🦋26: Perlahan Membaik

1.4K 178 30
                                    

Typo tandai, ya. Happy reading!

💭ִ ♡‧₊˚🧸✩ ₊˚🧁⊹

Aisha berlari membuka pintu dan terkejut mendapati keberadaan Asya. Dia melirik sekeliling mencari tahu dengan siapa Asya datang kemari. “Lo ngapain ke rumah gue?” tanya Aisha judes.

Asya mengulas senyum mendengar pertanyaan Aisha. “Assalamualaikum Aisha,” ujar Asya mengulang salam yang belum dibalas Aisha.

“Wa'alaikumussalam,” jawab Aisha ketus.

Asya menyodorkan sebuah paper bag pada Aisha yang dibalas tatapan datar, tanpa ada niat untuk Aisha menerimanya. “Kakak habis buat donat sama Buna, Buna suruh kasih ini ke kamu. Kamu terima, ya? Seenggaknya buat menghargai Buna,” kata Asya.

Aisha segera menerima paper bag tersebut begitu mendengar nama ibu mertuanya disebut. Asya tersenyum atas sikap Aisha yang tidak kunjung berubah. “Bilangin makasih ke Buna,” ujar Aisha.

Asya menganggukkan kepalanya disertai senyum, dia tidak beranjak karena memang tujuannya ke sini bukan hanya untuk mengantar donat, tetapi juga ingin bertemu Aisha. Asya sangat merindukan adiknya. Setelah pulang berbulan madu, mereka tidak bertemu lagi. Asya sedikit ragu menghubungi Aisha mengingat jika Aisha jarang membalas pesannya.

Aisha memutar bola matanya malas, dia membuka pintu rumahnya lebar-lebar dan mengode Asya untuk masuk dengan dagunya. Asya menghela napas lega dan senang secara bersamaan, setidaknya dia bisa menggunakan kesempatan ini untuk berbincang dengan Aisha.

“Kamu di rumah sendirian?” tanya Asya.

“Seperti yang lo lihat,” balas Aisha. Dia menyuruh Asya duduk di sofa yang ada di ruang tamu. “Mau minum apa?” tanya Aisha terdengar sedikit malas.

“Nggak usah, kamu nggak perlu repot-repot,” ujar Asya.

Aisha menganggukkan kepalanya dan duduk berhadapan dengan Asya, tidak ada niat menawarkan minuman untuk Asya lagi setelah mendengar jawabannya. Aisha membuka paper bag yang Asya berikan, matanya berbinar senang melihat donat kesukaannya. Aisha pun memakannya dengan lahap membuat Asya yang melihatnya tersenyum senang.

“Lo mau?” tanya Aisha menawarkan.

Asya menggeleng. “Buat kamu aja, Dek. Kakak udah makan tadi di rumah,” balas Asya. Aisha mengangguk-anggukkan kepalanya dan melanjutkan memakan donat.

“Dek,” panggil Asya.

“Apa?” balas Aisha tanpa menatap Asya.

“Kamu bahagia, kan?”

Terdiam Aisha mendengar pertanyaan Asya, dia menoleh pada Asya seraya menelan gigitan terakhir donat di tangannya. Meraih sebuah tisu dan mengelap kedua tangan serta bibirnya. “Gue bahagia kok, sangat bahagia malahan. Ya, walaupun awalnya gue agak aneh dan kurang nyaman tinggal sama orang asing, tapi lama-kelamaan nyaman juga. Lebih nyaman ketimbang tinggal sama ayah lo,” tutur Aisha.

Asya tersenyum kecut dari balik cadarnya, dia melirik tangannya yang saling bertaut lalu menatap Aisha lagi. “Alhamdulillah kalau kamu bahagia, Kakak senang dengernya.”

“Lo sendiri? Lebih bahagia bukan nikah sama orang yang lo cinta?”

“Alhamdulillah,” balas Asya.

Pilihan HatikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang