💭ִ ♡‧₊˚🧸✩ ₊˚🧁⊹
Asya semakin penasaran mengenai apa yang terjadi antara adik dan ayahnya itu. Kemarin, Fiandra tidak mengatakan apa pun, bahkan terus menghindar dan mengalihkan topik setiap Asya bertanya. Pun sama dengan Aisha yang enggan menjawab.
Asya meletakkan gelas yang baru dia cuci di rak, mengelap tangannya yang basah kemudian berjalan keluar dapur. Langkah Asya terhenti melihat bi Mimi—asisten rumah tangga yang sudah bekerja di rumahnya sejak dia masih kecil.
Terdiam sejenak, Asya tampak berpikir lantas melangkahkan kaki mendekati bi Mimi yang tengah menyiram tanaman di samping rumah.
“Bi Mimi,” panggil Asya.
Bi Mimi terkejut, dia menghentikan aktivitasnya lalu mendekat pada Asya. “Eh Non Asya, ada yang perlu Bibi bantu?”
Asya menggeleng pelan, dia agak ragu untuk bertanya tetapi Asya yakin pasti Bi Mimi mengetahui sesuatu seperti yang Aisha katakan kemarin. “Asya mau tanya sesuatu boleh? Tentang Aisha,” ujar Asya.
Seketika Bi Mimi terdiam, senyum di wajahnya pun perlahan pudar. Bi menundukkan kepala, semakin membuat Asya yakin ada hal yang disembunyikan.
“Tolong jawab jujur pertanyaan Asya, apa selama Asya enggak di rumah, ayah sering marahin Aisha? Atau ayah masih berperilaku buruk sama Aisha? Tolong jawab, Bi,” pinta Asya memohon.
Bi Mimi menghembuskan napas panjang, wanita paruh baya itu tampak melirik kanan-kiri guna memastikan tidak ada Fiandra maupun Aisha. “Tapi Bibi mohon jangan kasih tahu siapa-siapa, ya, Non? Bibi takut nanti non Aisha atau pak Fiandra marah,” tutur BI Mimi.
“Iya, Bi, Asya enggak bakal kasih tahu siapa-siapa kok.”
Bi Mimi mengangguk percaya, wanita itu pun mulai menceritakan apa saja yang terjadi di rumah ini selama Asya tidak ada. “Non Aisha sering bolos kuliah, dia selalu cerita sama Bibi kalau dia enggak kuat kuliah di jurusan yang enggak diminati. Suatu hari, pak Fiandra tahu dan marah besar. Non Aisha dikurung di gudang ....”
Asya mengelus bahu Bi Mimi untuk menenangkan melihat wanita itu yang menangis. “B-bukan hanya itu, pak Fiandra juga tega menghukum non Aisha sampai mencambuknya,” sambung Bi Mimi bersamaan air matanya yang mengalir mengingat hukuman yang Fiandra berikan pada Aisha.
Sontak, Asya terkejut. Gadis itu menutup mulutnya menahan tangis mendengar cerita Bi Mimi mengenai adiknya. Asya tidak menyangka, Aisha diperlakukan seperti itu oleh ayah yang sangat dia sayangi. “Ya Allah, Aisha ...” lirih Asya. Dia tidak bisa menahan air matanya yang menetes.
Bi Mimi menyentuh tangan Asya dan menggenggamnya, wajahnya penuh rasa bersalah. “Maaf, Non, bibi enggak bisa bantu apa-apa. Pak Fiandra melarang bibi dan mengancam akan memecat bibi kalau sampai menolong non Aisha. Bibi enggak mau sampai dipecat, nanti siapa yang akan mengawasi dan menemani non Aisha kalau Bibi dipecat, makanya Bibi terpaksa enggak membantu non Aisha. Maafin Bibi, Non ...” jelas Bi Mimi.
Napas Asya terkecat, benar-benar tidak menyangka ayahnya akan berperilaku sangat kejam pada Aisha yang notabene anak kandungnya sendiri. “Ayah, kenapa bisa setega itu?” lirih Asya heran.
Awalnya Asya ingin menolak mengabdi di pondok pesantren, setelah pendidikannya selesai dia ingin kembali ke rumah tetapi Fiandra melarang. Rupa-rupanya Fiandra sengaja supaya Asya tidak tahu bagaimana perlakuan Fiandra kepada Aisha yang sebenarnya. Padahal Asya sudah mewanti-wanti agar Fiandra tidak memperlakukan Aisha dengan buruk, Fiandra pun sudah berjanji akan menyayangi Aisha selama dia di pesantren namun ayahnya justru berbohong.
Asya benar-benar kecewa dan sakit hati atas perlakuan sang ayah kepada adik yang sangat dia sayangi. Asya menyayangi Aisha lebih dari dirinya sendiri, dia akan melakukan apa pun untuk melindungi Aisha, tidak peduli jika Aisha membenci dirinya. Namun, sikap ayahnya lah yang justru membuat Aisha semakin membenci dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Hatiku
RomanceStory 3 Pertemuan singkat di antara keduanya menumbuhkan benih-benih cinta dalam diri Ankara. Siapa sangka jika ternyata perempuan yang ditemuinya itu adalah calon istri saudara kembarnya yang telah dipilihkan orang tuanya lewat perjodohan. Beberapa...