Minggu ujian akhirnya tiba. Meskipun merasa sedikit gugup, Nara yakin dia dapat mengerjakan soalnya. Dia sudah belajar cukup banyak dan mempersiapkan diri--sebagian besar berkat Satya. Mungkin jika dia berhasil mendapatkan nilai yang memuaskan, dia akan membuktikan bahwa usaha Satya mengajarnya membuahkan hasil.
Selain itu, Nara sebenarnya menyiapkan hadiah untuk Satya, sebagai tanda terima kasih karena telah bersedia mengajarkannya. Dia berniat untuk memberikannya pada lelaki itu di hari terakhir minggu ujian.
Hanya saja, Satya tidak dapat ditemukan di semua harinya, atau lebih tepatnya, dia tidak hadir di kelas mereka.
Bukan hanya Nara, seluruh murid sekelas pun juga bertanya-tanya mengapa Satya mengerjakan ujian di ruangan yang berbeda. Para guru tidak begitu menjelaskan kenapa, namun mereka berusaha meyakinkan murid-murid lain bahwa Satya tidak akan curang dan akan dipantau oleh dua guru sekaligus.
Tentu saja banyak yang tidak percaya. Secara alami, gosip bahwa Satya menyogok guru tersebar semakin luas, bahkan sampai ke kelas lain. Mereka mulai meragukan apakah nilai Satya yang begitu tinggi adalah hasil organik atau tidak.
Walaupun sederet mendali olimpiade yang dimenangkan Satya berkata sebaliknya, orang-orang tetap senang bahwa seseorang dengan reputasi yang sangat bersih sepertinya akhirnya menjadi bahan pergunjingan.
Pada hari ketiga ujian, Nara makan bersama Shella di kantin. Sama seperti kelas lain, Shella juga sudah mendengar rumornya.
"Azka marah banget tadi di kelas sampe hampir ribut sama Rian. Rian sih yang mulai karena ngatain Satya," kata Shella sembari menggulung mienya pada garpu. "Gue juga nggak tega Satya diomongin, tapi gue masih nggak ngerti kenapa dia ngerjain terpisah sama kalian."
Dagu Nara bertumpu pada tangannya. Kenapa minggu ujian mereka berakhir penuh gosip dan drama?
"Terus gue denger dari anak-anak kelas sebelah katanya Satya dateng langsung dibawa ke kelas kosong--dia pake jaket dan kupluk gitu dan nggak nyapa siapa-siapa juga! Setelah ujian, dia langsung pulang," kata Shella.
Memang aneh. Nara sendiri tidak dapat menyangkalnya.
"Azka juga nggak tau kenapa?" tanya Nara.
Shella menggeleng.
"Tapi emang kadang kalo minggu ujian, Satya nggak dibolehin bersosial dulu sama orang tuanya--mungkin biar fokus," kata Jayan di kelas ketika Nara mendekati mejanya. "Cuma, Satya belum pernah sampe disuruh ngerjain pisah ruangan kayak gini sih."
Mereka baru saja menyelesaikan ujian Sejarah. Kini Nara duduk pada kursi kosong di depan meja Jayan.
Orang tua Satya sedisiplin itu ya? batinnya.
Dia mencoba membayangkan bagaimana jika orang tuanya sedisiplin itu. Mungkin dia tidak dapat nonton film atau serial sampai jam 3 pagi dan nongkrong sehabis pulang sekolah.
"Jadi selama minggu ujian, kita nggak bisa ngehubungin Satya?" tanya Nara. Dia sangat berharap pada hari terakhir dia dapat bertemu lelaki itu untuk menyerahkan hadiah yang sudah dibelinya.
Nara membeli enam bungkus cokelat dari arkade yang paling Satya suka, yakni dark chocolate original. Kepalanya telah mencatat segala spesifikasi: untuk Satya, jeruk terlalu asam dan dia tidak bisa memakan kacang karena alerginya.
"Ya gitu deh," kata Jayan, mengedikkan kedua bahunya. "Kalo lo udah lama temenan sama Satya, lo juga akan terbiasa."
Nara mengangguk mengerti, berusaha mengenyahkan perasaan cemas yang tidak dapat dia jelaskan.
◇
Pada hari terakhir ujian, Nara yang pada mulanya begitu bersemangat menjadi sedikit lesu. Dia tidak tahu kapan dia dapat bertemu Satya lagi. Tidak ada satu kabar pun tentangnya dan setiap kedatangannya ke sekolah untuk mengerjakan ujian, tidak ada yang benar-benar melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
To the Moon and Back | Sunghoon (END)
FanfictionSatya adalah putra sulung dan murid yang sempurna. Tidak mengherankan bahwa banyak yang ingin menjadi seberuntung dirinya. Akan tetapi, Narami menyadari ada sesuatu yang Satya sembunyikan saat dia menyaksikan lelaki itu hendak melakukan tindakan men...