25. Pengakuan Kezia

365 31 4
                                    

"Elsa," panggil seseorang dari belakang Elsa.

Cewek berambut pendek itu menoleh, melihat ke arah belakang dan mendapati Kezia sedang melambai ke arahnya.

Cewek berambut panjang itu berlari kecil menghampiri Elsa. Pun Elsa benar-benar membalikkan badannya menghadap cewek itu. Keduanya bertemu di depan lapangan sekolah ketika bel pulang baru berdenting sekitar lima menit lalu.

"Sa, gue mau ngomong sesuatu sama lo," ujar Kezia ketika berhenti tepat di depan Elsa.

Elsa yang melihat wajah Kezia yang serius merasa canggung. Dalam pikiran cewek itu, dia berasumsi bahwa Kezia mungkin ingin dia jauh-jauh dari Steven setelah insiden pemberian kado kemarin, padahal dia dan Steven memang sudah tidak ada komunikasi sama sekali.

"Gue mau ngasih tau lo..."

"Sorry, Key. Gue gak maksud ganggu hubungan lo sama Steven, kok," ujar Elsa memotong omongan Kezia yang belum selesai.

Kezia menautkan alisnya, bingung dengan kalimat yang baru saja Elsa katakan.

"Ganggu hubungan? Maksud lo?"

Elsa diam sebentar, lalu memberanikan dirinya untuk berbicara "Gue sama Steven udah sahabatan dari SD. Jadi, gue udah kebiasaan ngasih dia kado dan datang ke rumahnya. Sorry, gue ganggu lo berdua waktu itu".

Kezia melihat wajah Elsa yang datar sekali. Cewek berambut panjang itu memang minim ekspresi. Tetapi dari kedua mata Elsa, Kezia tahu cewek itu serius dengan omongannya membuat rasa bersalah yang sudah menghantui cewek itu semakin menjadi-jadi.

"Lo suka sama Steven. kan?" Kezia tidak lagi basa-basi.

Elsa terlihat terkejut melalui kedua bola matanya yang langsung bergerak spontan menghindari tatapan Kezia. Cewek cantik itu kemudian menghela napas berat. Dari hari minggu kemarin dia tidak bisa berhenti memikirkan Elsa dan Steven.

Cewek itu benar-benar merasa berada di tengah situasi yang seharusnya tidak dia campuri. Urusan Steven dan Elsa bukanlah bagiannya, apalagi dengan mengikuti permintaan Steven untuk membohongi Elsa.

Wajah sedih Elsa dan Steven terus menghantui pikirannya. Semenjak hari minggu itu, Steven juga tidak mengatakan apapun padanya, alih-alih cowok terganteng di sekolah itu malah terlihat semakin suram dan diam di kelas.

"Steven tau kalau lo suka sama dia," lanjut Kezia membuat Elsa semakin mematung.

Kali ini wajah datar itu mulai menunjukkan ekspresi. Alisnya tertaut, berusaha berpikir kenapa bisa hal ini terjadi. Elsa yakin bahwa dirinya sudah sangat baik dalam menyembunyikan perasaannya selama ini. Jadi, dari mana Steven tahu tentang perasaannya?

"Gue juga gak tau Steven tau dari mana kalau lo suka sama dia," ujar Kezia seolah membaca pikiran Elsa.

"Tapi karena itu, dia minta gue buat jadi pacar boongannya. Dia pengen lo bisa move on dari dia dan kalian bisa jadi sahabat beneran lagi". 

"Apa?" Elsa tidak mempercayai pendengarannya.

"Ya, Steven pengen lo berenti suka sama dia, makanya dia pura-pura pacaran sama gue," jelas Kezia mengulang inti dari perkataannya sebelumnya.

"Gue minta maaf karena bohongin lo. Steven sama sekali gak ada rasa sama gue. Awalnya gue pikir, ya, gak papa buat bantuin Steven, tapi lama-lama gue gak enak ngeliat lo. Apalagi pas kemarin lo ngasih kado ke Steven dan ditolak. Gue bener-bener ngerasa bersalah," ujar Kezia.

"Gue-"

"Sa!" Rio memanggil Elsa sambil berjalan menghampir kedua orang tersebut. Panggilan dari Rio juga membuat Elsa menghentikan omongannya.

Menghitung BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang