Nara dan Jayan berhasil mengejar Satya cukup jauh, namun pada suatu tikungan, mereka akhirnya kehilangan sosok tersebut.
"Coba lo telpon Satya," saran Jayan saat dia meminggirkan motornya ke dekat trotoar.
Nara yang diboncengnya di belakang itu langsung mencoba menghubungi Satya lagi, namun tetap tidak ada jawaban. Entah karena dia masih di jalan, atau lelaki itu memang sengaja mengabaikannya.
Di hari biasa, pilihan yang terakhir itu bahkan terdengar mustahil, namun setelah menyaksikan segoyah apa Satya tadi, Nara tidak dapat mengesampingkan kemungkinan tersebut.
"Tetep nggak dijawab!" ujar Nara frustasi.
Jayan mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungi seseorang.
"Telpon siapa, Jay?" tanya Nara.
"Sean."
Oh, ya. Lelaki itu pasti memiliki nomor telepon Sean.
Panggilan pertama tidak terjawab. Jayan mencobanya sekali lagi, dan setelah berdering selama semenit penuh, sisi lain akhirnya menjawab.
Dia menyalakan mode pengeras suara agar Nara juga dapat mendengarkan.
"Se, lo di mana sekarang?" Jayan bersahut cepat.
"Di tempat terapi Sean," jawab Sean. "Emang kenapa, Kak?"
Nara dan Jayan saling bertukar pandang. Kalau Sean memang berada di tempat terapinya, lantas mengapa Satya begitu panik?
"Lo nggak pa-pa kan?" tanya Jayan.
"Ya, nggak pa-pa. Ini baru aja selesai sesinya," ucap Sean dengan nada bingung. "Kenapa, Kak? Kok Kak Jay kayak panik gitu?"
Nara akhirnya bersuara. "Se, Satya ada di sana nggak?"
"Enggak. Tapi Kak Satya yang nyuruh Sean ke sini. Soalnya terapi Sean mendadak ganti jadwal tadi."
"Kak Satya nggak kenapa-napa, kan?" tambah Sean setelah jeda beberapa detik.
Kemudian dalam waktu bersamaan, kedua ponsel Nara dan Jayan menerima notifikasi dari grup kelas mereka. Pada awalnya mereka mengira bahwa wali kelas mereka akan memprotes bahwa tiga murid tiba-tiba saja membolos kelas, namun nyatanya bukan.
Justru lebih buruk dari itu.
Pesan yang dikirim secara forward di grup berasal dari salah satu murid kelas mereka.
Sebuah video.
Durasinya hanya 10 detik.
Nara-lah yang membukanya, karena Jayan masih tersambung dengan Sean.
Tidak ada yang dapat mempersiapkan dirinya untuk apa yang dilihatnya di atas layar ponselnya tersebut.
Nara merasa jantung berhenti berdetak selama lima detik penuh sebelum akhirnya berpacu dua kali lipat lebih cepat.
Jayan juga ikut menyaksikan video itu, dan sama dengan Nara, dia juga tercengang dan tertegun seribu bahasa.
"Kak?" Sean bertanya dari ujung saluran.
Suara Sean itu berhasil menarik Nara dan Jayan kembali ke bumi.
"Se, nanti lagi ya. Gue harus pergi," ujar Jayan, dan Nara setuju, karena sekarang mereka tahu lokasi Satya.
"Eh, tunggu! Kenapa--"
Namun Jayan sudah mematikan koneksinya. Dia memasukkan ponselnya ke dalam saku dan menyalakan mesin motornya.
"Cari di maps tempatnya, Nar," sahutnya.
Tanpa disuruh pun Nara sudah melakukannya.
"Enggak terlalu jauh ternyata. Sekitar lima menit dari sini," kata Nara.
KAMU SEDANG MEMBACA
To the Moon and Back | Sunghoon (END)
FanfictionSatya adalah putra sulung dan murid yang sempurna. Tidak mengherankan bahwa banyak yang ingin menjadi seberuntung dirinya. Akan tetapi, Narami menyadari ada sesuatu yang Satya sembunyikan saat dia menyaksikan lelaki itu hendak melakukan tindakan men...