12. Pusat Perhatianku

610 73 2
                                    

Satya tidak pernah menyangka akan bertemu hari yang sangat spesial ini. Sean mengatakan bahwa mereka berempat, sekeluarga, akan pergi menonton film di bioskop bersama sebagai family time hari ini.

Sudah lama sekali Satya tidak ikut menonton film bersama dengan keluarganya sendiri. Hari itu pun lesnya mendadak diliburkan karena ada kendala pada bangunannya.

Sepanjang hari, Satya tidak bisa menahan senyumannya. Dia benar-benar sesenang itu.

"Lo lagi jatuh hati ya?" tanya Jayan, skeptis. "Dari tadi cengar-cengir mulu."

"Hah? Seorang Satya Dirgata akhirnya pacaran?!" timpal Azka yang ikut duduk di meja kantin bersama kedua sahabatnya.

"Apa sih? Bahasnya apa, melenceng ke mana."

"Ya katanya kan jatuh hati! Masa jatuh hati malah ribut sama orang."

Satya hampir tersedak es teh yang diminumnya.

Jayan menoyor kepala Azka. "Lo kayak nggak tau Satya aja. Kan ortunya nggak ngebolehin dia pacaran."

"Iya juga sih. Ah, curang ah. Ortu gue malah nanyain mulu, 'pacarnya mana?' 'gandengannya mana?'. Bisa gila lama-lama gue."

"Makanya jadi orang jangan petakilan. Pasti yang suka sama lo juga setelah dua hari udah nggak kuat."

Azka menautkan alisnya. "Ah, masa sih? Kan gue baik, ganteng, kaya, pinter, lucu, gemoy--kurang apa coba?"

"Kurang hati nurani."

"Siapa Sat?" lanjut Jayan, kembali pada topik awal. Dia menaikkan alisnya. "Nara ya?"

Satya menggeleng. "Bukan. Gue nggak lagi jatuh hati kok."

"Yah, padahal gue pingin liat seluruh sekolah ketar-ketir karna Satya udah ada pawangnya," cibir Azka.

"Nggak. Hari ini gue mau nonton sama Sean dan ortu gue."

"Hah gitu doang?"

Kepala Azka kembali ditoyor oleh Jayan entah kesekian kalinya.

"Anjir! Sakit, goblog!"

Namun tatapan Jayan tajam penuh ancaman. Saat Azka melihat Satya yang terdiam, dia pun akhirnya sadar kenapa Satya begitu bersemangat.

"Eh, maksudnya, WAH GILA ASIK BANGET!"

Mungkin bagi orang lain menonton bioskop bersama keluarga merupakan suatu hal yang biasa. Namun bagi Satya, momen ini adalah segalanya.

Jayan tersenyum. "Pasti Sean ngajak nonton film horor ya?"

"Iya," angguk Satya.

Walaupun Satya tidak gemar horor, namun dia tidak peduli. Dia hanya ingin menghabiskan waktu bersama keluarganya.

"Ah, gue juga mau ikut," ucap Azka mencibir. "Eh! Tapi bukannya hari ini kita mau main ke rumah Jay?"

Oh.

Satya baru ingat, hari itu mereka memang sudah membuat janji tempo hari untuk bermain di rumah Jayan. Padahal, jadwal itu dibuat sebelum jadwal menonton bersama keluarganya.

To the Moon and Back | Sunghoon (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang