24. Perpisahan Sahabat

403 32 0
                                    

"Kalau nanti gue liburan ke sini lo bedua harus temenin gue main, ya".

Elsa menganggukkan kepalanya mengiyakan perkataan Karin. Cewek berambut pendek itu tersenyum tipis pada sahabatnya yang baru bersama setahunan lebih ini.

Karin merentangkan tangannya meminta Elsa untuk memeluknya dan langsung dibalas oleh cewek itu. Keduanya berpelukan erat sekali, terlebih Karin. Cewek cantik itu sebenarnya merasa sedih harus meninggalkan Elsa dan Steven.

"Lo kalau balik jangan pakai bahasa Upin-Ipin, ya. Please, tetep jadi Susanti di sana nanti".

"Apaan, sih, lo". Karin menyipitkan matanya membalas omongan Steven yang menyebalkan baginya.

"Kak Dion titip Elsa, ya," ujar Karin kemudian pada Dion yang berdiri di samping Elsa.

Memang yang mengantarkan Karin untuk pindah ke Malaysia selain Elsa dan Steven juga ada Dion dan kakaknya, Satya. Cewek itu terlihat sedih dari air mukanya harus meninggalkan Indonesia dan ikut bersama ibunya.

"Iya, saya pasti jagain, kok," jawab Dion sambil melirik pada Elsa yang lebih pendek darinya.

Steven yang juga berada di sana hanya bisa diam. Banyak sekali pertanyaan di kepalanya, tetapi dia memilih untuk menahan dulu semuanya. Dia bahkan bingung harus bereaksi seperti apa pada Elsa setelah kejadian penolakan kado ulang tahunnya hari minggu kemarin.

Suara panggilan informasi penerbangan kemudian terdengar dan menyebutkan nama pesawat yang akan dinaiki oleh Karin. Cewek itu lalu menghela napas berat dan tersenyum masam. Matanya beralih pada Satya yang berdiri di sampingnya.

"Gue berangkat dulu, ya, Bang Sat," ujar Karin pada kakaknya itu.

Satya berdecak kesal, tetapi langsung meraih tubuh adiknya itu. Memeluknya erat sambil mengusap kepala cewek cantik itu. Karin juga langsung membalas pelukan dari Satya. Cewek itu memejamkan matanya menahan tangis.

"Gue bakal sering ke Malaysia tenang aja," ujar Satya, lalu melepaskan pelukannya.

"Kalau aja gue lagi gak terikat project kampus, gue udah pasti ikut ke Malaysia sekarang," lanjut cowok itu.

Karin menganggukkan kepalanya, cewek itu kemudian melambaikan tangannya pada mereka berempat.

"Ya udah, udah mau boarding, gue masuk dulu, ya. Sampai jumpa lagi, semua!" Karin tersenyum lebar sampai barisan gigi putihnya kelihatan.

Elsa, Steven, Dion, dan Satya ikut melambaikan tangan dan memerhatikan kepergian Karin yang masuk ke dalam bandara sampai akhirnya cewek itu sudah tidak terlihat lagi.

"Thanks, ya, guys, udah nganterin Karin," ujar Satya pada ketiga orang teman Karin itu.

"Sorry gue balik duluan, soalnya harus langsung ke kampus," lanjut cowok itu pamit.

"Hati-hati, Ya," ujar Dion dan mendapat anggukan dari Satya yang kemudian menuju mobilnya lebih dulu.

"Lo bareng Kak Dion lagi?" Steven tidak mampu menahan mulutnya dan akhirnya bertanya.

"Iya," jawab cewek berambut pendek itu.

"Rumah lo sejalan sama gue kalau dari sini," lagi Steven mencoba merubah keadaan.

Meskipun dia masih tidak tahu harus bertingkah bagaimana. Meskipun hatinya masih kacau berantakkan di dalam. Meskipun dia masih berharap Elsa sudah tidak menyukainya, tetapi dia juga tidak rela melihat sahabat semenjak SDnya itu pergi dengan orang lain, dengan cowok lain.

Steven terkejut ketika sampai bandara tadi. Dia memang tidak mengajak Elsa untuk pergi bersama dan mereka belum berkomunikasi sama sekali semenjak ulang tahunnya beberapa hari lalu. Tapi Steven pikir, Elsa akan berangkat bersama Karin atau membawa motornya sendiri. Tidak ada pikiran sama sekali kalau sahabat semenjak SDnya itu akan pergi dengan guru bimbel mereka.

Menghitung BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang