45. Hujan

262 12 1
                                    

Biarkan air turun di setiap tetesnya menjadi saksi, bahwa suasana hujanlah yang mempertemukan kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Biarkan air turun di setiap tetesnya menjadi saksi, bahwa suasana hujanlah yang mempertemukan kita.

Keadaan villa dekat pantai sudah tak karuan di setiap ruangan nya. Anak anak yang ikut hadir tidak elit dalam Posisi tidur mereka.

Lihat seperti Fattah yang kaki nya sekarang sudah ada di atas perut Angga. Fattih yang kepala nya sudah ada di kaki Gio. Sampah makanan masih di  atas meja.

Seperti nya mereka benar benar pesta tadi  malam. "Kenapa berantakan sekali?" Desis Vera yang terbangun lebih dulu. Untuk para cewek mereka tidur di kamar.

Langkah Vera masih gentoyongan karena belum sadar sepenuhnya. Tangan nya mengucek kedua mata nya. Setelah sepenuhnya terlihat. Didepan laut sudah terlihat suluet seseorang yang dia kenal.

Mata Vera membulat seketika sadar bahwa yang ada di sana Zora. Apa yang akan dia lakukan di pagi pagi sekali. Vera menepis segala pemikiran gila nya.

"Woyy bangunn... Kebakaran.. Kebakaran.. " Teriak Vera mencoba membangun kan semua anak anak.

Dengan tidak elit nya mereka berlarian sampai ada yang jatuh tengkurap, untung saja masih ada kasur lantai.

Makk anak mu belum nikah

Woyy gue nggk mau menjngoy

Padam padam kan..

Anjim..

Ma...

Dan masih banyak lagi, tidak bisa di ceritakan. Dan kini mereka telah sadar. Lihat berapa menyeramkan nya mereka. Mata yang masih menatap dengan sayu, kini tengah melotot tajam ke arah Vera yang terkekeh geli.

"Kalian lucu banget. Bwahhaa. " Sudah Vera tak bisa manahan tawa nya.

"Vera.. Bangke banget lo." Umpat Sheefa. Vera sungguh sudah menghncurkan mimpi indah nya dengan ayang.

"Gue kira beneran, sampek keceplosan pengen nikah." Ucap Angga penuh sesal, bagaiamana bisa dia bisa selalu itu.

Raut wajah Angga membuat mereka yang melihat tertawa terbahak bahak. "Komuk lo anjing." Parvez mengejek.

"Diem lo babi."

"Situ yang ngepet. " Timpal Parviz membela Parvez untuk mengejek Angga.

"Huaaa Fattah, lo lihat mereka nistain dede." Rengek Angga dengan mata mengerjap sok polos. Hal itu justru membuat yang lain jijik melihatnya. Drama  sekali memang anak ini.

Izora or IvonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang