19. Steven-Kezia Pacaran

308 28 3
                                    

Pagi ini, seperti biasa Elsa akan berangkat bersama Steven. Cewek itu sudah menunggu di depan rumahnya, duduk di kursi kayu sambil memangku tas ranselnya. Elsa memang selalu menunggu Steven lebih dulu setiap pagi karena menghargai cowok itu yang selalu menjemputnya.

Mentari dan Tian sudah berangkat duluan. Mentari dengan sepeda dan Tian bersama ayahnya. Elsa memainkan ponselnya sejenak menghilangkan rasa bosan selama menunggu Steven datang. Sekitar tujuh menit lalu cowok itu sudah mengirim pesan bahwa sedang dalam perjalanan.

Tidak lama kemudian, mobil sport hitam Steven berhenti di depan rumah Elsa. Cewek itu segera bersiap untuk menghampiri mobil cowok itu. Tetapi ada yang berbeda hari ini, kursi penumpang depan yang biasa ditempati Elsa telah diisi oleh orang lain. 

Elsa mengenal cewek itu, dia adalah Kezia teman sekelas Steven. Cewek cantik itu tersenyum padanya dan melambai. Elsa mengangguk dan tersenyum membalas sapaan cewek itu. Segera Elsa menghampiri mobil Steven dan duduk di kursi belakang.

"Pagi, Sa". Kezia kembali menyapa.

"Pagi," jawab Elsa sedikit sungkan.

"Mulai hari ini kita bakal berangkat dan pulang bareng Kezia, Sa".

Elsa mengangguk menanggapi omongan dari Steven. Cowok itu melihat Elsa dari kaca depan mobil. Ekspresi sahabatnya itu telihat santai saja. Bahkan tidak terlihat memikirkan apapun membuat Steven bingung.

Cowok itu pikir Elsa akan bereaksi atau paling tidak menunjukkan sedikit saja ekspresi sedih di wajahnya. Kenyataannya, Elsa biasa saja, sambil melihat keadaan luar mobil. Tidak ada rasa apapun yang ditunjukkan oleh cewek berambut pendek itu.

Steven kemudian meraih tangan Kezia, menggenggamnya cukup erat tepat di tengah, sehingga bisa terlihat oleh Elsa.

"Gue sama Kezia jadian kemarin," ujar cowok itu mengambil kembali perhatian Elsa yang tadinya berada pada jalan di luar.

"Oh, selamat," jawab Elsa. 

Cewek itu bahkan tersenyum kecil. Mata hitam pekat Elsa menangkap tangan Steven dan Kezia yang saling menyatu, tapi tidak menunjukkan respon apapun.

Steven kembali melirik Elsa dari kaca depan mobil dan Elsa masih terlihat biasa saja. Sekarang cewek itu kembali memerhatikan jalan di luar. Terlihat tidak terganggu dengan apa yang ada di depannya.

Steven tidak tahu bahwa di balik wajah batu Elsa, cewek itu terkejut. Dia tidak menyangka akan mendapat kejutan besar dari Steven pagi ini. Tetapi benar memang, cewek itu tidak terlalu ambil pusing, meskipun tidak bisa dipungkuri hatinya sakit.

Bagi Elsa cepat atau lambat dia akan berhadapan dengan situasi seperti ini. Situasi di mana pada akhirnya Steven akan menyukai seseorang dan memacarinya. Elsa hanya tidak menyangka bahwa situasi ini datang tiba-tiba.

Steven tidak pernah bercerita padanya soal Kezia, sedikitpun. Elsa mencoba mengingat-ingat masa-masa di mana Steven mengoceh tentang semua cewek yang dia tolong, tetapi tidak menemukan masa di mana Steven mengatakan dia menyukai Kezia, atau paling tidak sedang menyukai seseorang.

Elsa merasa agak aneh sebenarnya. Steven adalah sahabatnya dari kecil dan cowok itu selalu terbuka padanya. Tidak ada satu halpun yang disembunyikan Steven darinya. Ya, itu yang selama ini Elsa pikir. Mungkin memang ternyata dia salah. Mungkin memang untuk urusan cinta, Steven tidak mau bercerita.

"Kalau lo, Sa, kapan mau punya pacar?" Kezia memulai percakapan.

Cewek berambut panjang bergelombang itu merasa canggung sendiri karena suasana mobil yang terlalu hening tenang.

"Belum kepikiran, sih," jawab Elsa singkat.

Kezia bergumam sebentar kemudian melanjutkan pertanyaannya. "Lo lagi ada suka orang, gak, sekarang?"

Menghitung BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang