Ruby tentu saja mendapatkan keinginannya untuk menikmati nasi goreng seafood sebagai sarapannya.
"Mama nggak mau kalau sampai anak kalian ileran karena keinginan Ruby nggak diikuti, El," katanya Nyonya Marco saat Axel akhirnya bergabung dengan mereka di restoran hotel.
Axel mengangkat alisnya dan melihat ke arah istrinya yang sedang menikmatinya makanan yang ia pesan. Ini pertama kalinya ia melihatnya makan dengan lahap sejak gejala kehamilan yang ditunjukkan Ruby. Atau mungkin ini adalah pengaruh penambah nafsu makan yang diberikan untuk Ruby, pikir Axel. Dia menarik kursi yang masih kosong di samping Ruby dan ikut duduk, memperhatikan betapa Ruby menikmati setiap suapannya.
"Enak, By?" Axel bertanya. Tangannya terjulur, hendak mengambil potongan telur yang berada di tepi piring, namun Ruby memukul tangannya sebelum ia sempat menyentuhnya.
"Pesan sendiri kalau kamu mau," kata Ruby sambil menarik piringnya.
Axel akhirnya mengalah. Dia juga tidak ingin mendapatkan kata-kata mutiara dari ibunya jika Ruby melaporkan kelakuannya. Dia sadar posisinya sangat rawan saat ini karena orang tua dan mertuanya berada di pihak Ruby.
"Habis ini kamu mau ke mana?" tanya Axel saat melihat Ruby mendorong piringnya yang masih tersisa sedikit nasi goreng di atasnya.
Ruby mendorong masuk sarapannya dengan segelas air dan menunggu sesaat, sebelum menjawab. Dia khawatir jika anaknya tidak menerima sarapannya yang lebih banyak kali ini. Axel pun berharap kalau sarapan Ruby kali ini bisa bertahan lebih lama di dalam lambungnya.
***Ruby yang memilih untuk menikmati sarapannya di restoran hotel tidak terjadi satu kali, dan itu membuat Axel menyadari bahwa istrinya itu akan makan lebih banyak jika dia makan di tempat selain rumah baru mereka. Axel tidak mempermasalahkannya, selama itu baik untuk istrinya dan juga dirinya sendiri karena Ruby menjadi jauh lebih sensitif saat ia hamil, terlebih jika dia dalam keadaan lapar atau kesal karena merasa mual seharian.
Kebiasaan baru mereka membuat Axel terkejut melihat jumlah pengeluaran mereka selama kehamilan Ruby yang baru saja memasuki trimester kedua. Dia bahkan harus menggunakan tabungannya untuk menutupi pengeluaran mereka berdua yang membeludak. Dan sekarang Ruby ingin pergi melihat-lihat toko perlengkapan bayi? Dia bisa membayangkan dirinya mendorong satu troli penuh dengan barang.
"Tapi, kamu baru tiga bulan hamil. Lahirannya masih setengah tahun lagi," Axel mencoba berargumentasi. Dia baru saja pulang bekerja. "Nanti aja kalau kamu mau pergi beli barang-barang buat mereka," lanjutnya sambil memijat pelan pelipisnya.
"Kalau kamu nggak mau, aku telepon temenku aja kalau gitu," kata Ruby, ngambek. Dia cepat-cepat mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan singkat di grupnya yang berisikan dia, Celya, Nana dan Salsa. Tidak menunggu waktu lama untuk mendapatkan respon, Salsa mengiyakan ajakannya untuk pergi ke toko perlengkapan bayi. Ruby tersenyum puas. Salsa pasti lebih banyak membantu karena dia sudah mempunyai dua keponakan dari kakak perempuannya.
"Aku pergi sama Salsa," Ruby mengumumkan.
Mendengarnya membuat Axel menghela nafas berat, lalu bangkit dari posisinya berbaringnya dan menoleh ke arah Ruby yang memberikannya tatapan tajam. Dengan cepat dia mengecup bibirnya istrinya itu, kemudian menurunkan kakinya dari tempat tidur mereka dan berjalan menuju kamar mandi.
"Aku mandi dulu," katanya sesaat sebelum menutup pintu kamar mandi di belakangnya. Dia tidak sempat mendengarkan ocehan Ruby.
***"Lo ngapain lagi kali ini?" tanya Salsa kepada orang yang berdiri di depannya.
Axel berdecak, lalu berkata, "Tadi dia ajak gue, tapi karena gue baru pulang kerja. Jadi, gue tolak."
