🦋02: Bertemu si Sulung

2.7K 211 11
                                    

💭ִ ♡‧₊˚🧸✩ ₊˚🧁⊹

Askara memasuki kamarnya seraya mengangkat panggilan telepon dari temannya. Dia mendudukkan diri di tepi ranjang kemudian mengambil sebungkus permen pemberian Syila.

“Si Jerico ngajakin balap, mau enggak?”

“Lagi? Enggak ada kapok-kapoknya tuh bocah,” cibir Askara. Bisa dikatakan Jerico adalah musuh bebuyutannya. Sudah sering sekali Jerico menantangnya untuk balapan, tetapi tidak berhasil mengalahkannya.

Askara selalu jauh lebih unggul ketimbang Jerico, hal itulah yang membuat Jerico semakin membenci Askara.

“Biasalah caper, ya nggak nih?” Terdengar pertanyaan lagi dari seberang sana yaitu Winata—salah satu teman Askara.

“Ya in aja, ntar kalah juga malu sendiri.” Bukan berniat sombong, Askara hanya mengatakan fakta.

“Tapi lo dikasih izin bokap, kan? Gue enggak mau ya kena semprot bokap lo, serem gila.”

Althair pernah sekali datang ke markas tempat Askara biasa nongkrong bersama teman-temannya untuk mencari tau penyebab Askara mengalami kecelakaan. Sebenarnya Althair sama sekali tidak ada memarahi teman-teman Askara, justru pria paruh baya itu malah memberikan wejangan untuk mereka.

Mungkin karena wajah Althair yang terlampau datar dan tanpa ekspresi, mereka jadi mengira Althair seakan marah mengetahui anaknya terluka. Mereka menjadi takut untuk bertemu Althair, bahkan mereka selalu waspada setiap kali Askara masih ikut balapan.

“Ck, aman. Santai aja,” ujar Askara. Dia berbincang singkat dengan temannya kira-kira hampir sepuluh menit setelah itu mematikan sambungan telepon.

Askara menghembuskan napas perlahan, dia menaruh ponselnya di nakas lantas berjalan menuju kamar mandi. Namun, langkahnya terhenti tatkala seseorang tiba-tiba masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu.

“Kak Aska!”

Ya, siapa lagi kalau bukan Syila.

“Kak Aska mau balapan, ya, nanti malam? Syila mau ikut boleh enggak? Syila pengin liat Kak Aska balapan!” seru Syila penuh antusias.

Askara memejamkan mata sejenak, dia menggaruk belakang kepalanya bingung. Sepertinya Syila diam-diam mendengarkan pembicaraannya dengan temannya tadi.

“Lo nguping, ya?” tuduh Askara.

Mata Syila melotot lucu. “Ih enggak kok! Syila cuma enggak sengaja denger aja, tadi Syila mau panggil Kak Aska disuruh Buna turun tapi malah enggak sengaja denger kakak lagi telepon sama temen,” jelas Syila.

Askara memutar bola matanya jengah, dia kembali melanjutkan langkahnya yang hendak ke kamar mandi namun dihentikan oleh Syila. Gadis itu memegang lengannya, lalu berdiri di hadapannya dengan tatapan memohon.

“Kak Aska boleh, ya, nanti Syila ikut?” pinta Syila. Dia benar-benar ingin menonton Askara balapan, selama ini dia tidak berani mengatakannya secara langsung. Entah mengapa hari ini berbeda, dia merasa lebih dekat dengan kakaknya itu.

“Enggak, Syil. Lo mau gue dimarahin abi?”

“Nanti Syila izin sama abi, bakal bujuk abi supaya Syila dikasih izin buat nonton Kak Aska balapan. Plis, Kak. Boleh, ya?” Syila menunjukkan tatapan memelas pada Askara, hampir saja kakaknya itu teperdaya jika saja tidak mengingat kalau di sana akan ada banyak lelaki. Tentu Askara tidak ingin adik perempuannya itu menjadi tatapan mereka.

“Nggak, Syila,” ujar Askara tegas.

Mendengar nada tegas tidak terbantah Askara membuat nyali Syila ciut, dengan perlahan dia menarik tangannya dari lengan Askara.

Pilihan HatikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang