Mata Nara membulat dan senyumannya melebar. "Astaga, ini cantik banget!"
Gelang dengan liontin perak berbentuk bulan pemberian Satya dari Bandung itu kini dipegang olehnya dan untuk beberapa detik ke depan, gadis itu sibuk sekali mengamati setiap detail yang ada padanya.
Melihat betapa senangnya Nara membuat Satya merasa lega. Pada mulanya dia mengira Nara tidak akan suka dengan gelang yang dibelinya.
"Sumpah, Satya! Makasih banget!" sahutnya penuh energi. Namun karena tahu bahwa mereka sedang berada di koridor sekolah, dia sengaja mengecilkan suaranya agar tidak dibilang norak.
"Maaf nggak bisa ngasih banyak soalnya gue bingung juga yang lo suka apa," kata Satya.
"Ha? Ini mah udah lebih dari cukup. Gelangnya cantik~"
Tidak ada habis-habisnya Nara mengagumi gelang pemberian Satya tersebut. Lelaki itu tersenyum simpul.
"Mau gue bantu pasangin?" tawarnya.
Nara mengangguk pelan. Lalu Satya menarik pergelangan tangan gadis itu dan mengaitkan tali hitam gelang tersebut melingkarinya. Setelah terikat dengan aman, Nara mengangkatnya ke depan mata untuk lanjut mengaguminya.
"Liontinnya lucu. Bulan," celetuknya dengan suara kecil.
Sebuah lengan tiba-tiba saja merangkul pundak Satya, dan hal itu berhasil mengejutkannya.
Nyatanya yang merangkulnya itu adalah Jayan. Azka mengekorinya dari belakang.
"Akhirnya yang ditunggu-tunggu dateng juga! Sekolah sepi tanpa lo, bro!" sahut Jayan dengan cengiran khasnya.
Satya mendengus. "Kalian kangen?"
"Iya dong, apalagi yang di depan nih." Mata Jayan mengarah pada Nara yang kini melebarkan kelopak matanya.
"Jayan!" desis Nara, memelototinya.
Azka menarik tangan Nara secara tiba-tiba, membuat gadis itu sedikit tersentak. Kini pergelangan tangannya hadir di depan bola mata mereka semua untuk dipertontonkan.
"Wah gila. Masa Nara dikasih oleh-oleh gelang, kita nggak?" keluh Azka, mencibir. "Sat, persahabatan kita selama ini untuk apa?"
"Kalian nggak minta," jawab Satya dengan tenang.
"Lo seharusnya inisiatif, Sat! Gue merasa terkhianati nih."
"Yaudah kapan-kapan gue beli. Emang lo mau gelang juga? Kayak lo suka gelang aja."
"Dia mah jam tangan aja ogah dipake," timpal Jayan.
"Mending bawain gue cewek sih. Teteh Bandung kan cakep-cakep."
"Yang ngantri di sini banyak, yang dicari di sono," ujar Nara. "Ka, alasan lo jomblo itu nggak jelas banget asli."
Azka terkejut dengan pernyataan Nara tersebut. Satya pun tahu kawannya itu banyak digemari siswi-siswi sekolah mereka namun entah bagaimana, dia masih saja tidak ingin melakukan hubungan romantis dengan siapa pun.
"Yaudah gue mau pacaran sama Nara aja!" cetus Azka bersemangat.
Namun dalam waktu bersamaan dia menerima tendangan kaki dari Jayan dan toyoran kepala dari Satya. Serentak keduanya berseru, "Sembarangan lo!"
"Dih, katanya suruh cari di sini." Azka mengelus-elus kepalanya yang sakit itu.
-◇◇◇-
KAMU SEDANG MEMBACA
To the Moon and Back | Sunghoon (END)
FanfictionSatya adalah putra sulung dan murid yang sempurna. Tidak mengherankan bahwa banyak yang ingin menjadi seberuntung dirinya. Akan tetapi, Narami menyadari ada sesuatu yang Satya sembunyikan saat dia menyaksikan lelaki itu hendak melakukan tindakan men...