"Terus kenapa lo malah di sini?"
"Karena dia bilangnya mau belanja. Nggak mungkin gue biarin dia angkat barang sendiri. Jalan sedikit aja pasti dia mengeluh," jelas Axel. Dia menegakkan tubuhnya ketika mendengar suara Ruby yang berdeham dan menanyakan apa yang sedang mereka bicarakan. Axel mencoba melempar senyum, tapi sepertinya Ruby masih merasa kesal kepadanya dan langsung menggandeng Salsa, meninggalkan suaminya di belakang.
Tapi, tentu saja Axel tidak membiarkan dirinya terlupakan. Dia berhasil menyusul mereka dengan mudah karena Ruby berjalan lebih lambat akibat tambahan beban di perutnya. Ruby dan Salsa asik terlibat dalam obrolan seputar kehamilan hingga mereka tiba di toko yang menjadi tujuan utama mereka.
Begitu memasuki toko yang di maksud, semangat Ruby langsung meningkat begitu melihat barang-barang yang dijual khusus untuk manusia berukuran jauh lebih kecil dari dirinya. Buru-buru ia melepaskan gandengannya dan menghampiri rok tutu yang digantung tepat di depan pintu masuk. Dia mengambilnya dari gantungan dan memamerkannya kepada Axel yang menyusulnya kemudian bersama Salsa.
"Kamu mau beli itu? Kamu udah tau gender anak kita, ya?" Axel memicingkan matanya. Dia melakukan itu jika ia sedang curiga.
Ruby menggeleng. "Nggak, tapi aku mau beli ini," katanya dengan suara memohon yang dibuat menggemaskan. Dia memeluk rok tutu yang berwarna merah jambu tersebut.
Axel baru akan melakukan protes, tapi Salsa segera mencegahnya. Dia melakukan gerakan mengiris melewati lehernya berulang kali agar Axel mengerti. Dia tidak ingin Ruby kembali mendiamkan pasangannya itu dan terus bersikap dingin satu sama lain.
Axel menghela nafasnya. Dia harus lebih sabar menghadapi Ruby dan mood-nya yang semakin sulit ditebak. Mengikuti saran dari Salsa, dia menganggukkan kepalanya, menyetujui apapun yang ingin dilakukan Ruby dengan tutu yang kini berada dalam troli yang baru saja ia ambil.
"Sepertinya dia berniat untuk mengisi troli itu dengan benda-benda yang belum tentu dibutuhkan," Axel berkata kepada Salsa dengan volume suara yang dikecilkan.
Dan setelah menghabiskan hampir dua jam berkeliling, mereka bertiga akhirnya melakukan pembayaran. Barang-barang yang tadinya memenuhi troli kini telah terbungkus rapi dan terbagi ke dalam dua tas belanja berukuran sedang. Satu berisikan baju bayi yang harus dibeli oleh Ruby saat itu juga dengan alasan takut kalau anak mereka lahir barang tersebut sudah tidak tersedia pagi dan tas lainnya dipenuhi dengan baju untuknya karena dia merasa baju-bajunya yang lama sudah tidak muat pada bagian perut dan lengannya.
"Kenapa tokonya hanya untuk ibu dan anak?" Celetuk Axel saat menyerahkan kartu ATM-nya untuk digesek. Ia merasa tidak adil karena tidak ada hal yang bisa ia beli untuk dirinya sebagai seorang ayah di toko ini. Padahal Ruby tidak akan hamil jika tidak ada dia.
"Silahkan tanyakan kepada pemilik usahanya, kenapa nggak ikut menjual kebutuhan untuk ayah juga. Lagian lo butuh apaan, sih? Kan bukan lo yang hamil?" Tanya Salsa sedikit kesal.
Axel tidak membalasnya. Dia hanya bisa cemberut sepanjang jalan mereka kembali ke tempat di mana Salsa memarkirkan mobilnya.
* * * * *
[Maaf baru bisa update sekarang 🙏 selamat membaca]
KAMU SEDANG MEMBACA
HORMONES: Married Life [JENLISA | GB]
FanficSebuah lanjutan cerita dari AU HORMONES di Twitter/X tentang Axel dan Ruby yang kini akan menjalani kehidupan mereka sebagai pasangan suami-istri [Dengan Perubahan Seperlunya] Lisa Edit ©Ryoma97 on Pinterest