Part 35

6.2K 408 1
                                    

AUTHOR'S POV

Digo menoleh ke arah asal suara itu. Sisi. Hanya Sisi. "Hey.." panggil Sisi pelan. Digo tak tau harus berbuat apa.

Semua yang bisa ia lakukan hanya satu, memeluk Sisi. Pelukan erat dan hangat. "Aku yakin Salsa senang sama semua omongan kamu tadi," kata Sisi.

Mereka tak mengubah posisi mereka sama sekali. "Hai, Sisi, Digo," panggil seseorang. Sisi maupun Digo menoleh dan merenggangkan pelukan mereka. Digo meletakkan tangannya di pinggang Sisi. "Salsa?" Orang yang disebut Digo tersenyum.

"Hai. Makasih udah mau ngunjungin aku, aku tau, cepat atau lambat, kamu bakal ke sini. Digo, bisa tinggalin kami berdua sebentar?" pinta Salsa. Digo tersenyum dan mengangguk kecil.

"Ha-hai, Salsa," sapa Sisi. Salsa tersenyum. "Hai. Aku yakin, kamu bisa ngebahagiain Digo. Tolong buat dia bahagia, untuk aku. Buat dia merasa nyaman akan dunia ini, dunia berbahaya ini." Salsa berhenti berbicara, ia menatap Sisi.

"Kamu udah dengerin cerita tentang kami kan? Cerita hari itu. Tepat setahun yang lalu, dan aku masih mencintai Digo. Sampai sekarang." Sisi menatap Salsa yang kini menatap pusara makamnya. "Jadi aku mohon, tolong buat Digo kayak dulu, Digo yang semangat dan humoris, bukan Digo yang dingin," ucap Salsa lagi.

"Ya, Si? Bisa, kan? Bisa, kan, kamu ngelakuin semua itu buat aku?" kata Salsa. Salsa orang baik, batin Sisi. "Aku usahain, aku bakal sering ajak Digo ke sini, ajak Digo ngelakuin hal yang dia suka, intinya membuat dia menjadi seperti dulu," kata Sisi.

Salsa mendekati Sisi. Sisi sama sekali tak berkutik karena ia tau Salsa orang baik. "Tolong jagain Digo," bisik Salsa, lalu memeluk Sisi erat. Sisi mengeratkan pelukan mereka, "Pasti. Aku pasti ngejagain Digo."

Salsa melepas pelukan mereka itu. "Digo!" panggil Salsa agak keras. Digo, entah ia ada dimana tadi, menghampiri mereka. Ia berdiri tepat di antara Sisi dan Salsa.

"Tolong jadi Digo yang dulu," pinta Salsa. "Digo yang dingin kayak sekarang, bukan Digo yang aku kenal," lanjutnya. "Dan tolong, cintai dan jagain Sisi, lebih dari apapun. Dia baik, dia spesial, dia sempurna."

Sisi diam. Begitu juga Digo. "Sepertinya cukup sampai di sini. Oh iya, Si. Ini." Salsa menyerahkan sebuah gelang, berinisial huruf 'S' terbalik. "Jaga ini," kata Salsa, lalu menarik Sisi dalam dekapannya lagi.

"Dan buat kamu, Digo. Tolong jangan ngecewain Sisi, kalau kalian kangen sama aku, datang saja ke sini. Aku akan muncul lagi." Digo mendekat ke arah Salsa, lalu memeluknya. Lalu ia mengecup puncak kepala Salsa.

Tidak, Sisi sama sekali tidak cemburu. Ia diam, menahan tangis haru. "Aku bakal kangen sama kalian berdua," kata Salsa. "Kami juga," ucap Digo dan Sisi bersamaan.

"Selamat tinggal, Disi," kata Salsa. Ia tersenyum dan melambaikan tangannya. Digo menatap arah perginya Salsa. Sementara Sisi menatap Digo.

"Pulang?" Sisi memecah keheningan. Digo mengangguk, lalu tersenyum kecil.

Di dalam mobil, mereka lebih banyak diam. Hanya lagu-lagu yang terdengar dari sebuah stasiun radio yang sengaja dinyalakan.

Tak lama, mereka tiba di rumah Sisi. Sisi menghela nafasnya, Digo yang mendengarnya pun menoleh. "Maaf," kata Digo. "Buat?" "Diem." "Aku ngerti," kata Sisi, ia tersenyum.

Mereka turun dari mobil. "I love you," Digo memeluk Sisi protektif. "I love you too and more," bisik Sisi. "Aku masuk, ya," kata Sisi.

"Tunggu." Digo memberhentikan. "Apa?" Digo mendekati Sisi. Memeluknya, lalu mencium pipinya.

"Jangan pernah ninggalin aku," kata Digo.

"Kamu udah bilang itu berulang kali."

Digo terkekeh. "Besok ketemu di sekolah, ya.."

---

How was it? Jarang-jarang full sama Disi moment gini :''')

Jujur, pas aku bikin scene (?) Sisi-Salsa rada bingung, jadi maaf kalo ribet ngertinya, karna aku juga awalnya begitu.

Different Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang