30. Rutinitas

49 3 2
                                    

"Yang, ada ulet bulu di pundak kamu."

"Hah? Mana?"

Arjuna berhasil memasukkan bola basket ke dalam keranjang.

"Ih curang ah males." Ocha pun dengan wajah cemberutnya keluar dari lapangan yang biasa mereka selalu bermain basket bersama setiap hari minggu.

"Maaf maaf." Arjuna menyusulnya dab memeluk pacarnya dari belakang.

CUP!

CUP!

CUP!

"Heh jangan berani sentuh aku ya!"

Ocha terkejut karena mendapat serangan ciuman dari Arjuna.

CUP!

"Ar–"

Arjuna menghentikan omelan Ocha dengan ciumannya tepat di bibir merahnya.

"Jangan marah." Arjuna menunduk sedih.

"Are u okay? Kan aku yang di usilin kamu kenapa jadi kamu yang sedih."

"It's okay. Aku cuma takut aja."

"Apa yang kamu takutin?"

"Kehilangan kamu."

"Ngaco." Ocha terkekeh.

"Aku serius. Cha, tolong janji satu hal sama aku."

"Hm?"

"Apapun yang terjadi tolong jangan marah ataupun sedih. Kamu harus bahagia supaya aku lega."

"Maksud kamu apa? Kalau kaya gini jadinya aku yang takut."

Tak ada jawaban hanya ada tatapan sendu dari kedua mata Arjuna.

"Kalau kamu gak mau jawab aku dengan jujur, aku beneran marah."

"Gak ada apa-apa, ayo main lagi." Arjuna menarik lengan Ocha untuk kembali bermain basket sebagimana sudah menjadi rutinitas keduanya di hari libur.

•••

"Cantiknyaa." Pandangan Ocha tertuju kepada pemandangan yang berada di depan matanya.

Suasana setelah hujan terasa sangat segar di malam hari dimana mereka berdua berada di kafe tempat favorit mereka selain lapangan basket. Sebelumnya Ocha tidak mengetahui tempat cantik seperti ini. Suatu saat Arjuna membawanya. Selain karena tempatnya yang cantik dan segar pun berkat Arjuna membawanya kesana, Ocha mendapat teman baru yakni Arin, teman itu juga sudah seperti adik baginya. Pertama kali mereka bertemu saat Arin melakukan sedikit kesalahan dengan salah menulis pesanan dan di tegur oleh pemilik kafe akan tetapi Ocha dengan ramah membela Arin. Jika Ocha dan Arjuna kesana, Arin selalu menyambutnya dengan ramah.

"Kamu tuh kalau kesini kayanya lebih antusias buat ketemu Arin daripada sama aku."

"Ya kalau sama kamu kan setiap hari ketemu. Kalau sama Arin cuma seminggu sekali kalau kita kesini."

"Silahkan teh Ocha sama aa. Arin denger loh, teh Ocha ngobrol sama Arinnya nanti aja, perhatiin pacarnya nanti di gondol orang." Goda Arin sambil membawa pesanan.

"Yaampun bahaya juga ya kalau di gondol orang."

"Makannya."

"Lo mau sama gue, Rin? Jadi simpenan gue?"

PLETAK!

"Awhh, yang ih!!" Arjuna kesakitan karena kepalanya di toyor oleh Ocha.

"Jangan godain cewek aku yaa!!"

Arjuna membelalakan matanya terkejut dengan perkataan Ocha.

"Yang? Sejak kapan kamu lesbi?"

"Ahahahahaha." Ocha dan Arin tertawa terbahak bahak bersama melihat reaksi Arjuna.

Arin pun pamit untuk kembali bekerja sedangkan Ocha dan Arjuna melanjutkan kencannya.

"Loh ih ngapain malah liatin aku, makan lah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Loh ih ngapain malah liatin aku, makan lah." -Ocha.

"Cha." Senyum Arjuna sangat manis.

"Apa?"

"Tau gak sih saat aku tatap kamu, aku tahu kalau aku udah nemuin cermin jiwaku."

"Ppffttt ahahaha kamu ini kenapa sih, geliii banget."

"Ih aku serius."

"Hmm iya kah?"

"Ayo kita terus bersama."

"Janji?"

"Janji. Kalau pun suatu hari kita gak bersama lagi, perlu kamu tahu kalau aku cuma cinta kamu." Dengan lembut, Arjuna mengusap punggung tangan Ocha. Ocha mengangguk dan tersenyum.

MAS MANTAN || LEE JUYEONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang