20. Kak Dion Ganteng

284 21 0
                                    

"Sa, gue gak bisa nganterin lo pulang, sorry ya. Gue mau ketemu Kezia".

Elsa menganggukkan kepalanya saja. Tidak mengatakan sepatah katapun.

"Lo mau gue pesenin taksi?"

"Gak usah, gue nanti cari sendiri," jawab Elsa.

"Ya, udah. Gue balik duluan, ya," ujar Steven dan melenggang pergi dari kelas bimbel mereka. 

Elsa menghela napasnya dan berdiri dari bangku hendak keluar kelas. Cewek berambut pendek itu mengecek jam di ponselnya dan mulai berpikir sejenak. Sebenarnya, Elsa sudah mengajak Steven dari sebulanan lalu untuk menonton Mentari lomba bulu tangkis di hari ini, tetapi sepertinya cowok itu lupa.

Elsa juga merasa tidak perlu mengingatkan. Toh, Steven terlihat begitu buru-buru, mungkin memang Kezia sudah menunggunya. Lagipula, sekarang Kezialah pacar cowok itu, Elsa cukup tahu diri untuk tidak menganggu hubungan Steven yang baru meskipun itu menyakiti hatinya.

"Kamu pulang sendiri? Saya pikir bareng Steven, teman kamu".

Elsa menolehkan kepalanya melihat pada Dion yang berdiri menjulang di sampingnya. Elsa pikir Dion sudah pulang, tetapi ternyata pria itu masih berdiri di depan kelas.

"Iya, saya pulang sendiri, Kak," jawab Elsa sopan.

Sebenarnya, Elsa merasa canggung berbicara dengan Dion karena pria itu selalu berbicara menggunakan kata-kata formal yang membuatnya merasa aneh sendiri. Mungkin karena Dion lulusan luar negeri dan sempat lama di luar negeri, pria itu jadi berbahasa formal dalam percakapan sehari-hari.

"Saya anter kalau gitu," usul Dion, lalu menekan tombol kunci mobilnya membuka pintu mobil.

"Gakpapa, Kak. Saya sendiri aja," tolak Elsa tidak enak.

"Rumah kita searah kok," balas Dion cepat.

"Saya habis ini mau ke stadion, Kak, bukan pulang," ujar Elsa akhirnya.

"Oh, Stadion yang di tengah kota?"

"Iya," jawab Elsa. "Jadi saya naik angkot aja," lanjutnya.

"Oke, saya antar kamu ke sana, kebetulan saya tidak ingin buru-buru pulang juga".

Elsa mencoba berpikir cara paling sopan untuk kembali menolak ajakan Dion. Pasalnya cewek itu merasa tidak enak berduaan dengan Dion dan kembali merepotkan guru bimbelnya itu. Sudah cukup waktu itu dia menumpang pulang dan ditraktir makan sate.

Dion tersenyum tipis melihat Elsa yang hanya diam di tempat dan seperti memikirkan sesuatu dengan sangat serius.

"Ayok masuk ke mobil," ujar Dion mengambil kembali fokus Elsa.

"Tapi, Kak saya-"

"Saya memang pengen jalan-jalan juga, kok, Ayok naik," ujar Dion menggunakan nada yang lebih serius agar Elsa tidak menolaknya lagi.

Akhirnya, Elsa mengangguk saja. Cewek itu mengikuti Dion dan masuk ke kursi penumpang depan di sebelah Dion. Ini kedua kalinya cewek itu berada di mobil Dion. Mobil sport berwarna kuning cerah. Di dalam mobil Dion tercium aroma kopi yang berasal dari pengharum mobil.

"Kalau boleh tau, kamu ngapain ke stadion? Ada tugas sekolah? atau mau jogging?" 

Dion bertanya ketika mobil sudah mulai berjalan keluar dari halaman gedung tempat bimbel mereka.

"Adik saya hari ini lomba badminton, Kak," jawab Elsa.

"Oh, ya? Kamu punya adek?"

"Iya, saya punya dua adik," jawab Elsa lagi.

Menghitung BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang