39. Menyadari Perasaan

154 13 3
                                    

Steven sudah tidak fokus lagi selama jam pelajaran sampai dengan pulang sekolah. Kepalanya dipenuhi dengan pengakuan Rio mengenai perasaan cowok kurus itu pada Elsa. Sebagian hatinya tidak terima dan sebagian lagi gelisah dan resah kalau-kalau Elsa juga akan berpaling pada Rio.

Buktinya, saat ini, tepat ketika bel pulang berbunyi, Steven sudah berdiri di depan kelas Elsa, menunggu cewek berambut sebahu itu keluar dari kelasnya. Steven beberapa kali tersenyum pada teman-teman sekelas Elsa yang menyapanya lebih dulu.

Lalu, muncul Elsa bersama Rio keluar dari kelas berbarengan. Keduanya terlihat sedang membicarakan sesuatu dan Elsa tersenyum tipis atas perkataan Rio. Saat melihat pemandangan menyebalkan itu, Steven mulai menyadari betapa dia selalu benci melihat Elsa bersama Rio.

Dia tidak menyukai kedekatan Elsa dengan Rio, selama ini cowok itu mengira bahwa perasaannya muncul karena dia takut Elsa akan diambil oleh Rio sebagai seorang sahabat, tapi makin ke sini Steven mulai sadar bahwa perasaannya tidak sesederhana itu lagi.

"Elsa."

Steven tidak bisa menahan diri lebih lama lagi. Dia langsung memanggil Elsa untuk mengambil semua perhatian cewek itu agar berfokus padanya dan bukan Rio lagi.

Elsa yang dipanggil, menoleh lalu menatap Steven dengan kedua alis tipisnya yang terangkat.

"Kenapa lo di sini?" tanya Elsa.

"Jemput lo," jawab Steven sambil melirik pada Rio.

"Ngapain jemput ke kelas, kan, gue bawa motor sendiri?"

"Biasanya, kan, gue juga jemput lo di kelas dari dulu," Steven masih terus menjawab.

Elsa tidak lagi mengatakan apapun, tetapi berjalan ke samping Steven. Cowok tinggi itu tersenyum lebar menampakkan kedua lesung pipinya di sisi kiri dan kanan. Steven senang karena Elsa tetap memilih berjalan bersamanya dan meninggalkan Rio di belakang mereka.

Namun, kesenangan itu hilang ketika Elsa kembali menoleh ke belakang dan berkata, "Jadi lo ke rumah nanti malem, kan?"

"Iya, gue mungkin sekitar jam 7 ke rumah lo."

"Oke," jawab Elsa merespon omongan Rio.

Hati Steven langsung panas. "Dia ngapain ke rumah lo?"

"Nyusun laporan, kan, bentar lagi udah mau selesai semester," jawab Elsa.

"Kenapa di rumah lo?"

"Terus mau di mana?"

"Ya, kan bisa di cafe atau perpustakaan kota atau di mana gitu," ujar Steven tidak terima.

"Tadi, sih, Rio ngajak kerjain di rumahnya," jawab Elsa.

"GAK! GAK BOLEH!"

Elsa sampai menoleh pada Steven karena suara cowok itu yang tiba-tiba keras, menolak dengan sangat ide Elsa datang ke rumah Rio.

"Iya, makanya di rumah gue," balas Elsa.

"Rumah gue aja. Nanti gue yang siapin makanan buat kalian."

Elsa menautkan alisnya. 

"Iya, gapapa, di rumah gue aja," lagi Steven kembali mengulang sarannya pada Elsa.

Cewek berambut sebahu itu lalu menggeleng. "Kami udah janjian di rumah gue."

"Oke, kalau gitu gue ikut!"

Elsa semakin menautkan alisnya. "Buat apa?"

"Gue mau jalan-jalan aja ke rumah lo. Mau ketemu Tian sama Mentari," jawab Steven asal. Yang penting dia bisa ikut di antara Elsa dan Rio.

Menghitung BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang