36. Diselamatkan Elsa

196 14 3
                                    

Elsa memandang lurus pada pekarangan rumah Steven dan tidak lama setelah itu muncul sebuah mobil sedan hitam besar dari depan pagar. Pak Ramlan keluar dari mobil tersebut dan membuka pagar lalu kembali masuk ke dalam mobil untuk membawa mobil tersebut masuk ke dalam rumah.

Elsa memerhatikan dalam diam kedatangan dari ayah Steven tersebut. Walaupun belum melihat ke dalam mobil, tetapi Elsa yakin ada ayah Steven di dalam mobil itu karena melihat betapa buru-burunya Pak Ramlan membawa mobil.

Saat mobil besar tersebut sudah terparkir sempurna, pintu penumpang belakang terbuka dan ayah Steven keluar dari mobil tersebut. Elsa langsung berdiri dari duduknya, mengangguk sopan kepada pria yang jauh lebih tua darinya itu.

Ayah Steven terlihat sangat rapi berwibawa seperti terakhir kali Elsa melihatnya. Wajar, mengingat orang itu adalah pejabat dan pemilik beberapa restoran di Indonesia.

"Om," sapa Elsa pelan sambil tersenyum.

"Iya," jawab ayah Steven singkat. "Steven mana?" tanya pria itu lagi.

"Di dalam tadi ngambil minum," jawab Elsa.

Pria itu hanya mengangguk sebagai respon dari jawaban Elsa dan kakinya kembali melangkah hendak memasuki rumah. Lalu Elsa meraih ponselnya sendiri dan menekan tombol power dari ponselnya menampilkan gambar dia dan Steven saat masih SMP.

"Om," panggil Elsa ragu.

Panggilan itu membuat langkah ayah Steven berhenti. Pria itu menoleh melihat pada Elsa dengan tatapan bertanya. Elsa lalu menyodorkan ponselnya ke depan, menunjukkan pada ayah Steven layar ponselnya yang berisi gambar dia dan anak dari pria itu.

Ayah Steven diam, kedua alis hitamnya menyatu tidak memahami maksud dari tindakan Elsa. Pria itu kembali menatap Elsa, tatapannya menyiratkan pertanyaan atas apa yang Elsa lakukan.

"Ini foto kami waktu SMP," ujar Elsa.

"Waktu itu Steven dapat penghargaan karena menang lomba catur tingkat sekolah," jelas Elsa.

Ayah dari Steven itu hanya mengangguk masih tidak memahami maksud Elsa. Pria itu lalu kembali membalikkan tubuhnya hendak melanjutkan langkahnya masuk ke dalam rumah, tetapi Elsa kembali berbicara.

"Ini lima tahun lalu. Waktu itu umur kami masih 12 tahun. Sekarang umur Steven sudah 17 tahun," Elsa melanjutkan perkataannya mengintrupsi ayah Steven untuk kedua kalinya.

Ayah Steven kini benar-benar berbalik badan, menghadap Elsa, mengizinkan anak SMA itu untuk berbicara padanya. Elsa dengan cepat membuka ponselnya mencari foto Steven yang terkini di galeri lalu kembali menunjukkannya pada ayah Steven.

"Ini Steven yang sekarang," ujar Elsa, kemudian kembali pada wallpapernya menunjukkan foto mereka waktu SMP, "Ini Steven 5 tahun lalu," lanjutnya.

"Steven sudah banyak berubah, kan, om?" tanya Elsa.

Sebenarnya cewek berambut sebahu itu takut dengan apa yang dia lakukan sekarang, tetapi dia tidak mau berdiam lebih lama lagi. Cewek itu mencoba melakukan sesuatu untuk Steven dengan cara sederhana yang melintas dalam kepalanya.

Seperti hatinya yang luluh lantak karena gambar sederhana dari Tian tempo lalu, mungkin foto Steven kecil juga bisa menyentuh hati pria di depannya itu.

Ayah Steven terlihat memandang kosong pada layar ponsel Elsa, memerhatikan sekilas wajah Steven waktu berumur 12 tahun. Anaknya itu sudah tampan sejak dulu, tetapi wajahnya tidak dipenuhi senyuman sedikitpun, padahal di tangan anak itu terdapat piala yang cukup besar.

Ayah Steven juga tidak mengingat momen itu. Dia sepertinya tidak pernah tahu kalau anaknya pernah menjuarai lomba catur, bahkan tahu kalau Steven bisa bermain caturpun tidak.

Menghitung BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang