Keadaan sekolah nampak seperti biasa, sama dengan beberapa minggu yang lalu. Tak terdengar berita apa pun juga. Apa memang sudah terlewat kan.Bagus juga, agar mereka tak susah memikirkan hal yang ada tapi tak terlihat.
Langkah ringan yang tak bersuara melangkah dengan anggun. Menuju ruangan anak dance yang ada di sebelah ruangan musik.
Zora tak masuk kelas karena belum siap bertemu dengan orang yang dia sayang. Alasan nya untuk masuk kedalam lingkaran ini, karena memang ada yang harus dia tuntaskan.
Membuka pintu, terlihat sepi, kemudian menyalakan musik untuk dirinya sendiri. Lekuk tubuh Zora terlihat lihai mengikuti musik yang menggema di ruangan ini.
Tiada siapa pun di dalam hanya ada Zora seorang. Seakan terhanyut akan tarian yang dia lakukan, sampai tak sadar bahwa sudah ada 1 anak yang melihat nya, sedari tadi.
Musik berhenti tepat ketika Zora menghadap seseorang yang ada di sana, ketika mata nya terbuka, Zora sedikit kaget, tapi dia berusaha biasa saja.
Tepukan tangan meriah di lontarkan oleh gadis yang ada di depan Zora.
"Lo anak baru? " Tanya Maura yang terlihat dari nametag nya.
"Hem, gue anak baru." Jawab Zora seraya tersenyum.
"Kenapa disini, dan tadi itu lo keren banget."
"Kau mengetahui tarian itu? "
"Gue belajar, tapi di nada yang cepet kurang menguasai."
Kedua nya hanyut dalam perbincangan terkait tarian yang di lakukan Zora.
***
Semua kelas memang sedang ada guru, entah mengapa Maura juga dia tidak masuk, dan sekarang justru asik dengan anak baru yang juga belum ke ruang kepala sekolah.Di kelas Fathan dia sedang Menelengkup kan kepala nya di meja, fikiran nya sedang terhanyut oleh gadis yang sekarang tak terlihat lagi. Betapa sedih nya.
Pangeran yang dingin kini kian semakin dingin, belum ada yang bisa mengajak nya berbicara.
"Fattih saudara lo makin kaya es balok." Ujar Kafka.
"Dia pasti masih kehilangan, gue juga."
"Yok lah ajak main, kayak nya sendiri aja tuh bocah."
"Sembarangan, gitu gitu kaka gue."
"Elah, pak ketos baperan amat loh."
"Nye.. Nye.. Nye.. " Ejek Fattih yang sudah kepalang jengkel sama sahabat nya yang satu ini.
"Wowww... Ketosss bisa kek gitu juga anying." Teriak Kafka dan bertepuk tangan dengan meriah. Sampai mendapatkan tatapan tajam dari Fathan.
"Ampun bang, kagak lagi dahh sueerrr." Ampun nya melihat ke arah Fathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Izora or Ivona
Roman pour AdolescentsCacian makian terngiang di Gendang telinga ku , tapi itu tertuju untuk siapa ? " kenapa mereka mengarah ke gue ?" tanya ku dalam hati semua orang masih menatap ku tajam " siapa Ivona ?" pikir ku bertanya tanya mata ku masih mengerjap polos yang a...