26. Baik-baik saja

938 85 10
                                    

Sebut saja munafik, namun terlepas dari kondisi finansialnya yang memang sangat berada, Jayan tidak suka bergaul dengan anak-anak borjuis lainnya. Setiap kali orang tuanya mengajaknya ke acara penjamuan orang-orang kaya seperti itu, Jayan selalu menolak ikut.

Dia tidak suka dengan glamor yang berlebihan, atau bagaimana mereka selalu saling menyudutkan satu sama lain secara sadar ataupun tidak sadar.

Semua hanyalah sandiwara untuk mereka.

Itu, sampai akhirnya dia bertemu dengan Satya.

Seorang lelaki yang akrab sekali dengan adiknya, Sean. Berbeda dengan Jayan dan Juan yang bertengkar nyaris setiap saatnya.

Dia pertama kali bertemu Satya di salah satu acara glamor yang selalu dibencinya itu. Ironis, karena di sanalah pertama kalinya dia bertemu dengan salah satu sahabatnya.

Mereka berdua berusia sembilan tahun. Sebelum berkenalan dengan Azka, dia kenal Satya lebih dulu.

"Sean dan adik kamu deket banget!" kata seorang anak laki-laki dengan jas hitam yang tiba-tiba saja menghampiri meja makan Jayan. Saat itu Jayan sedang duduk sendiri, mencoba tetap waras sembari menunggu orang tuanya menyapa semua orang di sana.

Sungguh pesta yang membosankan.

Jayan menengadah ke samping dan menautkan alisnya. "Kamu siapa?"

Anak laki-laki di hadapannya itu tersenyum lebar. "Aku Satya! Kakak Sean." Dia menunjuk ke arah kanan di mana Juan dan seorang anak laki-laki seusianya sedang asik bermain. "Kamu kakaknya Juan, kan?"

Dih. Sok tau banget anak ini! batin Jayan, walaupun kenyataannya, anak itu benar.

Satya menarik kursi di samping Jayan. "Boleh duduk di sini nggak?"

NGGAK!

"Terserah," ujar Jayan, membuang muka.

Anak laki-laki itu akhirnya duduk di kursi di samping Jayan.

"Kamu nggak suka pesta-pesta kayak gini, ya?" tanyanya santai.

"Hah? Nggak kok. Biasa aja."

Satya terkekeh kecil. "Aku bisa nebak kalo seseorang lagi boong, dan kamu bahkan nggak coba nyembunyiin rasa bosan kamu."

"Yaudah, itu tau. Sekarang, diam."

"Okay," jawab Satya ringan, membuat Jayan sedikit terkejut. Namun dia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk mendapatkan kesunyian yang menenangkan, lantas dia tidak lanjut bertanya.

Mereka tidak berbicara dengan satu sama lain selama beberapa menit ke depan. Satya tampak sibuk memperhatikan Sean dan Juan yang sedang bermain di tengah aula bersama anak-anak lain. Jayan mengamati Satya dengan raut wajah skeptis.

"Kalo mau main sama mereka, main aja sana," ujar Jayan.

Satya menoleh ke arahnya. "Hm? Tapi aku emang pingin di sini."

"Kamu di sini tapi merhatiin mereka terus."

"Kamu yang nggak mau aku ngomong, kan?"

"Ya-" Jayan mengatup mulutnya kesal. "Yaudah! Ngomonglah!"

Satya tertawa dan kemudian tersenyum tipis. "Aku juga sebenarnya nggak suka pesta kayak gini."

Kalimat tersebut membuat Jayan mendelik. Dia mendengarkan dengan seksama saat Satya melanjutkan, "Bahkan kurasa hampir semua orang di sini juga nggak suka. Tapi mereka harus tetep dateng, karena apa yang tampil di depan itu yang penting.

Sementara apa yang terjadi di belakang itu nggak usah diperhatiin."

Jayan menatap Satya lama. Ternyata ada juga anak seusianya yang berpikiran seperti itu?

To the Moon and Back | Sunghoon (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang