Part 27

7.6K 533 3
                                    

AUTHOR'S POV

÷÷÷

Sisi sedang menunggu kehadiran Digo di rumahnya. "Oh, iya! Belum izin!" Dengan itu, Sisi langsung menghampiri Bunda di kamarnya.

"Bunda? Bunda!" panggil Sisi. Bunda Jane membuka pintu kamarnya. "Apa, sih? Ganggu Bunda lagi maskeran aja," gerutu Bunda Jane.

"Eng... Anu... Si-Sisi mau pergi nonton sama temen Sisi. Boleh, kan?" Sisi menekan kata 'teman' saat berbicara dengan Bunda Jane.

"Yayaya. Denger, ya, Si. Kamu udah gede. Udah bisa jaga diri. Gausah apa-apa izin sama Bunda, asal kamu pulang gak lewat di atas jam 9 malam, Bunda otomatis ngizinin. Kalo kamu mau nginep di rumah temen kamu, Bunda juga ngizinin, asal kamu sms Bunda. Paham, Sisi?"

Sisi mengangguk. "Temen Sisi, eh pacar Sisi udah di depan. Sisi duluan, Bunda!" Baru ingin berjalan, tangan Sisi ditahan Bunda Jane. "Pacar kamu siapa?" Sorot mata Bunda Jane tajam, namun cara bicaranya halus. "Digo," jawab Sisi singkat.

"Jaga diri kamu baik-baik. Kalo ada apa-apa. Bilang 'Jane' di dalam hati tiga kali. Nah, kamu pake ini. Nanti pencet yang ini selesai bilang 'Jane'," ucap Bunda Jane sambil menyerahkan Sisi sebuah kalung dengan sebuah batu halus berwarna biru tosca yang ada tombol di belakangnya. "Iya. Makasih, Bun," ucap Sisi setelah memasangnya di resleting tasnya.

Sisi berlalu. Bunda Jane yang lupa kalau ia sedang mengenakan masker wajah tak sadar jika maskernya sudah pecah.

"Mama kenapa?" tanya Nayla. "Berantakan gitu maskernya," lanjutnya. "Hah?! Astaga! Mama lupa!" serunya. "Iiiiii Sisiiiiiiiiiiii!!!" teriak Bunda Jane, meluapkan amarahnya terhadap Sisi.

"Ma, Nayla mau curhat," ucap Nayla. Ia memang dekat dan manja pada Mama angkatnya itu. Meski begitu, kasih sayang Nayla ke Bunda Jane maupun sebaliknya seperti keluarga kandung.

"Duduk di kasur Mama. Mama balik sebentar lagi," ucap Mama. Ia menggerutu sepanjang perjalanannya ke kamar mandi.

[//////////]

"Kamu cantik hari ini, walaupun biasanya juga cantik, tapi hari ini nambah cantiknya 20%!" seru Digo. Sisi memutar bola matanya ketika mengengar celotehan Digo, kekasihnya.

"Loh? Jalan ke arah Mall kan ke kiri? Kok malah ke kanan? Digo, kita mau kemana?" tanya Sisi mulai panik. "Kalung kamu bagus. Aku copot boleh?" ucap Digo. Tangannya siap untuk menarik kalung yang Sisi kenakan.

Untungnya gue gak pake kalung yang dikasih Bunda di leher. Kalo iya bisa mati duluan gue, batin Sisi.

Digo mengeluarkan smirk-nya. Sisi menatap Digo takut. "Ki-kita mau kemana?" tanya Sisi memberanikan diri. "Ke tempat rahasia aku dan Tristan. Masalah?"

Mobil Digo memasuki kawasan yang sepi. Sampai akhirnya berhenti di sebuah perkarangan yang ada di kawasan sebuah rumah.

Digo keluar dari mobil, dan mau tak mau Sisi menyusul.

"Lo bilang lo tulus sama gue. Tapi kenapa lo bawa gue ke sini? Ke tempat begini?" Sisi masih santai dalam berbicara. "Ka-karena ak-aku di suruh Tristan," jawab Digo.

Tristan?

"Udah ayo masuk," Digo tersenyum dan menarik tangan Sisi lembut. Ia tidak berubah, namun Tristan yang membuatnya berubah. Namun Sisi yakin, Digo tulus mencintainya. Sangat-sangat-sangat tulus.

"Well, well, well. Halo, Sisi!" seru Tristan. "Gue ga minta macem-macem. Cuma minta Nayla."

