13. Tidak Terbukti

189 17 0
                                    

Steven sudah melakukan aksinya selama hampir dua minggu. Bahkan saat jalan-jalan ke pantai kemarin bersama Satya, Dion, Arya, dan Karin dalam rangka ulang tahun Karin, Steven tetap mencoba mendekati Elsa untuk melihat respon dari sahabatnya itu.

Elsa benar-benar tidak memiliki perasaan padanya. Apa yang dikatakan Laras tidak terbukti dan membuat Steven merasa lega. Setelah banyak sekali perlakuan manis dan gombalan dari Steven, Elsa sama sekali tidak menunjukkan respon apapun selain biasa saja seolah tidak ada yang terjadi.

Hari ini Steven memutuskan untuk berhenti melakukan apapun lagi dan kembali menjadi dirinya yang seperti biasa.

"Sa!" panggil Steven ketika melihat Elsa keluar dari kelasnya.

Saat cowok itu berjalan mendekati Elsa, seseorang dari belakang Elsa menepuk pundak cewek itu. Lalu Elsa tampak membalikan tubuhnya menghadap pada cowok bertubuh ramping itu. Keduanya terlihat sedang membicarakan sesuatu. 

Steven menangkap ada ekspresi yang tidak biasa dari wajah cowok ramping itu, menurut Steven cowok itu terlihat senang dengan apa yang mereka bicarakan. Elsa sendiri terlihat menanggapi perkataan cowok ramping itu dengan serius.

"Ngapain lo diem di sini?"

Pandangan Steven pada Elsa dengan salah satu anak cowok di kelasnya teralihkan pada seseorang yang berbicara di sebelahnya. Karin tiba-tiba saja sudah berdiri di samping cowok itu. Steven tidak menjawab pertanyaan Karin dan kembali memerhatikan Elsa dan cowok yang dia tidak kenal itu.

Karin yang melihat Steven memandang sesuatu ikut mengalihkan pandangannya melihat apa yang Steven pandangi dari tadi.

"Itu siapa, Rin?" tanya Steven.

"Rio".

Karin melangkahkan kakinya dan mendekati Elsa lebih dulu. Cewek berambut panjang itu menggandeng tangan Elsa dan mengajak cewek itu untuk ke kantin. Rio yang sedang berbicara dengan Elsa terlihat menganggukkan kepalanya seperti mempersilahkan Karin membawa Elsa pergi. Kemudian, kedua cewek itu berjalan menghampiri Steven.

"Yuk, kantin. Gue laper banget pelajaran matematika barusan ngambil semua energi gue".

"Gue pikir lo tadi ke kantin," sahut Elsa pada Karin.

"Enggak, gue mules banget liat aljabar jadi abis Pak Sahat selesai ngajar gue langsung ke wc tadi".

"Jadi, matematika selain bikin lo laper bikin mules juga?" tanya Steven.

"Sama bikin gue mau muntah. Gue gak sanggup. Gue capek mikir".

"Emang lo bisa mikir?"

Karin menatap kesal pada Steven. Elsa yang berada di tengah mereka berdua hanya diam tidak mau ikut campur dengan perkelahian yang bisa saja akan terjadi sebentar lagi.

"Loh? Gue kan cuma nanya?"

"Lo pernah kena pukul pake teralis jendela sekolah gak?"

"Gak pernah, sih," jawab Steven masih memprovokasi Karin.

"Bentar, ya, gue ambil teralis bekas yang ada di belakang sekolah dulu," ujar Karin tersulut emosi dan hendak meninggalkan Elsa dan Steven untuk benar-benar melaksanakan niatnya.

Elsa menahan Karin dengan memegang lengan cewek itu.

"Katanya laper," ujar Elsa.

"Ih, Sa. Temen lo, nih, kurang ajar banget. Bisa gak sih lo suruh diem aja?"

Steven kemudian menggandeng lengan Elsa tidak mau kalah dengan Karin.

"Sa, gue cuma nanya kok," ujar cowok itu manja.

Menghitung BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang