10. Perasaan

81 3 2
                                    

Selama satu minggu ini Ocha selalu datang berkunjung ke rumah Ervin untuk merawatnya meskipun di rumah sedang ada Bunda. Selain merasa khawatir juga ia merasa bersalah karena Ervin mengalami kecelakaan hendak akan menjemputnya.

Ervin masih tertidur pulas. Kata Bunda ia baru saja selesai minum obat. Selagi menjaganya, Ocha mengerjakan tugas yang ia bawa di tasnya.

Di tengah pekerjaannya, ia menengok ke  belakang melihat gips di kaki Ervin. Ocha berjalan mendekati Ervin sambil membawa spidol hitam di tangannya.

"Nah hehehe." Kekehnya.

Ocha kembali mengerjakan tugasnya.

"Hoaaam."

Tugas belum selesai tetapi perempuan itu sangat mengantuk, akhirnya ia tertidur di meja belajar.

Tak lama Ervin bangun dari tidurnya. Ia melihat pacarnya tertidur di meja belajar. Ervin khawatir jika posisi itu tidak membuat Ocha nyaman dalam tidurnya.

Ervin hendak beranjak, namun ia mendapati gips di kaki kanannya terdapat tulisan.

Cepet sembuh <3

Laki-laki itu terkekeh melihat tulisan itu. Senang rasanya di perhatikan oleh Ocha. Apalagi ini kali pertama Ocha memberi emoji love untuknya. Melihat kembali Ocha yang sedang tertidur, Ervin ingin memindahkannya namun ia teringat untuk berdiri saja dieinya masih terasa sulit.

TOK TOK TOK!

"Ini Bunda."

"Masuk, Bun."

"Nak Ocha ayok mak–"

"Suttt. Ocha tidur."

"Ya ampun kasihan sekali. Pasti capek."

"Bun, Ervin boleh minta tolong?"

"Of course."

"Tolong selimuti Ocha ya, Bun? Tapi pelan-pelan jangan sampai Ocha kebagun."

"Siap tuan muda." Kekeh Bunda.

Bunda pun menyelimuti Ocha perlahan agar tidak membangunkannya. Bunda memang sangat mendukung anak semata wayangnya. Apalagi jika menyangkut kebahagiaan Ervin. Setelah itu Bunda pun keluar dari kamar Ervin.

"Emm."

Ervin tersenyum saat Ocha sudah bangun dari tidurnya.

"Loh hah? Jam 7 malem?" Kaget Ocha saat melihat jam.

"Selamat pagiii." Sapa Ervin.

"Ih Ervin kenapa gak bangunin aku?"

"Mana tega aku bangunin kamu, tapi gak sakit badan kan?"

"Pegel sih."

"Ih aku masih marah! Kamu harusnya bangunin aku aja. Ini udah malem, duh aku gak enak sama Bunda kemaleman disini."

"Hahaha tenang aja, Cha. Bunda gak gigit. Bahkan kalau kamu mau nginep juga pasti Bunda seneng."

"Aku gak bisa tidur kalau di rumah orang lain."

"Terus tadi apa? Simulasi mati?"

"Heh!! Tarik ucapan kamu ihh. Ucapan adalah doa. Kamu emangnya mau kalau ak–"

"AMIT AMIT!!"

"Ya makannya."

"Yaallah maaf, itu tadi cuma angin lewat."

"Ppffttt hahahaa di kira kentut apa angin lewat."

Ervin tak bereaksi apapun melainkan ia hanya menatap Ocha.

"Er?"

"Ih Er, kamu kenapa? Heh, jangan ngelamun ih serem banget."

"Aku gak ngelamun. Cuma seneng aja lihat kamu semangat kaya gini. Marah marah, khawatir, bawel, ketawa. Tolong tetap seperti ini."

"Ervin."

"I love you, Cha."

Ocha terdiam tak menjawabnya.

Thanks Er, semenjak gue ngerasa lebih deket sama lo kaya gini. Perlahan gue merasa hidup. Tapi gue belum yakin sama perasaan gue sendiri. -batin Ocha.

MAS MANTAN || LEE JUYEONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang