through the darkness, leaving the someone who's called, home
-----
Mobil hitam itu melaju dengan kecepatan sedang ditengah padatnya senja, dimana orang-orang berbondong-bondong untuk segera menuju tempat ternyamannya, rumah. Melvin sengaja tidak segera mengantarkan Vasya kembali ke kos. Melainkan membawanya berkeliling melihat gemerlapnya kota dibawah jingga yang terlukis di ufuk barat. Sedari tadi dua insan di dalam mobil itu, hanya diam, berterimakasih kepada alunan musik yang menggema kecil mengurangi kesunyian yang ada.
"gue mau pulang" pinta Vasya masih menatap kosong ke arah luar, dari balik kaca jendela itu.
Melvin tidak mengiyakan atau menolak permintaan Vasya, dirinya seolah hanya melihat lurus kedepan tenggelam dalam pikirannya.
Dering ponsel Vasya menginterupsi, Vasya melihat nama yang tertera di layar itu, dirinya tampak gelisah, sedikit melirik ke arah Melvin yang masih fokus menyetir disampingnya. Daripada resiko, Vasya menolak penggilan itu dan memasukan kembali ponselnya.
"ga diangkat?" tanya Melvin
"nanti gue telepon dia balik" jawab Vasya.
Setelah itu tidak ada percakapan kembali, hingga Melvin menghentikan mobilnya, ditempat yang tidak begitu ramai, namun tampak tenang disana.
"kenapa lo bawa gue kesini?" tanya Vasya
"pengen aja" jawab Melvin mendahului langkahmu
"gue mau pulang Mel!" ketus Vasya
"sini" pinta Melvin menyuruh Vasya mengikuti langkahnya.
Vasya menurut dan berjalan mengikutinya, ia berhenti ditempat Melvin berdiri, "cantik" batinnya, gemerlap lampu malam memberi nuansa hangat di sela dingin yang mulai terasa.
"lo tau ga--" ucap Melvin tiba-tiba, "gue sebenernya dulu pernah punya saudara perempuan" lanjutnya.
Vasya terlihat menyimak ucapan Melvin, "pernah?"
Mel menatap pemandangan disana, senyumnya seolah tercetak tipis dan tulus, "tapi, Tuhan lebih sayang adik gue"
"emm, sorry" lirih Vasya terhanyut dalam perkataan Mel.
"Dan lo dateng, Sya"
Vasya tampak bingung dengan ucapan Mel tapi dia tetap berusaha menyimaknya,
"gue seneng banget dengan kehadiran lo, Sya."
Mel menjeda ucapannya, menghirup udara malam itu "Semakin kesini gue ngerasa lo jadi tanggung jawab gue untuk gue lindungi, gue ngarasa gagal banget pas dulu ngelihat lo main ke club, gue tau gue bukan orang suci, gue udah kotor, gue udah terjun ke lubang yang salah, dan gue ga mau itu terjadi sama lo" jelas Melvin pelan, lembut dan terdengar sangat tulus, menatap Vasya lekat dengan menggenggam kedua tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty And The Badboyz
Fanfiction"karena lo cuma satu jadi harus dijaga" - Melvin "nantang dirusak lo?" - Haekal "lo kalau mau nakal, juga harus dibimbing" - Jaevan "ck!" - Chandra "biarin kita brengsek, yang penting lo nggak" - Jenan "lo boleh ngapain aja, asal jujur" - Raja "mau...