Karena ini liburan semester, Ocha memutuskan untuk pulang kampung bertemu kedua orang tuanya yang sudah lama sekali ia rindukan. Awalnya Ocha hendak pergi seorang diri namun, Ervin memkasa untuk mengantarnya sekaligus ingin bertemu dengan calon mertua katanya.
Di perjalanan Ocha melayani Ervin yang mengemudi mobil. Ini kali pertama Ocha melihatnya mengemudi karena biasanya Ervin selalu membawanya dengan motornya saja. Dengan senang hati Ocha menyuapi camilan kepada pacarnya dan juga membantunya untuk minum. Tentu saja Ocha mendapat pujian dari Ervin, ia mengelus kepalanya dan tersenyum lembut.
"Ervin."
"Hm?"
"Nanti aja."
"Loh kenapa? Ada yang mau kamu omongin sama aku?"
"Iyah."
Mungkin kejadian tadi malam? -batin Ervin.
"Tapi nanti aja seudah sampe."
"Oke then."
Perjalanan jakarta-bandung memakan waktu kurang lebih sekitar dua jam. Di perjalanan Ervin menyuruh pacarnya untuk tidur saja dahulu jika sudah sampai Ervin akan membangunkannya.
Dan kini mereka pun sudah sampai, Ervin membangunkan Ocha dengan sangat lembut.
"Baby, we have arrived."
"Do you want to stay in the car?"
"Wake up, don't you miss your parents?" Nadanya pun begitu lembut sambil jari-jarinya mengusap pipi Ocha.
Ervin berdiri dan mengetuk pintu rumah kedua orang tua Ocha dan setelah dibuka pintu tersebut dengan sopan ia meminta ijin untuk membawa putrinya masuk ke dalam karena ia sedang tertidur lelap. Orang tua Ocha pun mengijinkannya. Ervin menggendong Ocha dan membaringkan tubuhnya di kamar lalu pergi lagi ke luar dan mengobrol bersama calon mertua. Keduanya sangat ramah menyambut kedatangan Ervin hingga tak lama Ocha pun keluar dari kamarnya, ia merasa bingung.
"Kamu itu kenapa tidurnya macam kebo saja sih, nak. Kasian pacar kamu sampai gendong kamu kan berat." Omel Ibu.
"Ah tidak, buk." Sopan Ervin.
"Sana cuci muka, masa ada pacar belekan gitu." Bapak menggodanya, Ocha pun berlari masuk ke kamar mandi. Ervin hanya terkekeh gemas melihatnya.
Setelah itu Ocha membantu Ibu menyiapkan makan malam. Disana pun Ocha terus saja di goda.
"Pacar kamu tampan. Woh itu hidungnya pun tinggi sekali, baguslah memperbaiki keturunan."
"Apa sih Ibu jangan dilihat dari luarnya tau. Kita juga harus melihat dari dalamnya juga."
"Ya dari dalamnya pun memang tampan. Sopan sekali dan bapak melihat dari kedua matanya bahwa ia amat mencintaimu."
"Terus saja kalian goda aku."
"Hahaha ya sudah atuh cepat itu makanannya disajikan. Kasian nak Ervin pasti lapar ini sudah malam." Bapak hanya menyusul Ibu dan putrinya untuk cepat menyelesaikannya.
Hidangan makan malam pun sudah disajikan di meja makan. Semuanya berdoa terlebih dahulu agar masakan yang dimakan menjadi berkah.
"Mangga di coba ini teh masakan Ocha. Tapi punten ini kalau gak enak ya nak Ervin soalnya anak ini memang tidak pandai masak." Ucap Ibu.
"Ibu ini kenapa malah jelekin anaknya sendiri tapi memang betul sih."
"Hahahaha saya cuma lihat Ocha saja sudah kenyang, buk." Ervin menatap wajah Ocha.
"Haduh dasar dasar anak muda."
"Maklum lah buk sedang masa-masanya. Yasudah mangga di makan." -Bapak.
Ervin mencoba sesuap lauk yang dimasak oleh pacarnya dan ia pun tersenyum.
"Kenapa? Gak enak ya?"
"Enak." Senyum Ervin.
Namun tiba-tiba..
"Ocha ieu teh naha asin kieu atuh, asin sekali masakan kamu." -Ibu.
Ocha pun melirik pada Ervin dan tetap saja Ervin berbisik mengatakan hal yang sama bahwa masakan Ocha enak. Ocha pun mencobanya sendiri dan benar saja rasanya asin.
"Udah jangan di makan, Ervin."
"Duh ini mah kebelet nikah yang masaknya." -Goda Bapak.
"Bapakkk." -Ocha.
Akan tetapi masakan Ocha, Ervin santap dengan lahap. Ocha sangat tersentuh dengan itu.
Hari sudah semakin larut, Ervin berpamitan untuk pulang. Kedua orang tua Ocha sudah memintanya untuk menginap akan tetapi ia tidak bisa karena Bunda sendirian di rumah.
Ocha mengantarnya ke depan. Ervin tiba-tiba saja memeluknya dengan erat.
"Ervin."
"Ya?"
"Makasi udah anterin aku."
"Sama-sama."
"Ervin."
"Iya, Ocha?"
"Aku-"
"Cha."
"Hm?"
"I don't want this to happen but it has to happen."
"Maksud kamu apa yang harus terjadi?"
"go ocha! go and bring back your happiness. If happiness is with your ex, I will try to accept that."
"Apa sih Er? Aku gak ngerti. Kenapa aku harus pergi?"
"Aku gak mau, Cha. Aku gak mau jadi beban kamu. Aku gak mau halangi kebahagiaan kamu. Semalam aku lihat kamu but it's okay. I will be happy if you are happy. So, we finish everything here. I'm sorry because I couldn't fulfill my promise to always make you happy."
"Ka-kamu salah paham, Ervin. Itu bukan seperti yang kamu lihat."
"Thank you for giving me the opportunity. see you again my baby." Peluk Ervin.
"Ervin aku gak mau. Kamu udah janji akan nunggu aku sampai kapan pun, kan?"
"I'm sorry but i can't."
"No, Ervin." Lirih Ocha menahan tangisnya.
"Can i kiss you for the first and last time?"
"No, I don't want it to be the last time."
Ervin tersenyum mendekati Ocha.
CUP!
Penuh kasih sayang, lembut ciuman itu dibarengi dengan air mata yang menetes dari keduanya. Sungguh ini sangat berat tidak ada yang menyangka bahwa hari ini perpisahan akan datang dalam hubungan mereka.
"See u again, Ocha." Pamit Ervin.
Ocha masih menangis disana, ini terlalu menyakitkan. Kembali, Ocha merasakan sakit. Namun perpisahannya dengan Ervin lebih menyakitkan daripada saat ia dengan Arjuna.
"Ocha."
"Ibuu Ervin."
Saat mendengar suara sang Ibu, Ocha langsung berlari memeluknya dan menumpahkannya pada sandaran yang Ibu.
"Sudah sudah."
"Ocha telat, buk."
"Tidak apa-apa. Berikan waktu untuk kalian berdua." Sang Ibu menenangkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS MANTAN || LEE JUYEON
Romance[COMPLETED] Apakah benar cinta itu tidak harus memiliki? Hubungan Ocha dengan orang yang amat ia cintai sudah berakhir 4 tahun yang lalu akan tetapi ia masih belum bisa move on dari sang mantan meskipun kini Ocha sudah memiliki pacar yang sangat men...