*Tolong putar "Everglow" oleh Coldplay yang telah dilampirkan untuk pengalaman membaca yang lebih seru~
---
"Lo beneran nggak mau ikut nih?!" seru Jayan di ambang pintu apartemennya, sudah lengkap dengan pakaian pergi dan sepatu.
"Nggak! Gue titip salam aja!" Juan membalas dari kamarnya. Entah apa yang sedang adiknya itu lakukan. Mengapa dia berlagak seolah dia sibuk sekali?
"Yaudah, entar gue pulang sore! Lo mau gue beliin makan malem nggak? Ayah pulangnya malem banget katanya."
"MAU! KALO BISA AYAM!"
Jayan merotasi bola matanya dan bergumam sebelum menutup pintu apartemen, "Ada apa dengan adek gue dan ayam?"
Meskipun masih sering bertengkar, Jayan dan Juan sebenarnya jauh lebih menoleransi satu sama lain sekarang. Apabila satu hal terlalu kecil untuk dipeributkan, mereka akan memilih untuk tidak berantem karenanya. Adiknya itu mungkin sering kali menyebalkan, namun dia tidak mau menutup kemungkinan bahwa Juan juga merasakan hal yang sama terhadapnya.
Pada akhir cerita, mereka tetap saling sayang. Kepergian Sean yang merupakan sahabat Juan adalah hantaman yang cukup besar bagi adiknya. Walau sedikit demi sedikit, Jayan berusaha membantu Juan melalui itu semua. Baru beberapa minggu terakhir sepertinya sang adik mulai kembali ke sifat semulanya dan hal itu membuatnya sangat lega.
Jayan membawa dua tas kertas berisikan boks hitam pesanan kedua sahabatnya. Hari itu, dia akan pergi ke rumah Satya. Bukan rumah yang lama, tempat Jayan menemukannya di dalam gudang. Satya dan ibunya sudah pindah dari sana ke kediaman Oma sejak Satya diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Berdasarkan apa yang Jayan dengar, Erika menganggap bahwa rumah lama mereka menyimpan terlalu banyak luka. Karena itu, dia memutuskan untuk meninggalkan semuanya di belakang dan memulai hidup yang baru.
Setibanya di depan rumah nenek Satya, Jayan mengetuk pintu. Suara-suara familiar terdengar dari dalam sana, dan tak lama kemudian, pintu pun terbuka. Wajah Azka adalah penampakan pertama yang dilihatnya.
"AH! Akhirnya ni orang dateng juga! Mana, mana."
Menyambut pun tidak, lelaki itu langsung saja menagih. Jayan spontan menjauhkan tas kertasnya dari jangkuan Azka. "Nggak sopan amat lo. Udah dibawain juga."
"Ye, yang buat orang tua lo, jir?!"
"Tetep aja. Kalau tanpa gue, lo mau mesen di mana coba yang high quality?"
Azka akhirnya menyerah. "Iya, iya. Aduh, makasih banyak ya, kawanku; sahabatku; sobatku; teman karibku. Dah! Sini! Satya dah nunggu juga!"
Mereka pun masuk ke dalam rumah Oma. Seperti tipikal rumah seorang nenek, banyak foto pajangan di ruang tamu. Jayan menemukan beberapa foto kecil Satya dan Sean. Bahkan foto masa kecil Erika pun juga masih ditampilkan dengan rapi.
"Loh, Oma sama Tante Erika di mana?" tanya Jayan setelah menyadari ketidakhadiran dua sosok tersebut. Mengapa pula Azka yang membukakan pintu?
"Oma dan Bibi Irmah lagi masak," tukas Azka seraya menuntun sahabatnya itu menuju kamar Satya. "Kalau Tante Erika masih kerja, tapi katanya nanti dateng untuk makan siang bareng. Lo belum makan, kan?"
"Belum sih. Makanan gue dihabisin Juan."
"Lah, oh iya. Adek lo kok kaga ikut?"
"Nggak tau tuh. Tapi dia titip salam."
"Sat, udah dateng nih!" Azka mengumumkan kala membuka pintu kamar Satya. Sang pemilik nama yang tengah berdiri memunggungi itu pun langsung berbalik untuk menyambut kedatangan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
To the Moon and Back | Sunghoon (END)
FanfictionSatya adalah putra sulung dan murid yang sempurna. Tidak mengherankan bahwa banyak yang ingin menjadi seberuntung dirinya. Akan tetapi, Narami menyadari ada sesuatu yang Satya sembunyikan saat dia menyaksikan lelaki itu hendak melakukan tindakan men...