di Swiss," ujar Nyonya Kim saat mereka masih menunggu giliran. Tapi, dia tampak senang menggendong Angel di tangannya karena itu berarti Ruby dan keluarga kecilnya akan menginap di rumahnya selama beberapa hari ke depan.

Setelah beberapa menit dan tangisan bayi yang silih berganti, seorang perawat muncul kembali di depan pintu dengan membawa sebuah papan yang di atasnya terdapat kertas yang dijepit.

"Bayi Ansel Adelio dan Angel Adelia!" Panggil sang perawat. Ia mengulanginya sekali lagi sebelum Ruby dan ibunya datang dengan menggendong Ansel dan Ruby.

Sang perawat menyuruh mereka untuk segera masuk, sementara Axel hanya berdiri di depan pintu. Dia sendiri tidak suka melihat jarum suntik, jadi ia memutuskan untuk menunggu mereka di luar.
***


Tuan Marco mengambil ponselnya dan mengabadikan tingkah dua cucunya yang sedang berbaring dan berusaha memasukkan jari tangan atau jari kaki mereka ke dalam mulutnya. Dengan liur yang tidak pernah berhenti keluar, Ansel dan Angel terus tertawa atau menjerit ketika Daddy-nya mengajak mereka bermain dengan mencoba untuk melepaskan jarinya yang digenggam sangat kuat oleh makhluk kecil nan menggemaskan itu.

Begitu Ruby dan ibu mertuanya selesai menyiapkan makan siang dan menyuruh mereka untuk segera menyantapnya, Tuan Marco dengan bangga memperlihatkan video yang tadi ia rekam dengan senyuman lebar di wajahnya. Suara jeritan dan tawa terdengar silih berganti serta tawa khas bapak-bapak dari kakeknya yang kesenangan melihat tingkah cucunya.

"Mereka sudah memasuki 3 bulan, tidak terasa, ya," ujar Nyonya Marco kepada menantunya itu. Dia kemudian menggoda Ansel dan Angel dengan menawarkan potongan pisang. Mulut kecil mereka berdua bergerak-gerak meniru gerakan mengunyah dan menunjukkan protes dengan menjerit ketika pisang tersebut menghilang ke dalam mulut neneknya

"Tunggu beberapa bulan lagi, Sayang. Kalian masih terlalu kecil untuk memakan ini," ucap Nyonya Marco kepada dua cucunya yang kini beralih memakan jari-jarinya sendiri. Namun saat ia melarangnya untuk melakukan itu, mereka mulai menangis. "Tangan kalian kotor, tunggu sebentar, Grandma lapar dulu, ya," kata Nyonya Marco sambil membersihkan tangan Ansel dan Angel dengan tisu basah.

Tidak sampai 1 detik, mereka kembali memasukkan tangan mereka ke dalam mulut dan tidak lama kemudian mulai basah. Nyonya Marco ingin mengeluarkan tangan, tapi mengurungkan niatnya ketika melihat Ansel yang sudah cemberut.

HORMONES: Married Life [JENLISA | GB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang