17. Diary Elsa

228 19 0
                                    

Rio menghampiri Elsa yang sekarang sedang duduk sendiri di depan ruang rawat ibu Steven. Cowok itu memberikan sebotol air mineral pada cewek itu.

"Buat lo. Gue liat lo panik banget sampai lari-lari tadi," ujar Rio.

Elsa mengambil mineral dari tangan Rio. "Thanks, ya, Yo".

Rio kemudian duduk di sebelah Elsa. Matanya memandang lurus tembok putih di depan mereka. Cowok itu memberanikan diri untuk mendatangi Elsa karena melihat Steven sudah tidak ada.

"Sorry, ya, kita jadi batal ke pantai," ujar Elsa merasa bersalah karena sudah menyeret Rio ke rumah sakit dan tidak mengatakan apapun di awal tadi.

Cewek itu terlalu panik akan Steven sampai lupa menjelaskan atau sekedar mengatakan sesuatu pada Rio. Dari Rio sendiri terlihat menganggukkan kepalanya. Terdengar helaan napas cukup panjang dari cowok itu.

"Kita masih bisa pergi minggu depan, kok," ujar Rio.

Elsa mengangguk menyetujui perkataan Rio.

Tidak lama Steven keluar dari ruangan ibunya. Sebelumnya dia mengikuti perawat rumah sakit yang sedang mengecek keadaan ibunya. Elsa memilih tidak ikut masuk karena menunggu Rio yang tidak terlihat sama sekali.

Cowok tinggi itu memandang tidak suka pada Rio. Dia merasa aneh dengan kehadiran cowok itu. Apalagi dengan posisi duduk keduanya yang cukup dekat di kursi rumah sakit.

"Kok lo ada di sini?" tanya Steven.

Suara cowok itu terdengar kesal dan membuat Rio jadi merasa tidak nyaman.

"Gue tadi emang barengan sama Elsa. Tadinya kita mau ke pantai, tapi nyokap lo masuk rumah sakit dan kita langsung ke sini".

Steven menautkan kedua alis tebalnya, cowok itu kemudian menatap Elsa seolah meminta penjelasan. Dalam kepala Steven sudah bergema banyak pertanyaan mengenai keduanya. Kenapa mereka pergi bersama? Kenapa Elsa semakin dekat dengan Rio? Kenapa dia tidak tahu apapun dan masih banyak lagi.

"Gue sama Rio sekelompok project biologi jadi kita mau ke pantai buat penelitian bakteri air pantai," jelas Elsa.

Mata Steven lalu beralih pada mineral yang ada di tangan Elsa. Sebelumnya, Elsa tidak membawa apapun kecuali tas cokelat kecil. Jadi, Steven yakin kalau mineral itu pasti berasal dari Rio. Cowok tinggi itu langsung mengambil mineral itu dan meminumnya rakus sampai habis, lalu memberikan botol minuman itu pada Rio.

"Thanks, udah nganter Elsa ke sini. Lo udah boleh pulang sekarang. Gue yang bakal anter Elsa balik nanti".

Kalimat itu jelas mengusir Rio secara terang-terangan, tetapi cowok ramping itu memilih untuk memandang pada Elsa menunggu Elsa mengatakan sesuatu padanya.

Elsa kemudian melihat keduanya secara bergantian. Cewek berambut pendek itu melihat pada sahabat semenjak SDnya, lalu pada Rio dan bergantian beberapa kali sampai akhirnya Cewek itu berhenti pada Rio.

"Yo, lo boleh pulang, sorry ya, buat hari ini".

Rio tersenyum tipis, cowok itu bisa menangkap ketidakenakan pada wajah Elsa. Dia tahu kalau cewek itu sebenarnya tidak mau berada di situasi ini. Lagipula, sudah pasti Elsa akan memilih Steven secara keduanya sudah bersahabat sekian lamanya, sedangkan Rio hanya teman sekelas yang bahkan tidak sedekat itu dengan Elsa.

Rio menganggukkan kepalanya memahami. "Gue balik dulu, ya. Nanti kabarin Tian kalau gue mau ngajak dia nonton minggu depan, oke?" Rio melemparkan senyumannya pada Steven setelah menyebut nama adik laki-laki Elsa seolah menyombongkan diri.

"Iya, nanti gue ngomong ke anaknya, lo hati-hati, ya," sahut Elsa pada Rio.

Cowok ramping itu melambaikan tangan hanya pada Elsa, tersenyum lebar dan memilih untuk menujukkan bahwa dia tidak kalah pada Steven. Walaupun sebenarnya Rio sendiri tidak begitu mengerti tentang kedua sahabat itu.

Menghitung BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang