🦋01: Biantara Family

8K 317 15
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

⚠️Sebelum membaca, ada beberapa hal yang harus kalian perhatikan. Mohon dibaca dengan baik dan patuhi aturan yang saya buat dalam membaca cerita ini⚠️

01. Peraturan pertama jadi pembaca saya, harus siap sabar.
02. Dilarang keras memplagiat cerita saya.
03. Cerita ini saya buat berdasarkan pemikiran sendiri. Jika ada kesamaan nama, tempat, ataupun lainnya, maka itu ketidaksengajaan.
04. Panggil aja Ayya, Na, atau Bun juga boleh asal jangan thor apalagi min.
05. Segala bentuk hate komen ataupun yang tidak mengenakkan akan saya hapus.
06. Kritik dan saran, silakan dm.
07. Tidak ada double update.
08. Berikan vote dan komen jika kamu menyukai cerita saya.
09. Jangan nagih update.
10. Dilarang membawa-bawa cerita lain di lapak saya, begitu pun sebaliknya.
11. Harus siap dan menerima mau end di chapter berapa dan kayak gimana.

Seluruh hak cipta dilindungi oleh Allah Subhana wa taala.

Saya hanya manusia biasa yang masih jauh dari kata sempurna, tolong tegur baik-baik jika ada salah dalam penyampaian di cerita ini. Ambil baiknya dan buang buruknya, ya. Enjoy with my story!

💭ִ ♡‧₊˚🧸✩ ₊˚🧁⊹


“SELAMAT PAGI SEMUANYA!” Seorang gadis menuruni tangga sembari berteriak nyaring, membuat anggota keluarga yang ada di meja makan sontak menatapnya.

Gadis itu mengecup pipi kedua orang tuanya bergantian, kemudian beralih duduk di sebelah kakaknya. Nazifa Arsyila Biantara namanya. Anak terakhir dari Althair dan Aluna sekaligus anak perempuan satu-satunya.

“Berisik lo, teriak-teriak mulu,” celetuk seorang lelaki bernama lengkap Nazril Arsalan Biantara, biasa dipanggil Arsa. Dia adalah saudara kembar Arsyila.

Arsyila atau kerap disapa Syila, gadis itu melirik sinis pada Arsa. “Abi, liat tuh Mas Arsa. Ngeselin banget jadi orang,” adu Syila pada Althair.

Althair menumpukkan kedua tangannya di meja, memandang dua anaknya itu bergantian. “Abi enggak membela siapa pun, tapi apa yang dikatakan Mas Arsa benar. Kamu itu seorang perempuan, jangan dibiasakan untuk teriak-teriak. Kamu tau bukan kalau suara perempuan juga bisa menjadi aurat? Di rumah ini bukan hanya kita yang tinggal, tetapi ada bibi dan juga beberapa penjaga yang notabenenya lelaki. Meskipun mereka lebih berumur dari kamu, bukan berarti kamu bisa teriak-teriak sembarangan. Adek paham?”

Syila terdiam, bibirnya sedikit cemberut dan Althair mengetahui itu meski Syila saat ini memakai niqab. Althair dan Aluna memang sudah mengajari Syila untuk memakai niqab sejak masih kecil, beruntungnya Syila tidak keberatan dan merasa senang.

“Paham Abi, maafin adek masih suka teriak-teriak enggak jelas. Adek janji bakal berusaha buat enggak teriak-teriak lagi,” ujar Syila.

Tatapan Althair beralih pada anak ketiganya yakni Arsa. “Abi sudah berapa kali mengingatkan kepada kamu, jangan biasakan memakai kata lo-gue kepada adik kamu. Masih tidak mengerti?” Althair memang sangat tegas kepada anak-anaknya.

Arsa hanya bisa terdiam, dia sama sekali tidak tersinggung karena hal itu sudah kerap kali terjadi. Arsa tahu Althair tidak marah, hanya ingin mengingatkan dirinya jika harus berbicara yang sopan pada siapa pun di keluarganya.

“Iya Abi, maaf,” ujar Arsa.

Althair menganggukkan kepalanya lalu menyuruh mereka untuk segara menyantap sarapannya. Mengingat jika Arsa dan Syila harus segera berangkat ke kampus.

Selang beberapa menit, Althair menyelesaikan sarapannya dan mengelap bibirnya dengan tisu. Pria itu menoleh pada istrinya. “Kak Aska mana? Enggak kelihatan dari tadi,” tanya Althair.

Pilihan HatikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang