28. Tanpa Elsa

401 24 1
                                    

Steven mencoba menghalau semua pikiran-pikiran buruk di dalam kepalanya. Cowok itu berusaha mengabaikan ratusan suara yang berteriak nyaring di gendang telinganya. Sekarang bahkan cowok itu merasa bumi mulai meredup menggelap, padahal hari masih siang.

Tadi pagi cowok itu sudah meminum obat anti depresannya. Harusnya sekarang dia tidak merasakan apapun. Biasanya obat anti depresan itu sanggup membuat Steven merasa hampa dan mati rasa, tetapi kenapa saat ini hatinya tetap gelisah?

Steven sempat menghubungi Elsa semalam. Cowok itu berbasa basi mengenai bimbel mereka dan tidak mendapatkan balasan apapun. Steven berusaha memahami situasi antara dirinya dan Elsa. Seingat cowok itu dia tidak melakukan sesuatu apapun pada Elsa yang bisa membuat cewek itu jadi menghindarinya.

"Gue udah pengen banget cobain ramen yang ada di deket stasiun, Sa".

Lamunan Steven terganggu dengan suara seseorang yang memanggil nama Elsa dalam kalimatnya. Kepala cowok itu bergerak cepat ke asal suara dan menemukan Rio dan Elsa sedang berjalan beriringan di koridor sekolah.

Pandangan cowok itu memudar, seperti menolak apa yang dilihatnya. Tetap saja, walaupun buram dia masih bisa melihat kedua orang tersebut berjalan semakin jauh darinya.

Steven hanya bisa menatap pada tubuh belakang Elsa, melihat rambut pendek sebahunya yang tergerai jatuh ke belakang. Apa yang membuat mereka jadi sejauh ini? Maksud Steven hanya ingin membuat Elsa menjadi sahabatnya seutuhnya, bukan malah menjadi asing seperti saat ini.

Steven tidak bisa menerima kenyataan bahwa Elsa menyukainya. Bagaimana jika nanti Elsa sakit hati atau merasa bosan padanya? Bukankah cewek pendek itu akan segera melupakannya dan menjauh darinya jika itu terjadi? Maka dari itu Steven berusaha membuat Elsa move on dan melihatnya sebagai seorang sahabat agar mereka tidak perlu melewati fase asing itu.

Tapi sekarang seolah segala hal yang ditakutkan Steven terjadi. Elsa benar-benar menjauh darinya. Tidak membalas pesannya. Biasanya cewek itu yang lebih dulu menanyai kabar Steven jika mereka belum saling mengirim pesan. Sekarang hanya pesan singkat lama yang terus ditatap Steven setiap kali membuka room chat dirinya dan Elsa.

Cowok itu akhirnya memilih untuk mengejar Elsa. Cowok itu mengambil langkah lebar-lebar. Ada dorongan besar dalam dirinya untuk segera meraih Elsa. Begitu Elsa berada tepat di depannya, cowok itu dengan sigap menangkap pergelangan tangan cewek itu.

Elsa merintih karena merasa tangannya diremat kuat oleh jemari Steven.

"Lo ngapain?" tanya Rio dengan suara yang sudah meninggi.

Steven tidak menghiraukan Rio, dia hanya terus menatap pada wajah Elsa.

"Steve, lepas".

Elsa berusaha melepaskan genggaman Steven yang terlalu keras membuat tangannya terasa hampir mati rasa.

Rio yang melihat hal tersebut mencoba untuk melepaskan tangan Steven. Tangannya berusaha melepaskan jemari Steven yang seperti sudah menempel dengan pergelangan tangan Elsa.

"Lo kenapa?" tanya Steven masih tidak memedulikan Rio ataupun kernyitan dahi Elsa yang kesakitan.

Elsa menatap Steven bingung, tetapi tetap menjawab "Gue gak kenapa-kenapa. Lepasin, sakit".

Steven masih tidak mengindahkan perkataan Elsa dan akhirnya membuat Rio kehilangan kesabaran dan mendorong tubuh cowok itu kuat-kuat. Steven yang tidak siap sama sekali jadi terhuyung mundur bahkan hampir terjatuh.

Murid-murid di sekitar mereka mulai berkumpul, mengerubungi ketiga orang tersebut hendak menonton pertunjukkan dari mereka bertiga. 

"Lo apa-apaan sih, Bangsat!" itu Steven.

Menghitung BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang