2. Pertemuan Pertama

727 73 2
                                    

"Tapi serius. Kalau semisal reinkarnasi memang ada. Di kehidupan selanjutnya, gue tetep mau dipertemukan sama lo lagi. Selalu sama lo lagi".

***___***___***

"Haaaaah!"

Steven bernapas lega saat matanya terbuka. Pertama kali yang ia lihat adalah plafon putih kamarnya. Cowok itu kembali menarik napas dan mengeluarkan dengan perlahan. Berusaha mengatur napasnya yang berantakkan.

Barusan dia bermimpi buruk. Membuat dahinya dipenuhi keringat-keringat sebesar batu kerikil. Tangan cowok itu meraih ponsel yang berada disampingnya. Menekan tombol dan ponsel itu langsung menampakkan layar ponsel Steven.

Fotonya yang tengah berdiri di lapangan bola dekat rumah Elsa dengan seragam SMA. Ya, foto yang baru diambil sekitar 2 minggu lalu ketika untuk pertama kalinya dia dan Elsa mengenakan seragam SMA.

Pukul 2 pagi ternyata. Steven membuka kontak dan menelpon nomor pertama yang ada di list panggilannya.

Sekitar 5 detik Steven menunggu hingga suara sambungan telpon itu berganti dengan suara serak yang biasa menemani Steven setiap kali terbangun di pagi buta.

"Halo?"

"Halo," balas Steven.

"Lo kebangun?" suara di sebelah sana menyahut terdengar serak.

"Iya," jawab cowok itu.

Kresek kresek kresek.

Itu suara dari seberang sana. Sepertinya Elsa, orang yang Steven telpon tengah bergerak di atas tempat tidurnya.

"Lo udah tidur?"

"Ya, jelaslah. Ini jam berapa?"

"Dua".

"Oh... okay".

"Mentari udah tidur?"

"Udaaah".

Terdengar suara orang menguap diujung sana. Steven tersenyum tipis. Cowok itu memang selalu menghubungi Elsa ketika dia terbangun di pagi buta.

Meminta Elsa menemaninya sampai tertidur kembali. Syukurnya sahabatnya itu tidak pernah protes sama sekali.

"Nanti pagi gue jemput, ya?"

"Em..."

"Sekalian kita sarapan dulu".

"Em..."

"Lo mau apa besok? Bubur ayam atau nasi kuning?"

Tidak ada jawaban dari seberang membuat Steven mengerut kening.

"Sa?"

"...."

"Sa?"

"Steve, please, perkara sarapan apa kita bahas nanti aja, ya?"

"Maaf gue bangunin lo," Steven bisa menangkap nada kesal dari suara Elsa.

"Okay, besok gue mau bubur ayam".

Steven tertawa kecil mendengar jawaban Elsa. Begitulah Elsa sekesal apapun dia, cewek itu selalu berusaha menjadi versi terbaik untuk Steven.

"Bubur ayam di mana? Dekat sekolah atau yang dekat studio musik Galendra?"

"Ck. Steve. Sekali lagi lo nanya yang gak penting gue samperin lo".

"Samperin sini biar bisa tidur bareng," balas Steven santai.

Cowok itu tidak tahu kalau perkataannya barusan berhasil membangunkan cewek di seberang sana. Membuat Elsa terjaga sepenuhnya dengan wajah yang merah padam.

Menghitung BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang