43. Pantai

195 8 0
                                    

Meraih kalian, seperti halnya  ingin menggenggam air dalam telapak tangan Terasa namun hampa di akhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meraih kalian, seperti halnya  ingin menggenggam air dalam telapak tangan
Terasa namun hampa di akhir...

Di hamparan pasir putih, angin semilir mengibarkan helai rambut milik Zora, yang tengah bermain air di bibir pantai. Cowok dengan setelan cesual memandang ke arah gadisnya dengan tersenyum manis.

Air matanya luruh begitu saja, setelah mengingat pesan yang dia terima malam itu. Ada rasa senang begitupun sedih menjadi satu.

Fathan ingin sekali egois untuk diri nya sendiri. Tapi dia lebih tidak tega melihat orang yang dia cintai memendam rindu pada rumah yang seharusnya dia tinggali.

Langkah tegas nya menghampiri Zora dengan senyum yang masih mengembang. Dia tidak ingin memikirkan hal yang membuat nya tidak fokus pada gadis nya.

Biar angin membawa dan menjadi saksi mereka berdua melepas rindu. Yang sebentar lagi akan terkubur oleh kenangan.

Di peluknya pinggang ramping Zora, kepala Fathan Iyah letakan di bahu Zora.

"Sayang, apa kau suka? " Tanya Fathan masih memejamkan mata kala menghirup bau khas gadis nya. Sangat menenangkan dan candu menurut Fathan.

Kalau seperti ini apa aku benar benar bisa melepas mu...

"Aku suka Thatan." Jawab Zora penuh semangat dan menengok ke arah Fathan di sana, kedua nya terhanyut akan posisi yang begitu dekat.

Fathan lebih mendekati wajah Zora, dia yang polos hanya mengerjap menelisik melihat Fathan yang semakin mendekat ke wajah nya.

Apa wajah Zora ada yang salah?

Karena melamun memikirkan sesuatu yang tidak di mengerti oleh Zora, dia kaget akan sesuatu yang lembut menempel pada bibir nya.

Tidak ada pergerakan, hanya menempel, Fathan menyatukan dahi mereka, hanya beberapa detik keduanya lepas. Zora pun masih tercengang.

"Maaf Zora, aku tak bisa menahan diri." Sesal Fathan. Yang sudah berjanji tidak akan berbuat tidak hormat pada gadis nya. Tapi perasaan rindu itu seakan mendorong nya.

Untung saja dia bisa mengendalikan diri nya, hingga hanya menempel. Setelah itu di kecup kening Zora dengan sayang.

Zora hanya menggeleng akan pertanyaan Fathan. Karena dia juga sedang menormalkan jantung nya yang berdebar tak karuan.

Hanya senyum tulus yang  terbit dari kedua nya.

Di peluk lah Zora dengan erat, keduanya melihat ke arah matahari yang akan tenggelam. Angin malam mulai menampakan diri, helai rambut Zora tertiup, hingga menutup dahi nya.

Izora or IvonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang