💭ִ ♡‧₊˚🧸✩ ₊˚🧁⊹
Sebulan telah berlalu, selama itu pula Fiandra berusaha mendapatkan maaf dari Aisha. Akan tetapi, Aisha benar-benar tidak ingin memberikan maaf. Jangankan memaafkan Fiandra, bertemu saja Aisha tidak mau. Dia selalu menolak dan menghindar untuk bertemu Fiandra. Jika Fiandra datang ke rumah, Aisha memilih mengurung diri di dalam kamar sampai Fiandra pulang.
Segala nasihat Ankara pun tidak Aisha dengar, wanita itu sangat keras kepala dan enggan memaafkan Fiandra seolah pintu hatinya telah tertutup dendam. Apa yang Fiandra lakukan masih membekas dalam benak Aisha hingga membuat Aisha ragu memberikan maaf.
Berbagai penolakan Aisha terhadapnya sama sekali tidak membuat Fiandra menyerah, dia memaklumi apa yang Aisha lakukan karena semua itu berawal dari salahnya. Kalau saja dia tidak menyakiti Aisha, baik fisik maupun batin dan menyayangi Aisha seperti dia menyayangi Asya, maka semua ini tidak akan terjadi. Aisha tidak akan membenci dirinya seperti sekarang.
Seperti hari-hari sebelumnya, Fiandra datang ke rumah yang ditinggali Aisha dan Ankara. Diketuknya pintu tersebut hingga tidak berselang muncul Aisha yang terkejut mendapati keberadaannya.
“Aisha, tunggu, Nak!” cegah Fiandra tatkala Aisha hendak langsung menutup pintu rumahnya. Wajah Aisha terlihat menahan amarah dan tidak menyukai keberadaan Fiandra.
“Apa lagi? Saya nggak mau ketemu Anda, lebih baik Anda pergi. Pagi-pagi kok sudah bertamu,” usir Aisha.
Fiandra tertohok, meski bukan pertama kalinya dia mendengar Aisha menyebutnya ‘Anda’, tetapi dirinya masih kaget dan merasa sedih. Aisha sudah tidak lagi memanggilnya dengan sebutan ‘Ayah’ sebulan belakangan ini.
“Maafkan Ayah jika kedatangan Ayah mengganggu kamu, Ayah hanya ingin memberikan ini untuk kamu.” Fiandra memberikan rantang berisi sup buatannya, dia diberitahu Ankara bahwa Aisha dari semalam mengidam ingin memakan sup ayam. Jadilah dia memutuskan memasaknya khusus untuk Aisha. “Sup ayam buatan Ayah untuk kamu, Nak,” ujar Fiandra.
Kini Aisha yang terdiam. Dari dulu dia sangat ingin memakan masakan Fiandra, tetapi Fiandra enggan memasak untuknya. Aisha teringat ketika dia tidak sengaja kepergok Fiandra tengah memakan sup buatannya bersama Asya, dia dimarahi habis-habisan dan Fiandra melarang Asya untuk tidak memberikan masakan buatannya kepada Aisha.
“Dek, ayo makan bareng sama Kakak,” ajak Asya seraya membawa nampan berisi sepiring nasi dengan lauk pauk dan sup ayam di mangkuk kecil.
Aisha kecil yang tengah bermain di tepi kolam lantas menoleh mendengar suara kakaknya. Gadis berusia lima tahun itu mendekat dan duduk berhadapan dengan sang kakak. Matanya seketika berbinar melihat makanan yang kakaknya bawa. “Wah, sup ayam!”
Asya tertawa kecil melihat respons lucu adiknya. “Iya, ini sup ayam buatan Ayah. Ayo kita makan,” ajak Asya lagi.
Sesaat wajah Aisha murung, dia melirik kanan-kiri memastikan tidak ada Fiandra. “Tapi Ais takut ayah marah, kata ayah Ais enggak boleh makan makanan buatan ayah,” lirih Aisha.
“Ayah belum pulang, jadi kamu bisa makan sup-nya. Kamu nggak perlu takut, Kakak akan melindungi kamu kalau semisal nanti ayah marahin kamu,” ujar Asya menenangkan adiknya.
Perlahan senyum manis terbit di bibir Aisha, dengan penuh antusias bocah kecil itu memakan sup ayam tersebut. Asya memperhatikan adiknya yang makan dengan lahap, mati-matian dia menahan air matanya yang ingin menetes. Dia tidak tahu mengapa pemandangan ini justru membuatnya sedih.
“Asya.”
Asya terlonjak kaget, begitu pun Aisha ketika Fiandra tiba-tiba datang menghampiri mereka. “A-ayah....”
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Hatiku
RomanceStory 3 Pertemuan singkat di antara keduanya menumbuhkan benih-benih cinta dalam diri Ankara. Siapa sangka jika ternyata perempuan yang ditemuinya itu adalah calon istri saudara kembarnya yang telah dipilihkan orang tuanya lewat perjodohan. Beberapa...