[/////////]

"Jadi gitu, Ma. Kan Mama tau, aku gak berbajat dalam hal begituan," ucap Nayla. "Dan Mama juga. Coba kamu berkonsultasi sama Sisi yang udah punya pacar. Namanya kalo ga salah.... Igo! Iya, Igo!" Nayla memutar bola matanya, "Digo, Ma."

Nayla dan Bunda Jane sangat akrab. Mereka benar-benar tidak terlihat seperti Ibu angkat dan anaknya. Namun seperti keluarga yang harmonis, dan seperti Ibu dan anak kandungnya.

"Ngomong-ngomong, Sisi nonton lama banget, ya. Dia bilang cuma nonton doang, kok."

"Kamu sms Sisi aja, Nay. Mama mau ke toilet sebentar," ucap Mama.

Nayla meraih hp-nya yang ia letakkan di kantung celananya, lalu menulis pesan untuk Sisi.

Me : Lo dimana? Kelar jam brapa?

Nayla terus menunggu jawaban dari Sisi. Namun sampai Bunda Jane balikpun Sisi tidak memberi jawaban.

Me : Si?
Me : Sisi
Me : Sisi lo sibuk bgt ya sama Digo kayanya
Me : Ampe gamau bales sms guve
Me : Sampe rumah gue mau curhat. P e n t i n g.
Me : Kalo lo ga pulang juga,
Me : Gue bakal bunuh author yang beraninya bikin gue khawatir sama lo.

"Kamu lagi ngapain, sih?" Bunda Jane bertanya. "Sms Sisi. Gak dijawab-jawab, Ma. Nayla pusing deh mikirin Sisi," jawab Nayla. "Udah, dia pasti pulang, kok. Oh iya, banyak film bagus nih bulan ini, weekend nonton yuk!" ajak Bunda Jane.

Nayla hanya mengangguk, menyadari Sisi belum pulang dan tidak ikut nimbrung bersama mereka membuat Nayla berfikir berkali-kali untuk memutuskan film apa yang akan ditonton.

"Gausah terlalu mikirin Sisi. Dia cuma jalan sebentar dan film umumnya hampir dua jam dan dari sini ke Mall terdekat butuh waktu hampir setengah jam dan dia pasti masih nonton dan dia pasti akan pulang abis nonton dan kamu gausah khawatir. Oke?"

"Oke. Tapi tolong kurangin kata 'dan' karena itu membuatku tambah pusing," ucap Nayla. "Hehehe... Maafin Mama. Jadi kita sepakat bakal nonton Jurassic World weekend nanti! Mama ga sabaar!" seru Mama.

"Sisi pulang..." seru Sisi dari pintu depan. Dan Nayla yang mendengar itu. Ia langsung membukakan pintu untuk Sisi karena pintu ia kunci secara sengaja.

"Si..." perkataan Sisi memotong perkataan Nayla. "Gue capek. Mau istirahat. Dan soal sms, gue baca. Cuma karna capek jadi yagitu. Soal curhat, abis makan malem lo bisa cerita. Di kamar. Soal author, jangan dibunuh karena gue tau, dia masih banyak dosa." Seketika Nayla tertawa kecil dan membiarkan Sisi beristirahat.

"Ma, Nayla ke kamar dulu, ya! Makasih udah nemenin Nayla semasa Sisi gaada dan soal nonton, nanti Nayla omongin sama Sisi! Makasih, Mam!" Ucapan Nayla dibalas oleh senyum manis Bunda Jane.

Di kamar, Nayla melihat Sisi sudah tidur dengan manisnya. Dress putihnya masih terbalut, begitu juga wedges-nya. Ia melepaskan wedges itu dari kaki Sisi dan meletakkannya di rak sepatu kamar. Ia menyelimuti tubuh Sisi hingga badannya tertutup selimut.

"Sleep well, Baby. I love you so," ucap Nayla lalu ia mencium kening Sisi. Ia mengambil pembersih cat kuku lalu menuangkannya sedikit ke kapas, lalu mulai membersihkan kuku-kuku Sisi.

"Nay? Mama lagi masak makanan kesukaan kamu, bakal siap pas banget sama makan malem. Kamu kalo mau tidur, tidur aja. Kamu pasti capek." Bunda Jane berkata dari balik pintu kamar. "Iya, Ma! Makasih!" balas Nayla.

Hari itu adalah hari yang panjang untuk mereka bertiga.

÷÷÷

Panjang gak? Menurutku sih cukup panjang ((((buat aku)))))

30 votes for Part 28? ^^

Sekeles-keles minta vote banyak gapapa lah ya :D

Different Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang